Part 8
“Arhhhhhh, Arhhhhhhhh,,, Arhhhh, Awwwww, Ahhhhhhhhhh” Ira tidak sanggup lagi
empertahankan jeritannya, siksaan itu terlalu berat bagi dirinya, gadis itu
menjerit-jerit dan mengerang kesakitan ketika penis Pak Dion menyodomi lubang
anusnya dengan kasar, belum lagi rasa sakit akibat jambakan tangan Pak Dion
pada rambutnya. Ya, inilah yang ingin didengarkan oleh Pak Dion,
jeritan-jeritan Ira, erangan-erangan muridnya yang cantik, Pak Dion semakin
bersemangat untuk mengaduki lubang anus Ira dengan cara yang baik, benar, dan
merata, sampai Ira semakin keras mengerang dan menjerit.kesakitan. Pak Dion
menundukkan kepalanya dan berbisik ditelinga Ira
“Sudah berapa kali Bapak bilang, Bapak ingin mendengar jeritan kamu, erangan
keras kamu, dan rintihan kamu, Bapak rasa permintaan Bapak nggak terlalu sulit
bukan ???!!!! ” Pak Dion menggeram kemudian menampar pinggul Ira.
“Iy.. Iya.., Pak Iya….” Ira menganggukan kepalanya, Pak Dion
melepaskan Jambakannya pada Rambut Ira, Kedua tangan Pak Dion mencengkram bahu
Muridnya.
“Ahhhhhhh….!! Arhhhhhhhhhh…..!! Arhhhhhhhhh….!! ” Ira berusaha mengikuti
keinginan Pak Dion, bibirnya mengerang dan merintih sekeras yang dapat ia
lakukan, ketika Pak Dion membetot dan menjebloskan penisnya berkali-kali ke
dalam anusnya.
“Gimana , semakin kerasakan enaknya dientot ???” Pak Dion bertanya dengan nada
mengejek dan melecehkan.
”Emmmhhh,, Arrrrrrr…. Shhhhhh, Aaaaaaaa” Ira menganggukkan kepalanya tanpa
berani berhenti meringis dan mengerang dengan kuat sambil menahan rasa panas,
pedih dan sakit dilubang anusnya..
Pak Dion membelai-belai kepala Ira, kemudian mencabut batang penisnya dari
lubang anus Ira, dilepaskannya pengait rok seragam Ira, kemudian tangannya
menarik turun resleting rok Ira. Bibir Pak Dion tersenyum ketika rok seragam
Ira terhampar di bawah kaki gadis itu.
“Nah, sekarang bapak kasih dua pilihan, mau pakai dubur kamu atau vagina kamu ,
terserahhh, self service aja deh, he he he” Pak Dion berkacak pinggang.
Tanpa harus ditanya untuk yang kedua kali Ira membalikkan tubuhnya, tangannya
menyambar batang penis Pak Dion kemudian berusaha menjejalkan, memasukkan
kepala penis itu ke dalam lubang vaginanya, mulut Ira mendesis ketika kepala
penis Pak Dion perlahan-lahan terbenam menancap di lubang vaginanya kemudian
Ira mengalungkan kedua tangannya pada leher Pak Dion.
“Esshhh, Ahhh, Esshhhhhh, Ahhhhhhhhh,” Pinggul Ira bergerak dengan cepat sambil
mendesis, mengerang dan menjerit dengan kuat, pinggulnya bergerak maju mundur,
apakah karena dirinya suka melakukannya, menikmatinya ?? bukan, bukan karena
suka, bukan karena senang, tapi takut.., takut untuk disakiti.
Tangan Pak Dion mengusapi pinggang Ira, sambil kemudian memacu batang
kemaluannya kuat-kuat, Pak Dion semakin senang mendengar rintihan Ira karena
pelajaran darinya dapat ditangkap dan diterima dengan baik oleh gadis itu.
Semakin lama gerakan-gerakan Ira semakin goyah dan rapuh, apalagi ketika Pak
Dion semakin memperkuat tempo serangannya “Akhhhhhhh Crrrr. Crrrrr” Ira memekik
kecil, sebelum akhirnya mengerang keras “Ennnnnnnnggghhhhhh, Arrrhhhhhhhhh… “
Kedua tangan Pak Dion menopang pantat Ira agar tidak turun,
“Bagus, bagus, kamu tambah pandai, biarpun belum cukup pandai, nggak apa koq,
perlahan-lahan bapak akan mengajari kamu,”
Pak Dion kembali memakai topeng kelembutannya, kemudian mendorong penisnya agar
tenggelam sedalam-dalamnya. Rasanya enak banget ketika batang penisnya berendam
didalam vagina Ira. Dinding vagina Ira melakukan massage pada penis Pak Dion.
Pak Dion mendudukkan Ira di pinggiran meja, kemudian diletakkannya kedua kaki
gadis itu pada pinggiran meja dalam posisi mengangkang, mirip banget seperti
huruf “M” yang indah, kedua tangan Ira bertopang kebelakang, untuk menahan
tubuhnya
“Uhhhhh.., Ahhhhhhhhh, Ahhhhhhhhhhh…., Ahhhhhhhh” Ira menengadahkan kepalanya
ke atas, matanya terpejam rapat ketika batang penis Pak Dion kembali menyumpal
lubang vaginanya yang sudah kemerahan kemudian mengocoki lubang itu dengan
lembut.
Ira mendesah dengan kuat, beban besar di pundaknya terangkat oleh rasa
terangsang, rasa tertekan itu diusir jauh – jauh, kemudian ditiup terbang oleh
rasa kenikmatan yang merayapi sekujur tubuhnya.
“Emmmrrrhhhhhh, Engggghhhhh, Errrhhhhhhhhhh” Ira menggeram dan mengerang liar,
sesekali ia bergerak menyorongkan vaginanya menyongsong datangnya sodokan penis
Pak Dion.
Pak Dion semakin kasar dan kuat menghujam-hujamkan batang penisnya, suara
celupan-celupan batang penis kedalam vagina Ira terdengar dengan keras.
“Brukkkk…, Crrruttttt…. Cruuuutttttt” suara punggung gadis itu yang terjatuh ke
atas meja, bibirnya tidak pernah henti mendesah dan mengerang, karena
disuruhkah ? bukan , samasekali bukan karena perintah pak Dion, Ira merintih
keras, sekeras dorongan nafsu birahinya yang meledak-ledak. Pak Dion menarik
batang kemaluannya dengan kasar. Cairan kewanitaan Ira meleleh membasahi meja
ketika Pak Dion mencabut batang kemaluannya.
“Feby…” Pak Dion memanggil Feby.
“Ehmmmm…!!!” Pak Dion mendehem dengan agak keras, karena Feby masih bengong,
agak miris juga Feby ketika menyaksikan Ira disetubuhi dengan kasar.oleh kepala
sekolahnya.
“Saya pak…, Iy Iya…” Feby tercekat dan buru-buru berlutut dihadapan pak Dion,
mulut Feby membersihkan batang penis Pak Dion, air liurnya membasuhi penis itu,
setelah bersih dari cairan-cairan lengket, Feby memasukkan penis itu ke dalam
mulutnya, kemudian kepalanya bergerak maju mundur mengoral batang penis pak
Dion.
Pak Dion mengangguk-angukan kepalanya sambil tersenyum lebar, Feby memang
pandai, dan dapat mempelajari “hal baru” dengan cepat. Kerongkongan Feby
bergerak seperti meremas-remas kepala kemaluan Pak Dion, ada sebuah sensasi
nikmat yang berbeda yang membuat pria itu menggeram keenakan ketika Feby
mengoral penisnya. Mata Doni melotot semakin lebar, batang kemaluannya sudah
tegang sedari tadi, nafsu birahinya memuncak, wajahnya memerah dengan nafasnya
yang tidak beraturan menyaksikan persetubuhan yang menggairahkan itu. Feby
menggeleng-gelengkan kepalanya ke kiri dan kanan sehingga kepala penis Pak Dion
bergesekan dengan rongga mulutnya, lidah Feby memutari kepala penis pak Dion
dan mengoreki lubang mirip tanda “-” di kepala penis itu kemudian dilumatnya
kuat-kuat. Feby mengeluarkan penis Pak Dion dari mulutnya, telapak tangan Feby
menggenggam penis dan bergerak mengocok-ngocok batang penis Pak Dion, sedangkan
telapak tangan Feby yang satunya lagi mengelusi dan meremasi kepala penis itu.
Cukup lama Feby memainkan penis Pak Dion, kini pria itu meminta lebih dari
sekedar dioral.
Feby langsung menungging diatas lantai, pasrah, pak Dion
tersenyum sambil
Berlutut dibelakang pantat Feby, tangannya menarik Rok seragam Feby keatas agar
tersibak , kemudian tanpa basa-basi pak Dion menarik celana Dalam Feby hingga
melorot sebatas dengkul kaki gadis itu.
“Ahhh, ennh, enhhh Enhhhhhh!!! ” Feby merengek dengan keras ketika kepala penis
Pak Dion mulai melakukan penetrasi ke lubang duburnya.
“Arhhhhhhhhhhh…..!! “Feby menjerit keras-keras, Pak Dion gembira mendengar
jeritan keras Feby ketika kepala penisnya menerobos lubang dubur Feby yang
kering dan sempit. Feby mengerang keras, menjerit panjang dan merintih
sekuat-kuatnya ketika penis Pak Dion semakin kasar merojoki lubang anusnya.
“Bagus, Bagus, Ha Ha Ha HA ” Pak Dion semakin bersemangat menggenjoti lubang
dubur Feby , semakin keras Pak Dion menggenjot semakin keras pula Feby
mengerang, merintih dan menjerit-jerit.
Pak Dion menggerakkan penisnya seperti sedang mengocek-ngocek sesuatu kemudian
ditarik dan ditekankannya penisnya dalam-dalam kemudian dikocek-kocek lagi dan
disentak-sentakkannya dengan kuat.
“Urhhhhh, Nnnnggghhhhh.., Errrhhhhhh, Emmmrrrrhhhhhhh” Feby mengerang, kedua
tangannya ditarik oleh Pak Dion ke belakang, kemudian penisnya semakin kuat
mengocoki lubang anus gadis itu. Erangan Feby semakin keras ketika Pak Dion
mengkombinasikan gerakan penisnya seperti orang yang sedang mendongkrak
sesuatu. Nafas Feby terengah-engah ketika Pak Dion menghentikan gerakannya yang
brutal. Tangan Pak Dion mengusapi pinggul Feby, membiarkan gadis itu untuk
mengambil nafas, setelah nafas Feby agak tenang Pak Dion kembali memainkan
penisnya, kali ini dengan lebih lembut, ditariknya kemudian ditekankannya
penisnya dengan lembut.
Mata Pak Dion terpejam-pejam menikmati remasan-remasan nikmat
pada batang penisnya tanpa mempedulikan Feby yang terus mendesah-desah dengan
sesekali diselingi erangan keras. Pak Dion kembali mempercepat pacuan penisnya,
tangannya mendekap pinggul Feby dan menghantamkan penisnya sekuat-tenaga sampai
Feby terdorong-dorong dengan keras.
“ekkkS… ekkkS, Henggghhhh, Errrhhhhh, Ahhh! Ahhhhhhh” suara itu berkali-kali
terdengar dengan keras dari mulut Feby ketika penis Pak Dion menghantam keras
lubang vaginanya “Plokkk, Plokkkkk… Plokkkkkk” suara benturan buah pantat Feby
yang dihantam selangkangan Pak Dion. Dari iramanya dapat dipastikan Pak Dion
sedang mempercepat pacuan batang penisnya. Setelah habis-habisan menyodomi
muridnya yang pandai dan cantik barulah Pak Dion menarik penisnya keluar dari
anus Feby. Tangan Pak Dion meraih pingang Feby dan menariknya berdiri, lalu
mengusap keringat dikening Feby kemudian mengulum-ngulum bibir Feby yang terus
berdesahan dengan keras, Feby berusaha mengangkangkan kedua kakinya ketika Pak
Dion mengarahkan batang penisnya ke belahan vagina gadis itu. Tangan Pak Dion
mendekap bokong Feby kuat-kuat dan mengangkat tubuh Feby, Kedua kaki Feby
melingkar mengait pinggang Pak Dion sedangkan kedua tangannya melingkar,
berkalung pada Pak Dion.
“Ahhh, Ahhhhh, Ahhhhh Ahhhhh….” Berkali-kali Feby merintih keenakan ketika
tubuhnya mulai terayun-ayun semakin lama semakin cepat, rengekan manjanya
terdengar menggairahkan.
Jeritan-jeritan Feby membuat jantung Doni berdebar-debar dengan keras, sungguh
kontras tubuh Feby yang terayun-ayun ketika bersanding dengan tubuh Pak Dion,
tubuh gadis itu tampak basah oleh cucuran keringat, rintihannya begitu renyah
menggoda.
Pak Dion menurunkan tubuh Feby kemudian mendudukkan Feby di atas
kursi. Mata Doni dapat melihat dengan jelas ketika Pak Dion menusukkan kedua
jarinya kedalam lubang vagina Feby, kemudian tangan itu bergerak maju mundur
sampai nafas Feby terdengar tersendat-sendat diiringi rengekan-rengekannya,
kedua tangannya memegangi tangan pak Dion berusaha menghentikan gerakan tangan
itu yang semakin kasar namun pak Dion menepiskan tangan Feby. Jempol tangan Pak
Dion bergerak seperti sedang mengurut-ngurut sesuatu, Doni yakin jempol Pak
Dion pasti sedang menguruti klitoris Feby. Mulut pak Dion memangut-mangut
sepasang susu Feby yang sudah basah berceceran keringat. Air liur Pak Dion
Membasuh bulatan payudara Feby, mulutnya meruncing ketika menyedoti putting
gadis itu yang merah muda, sesekali Pak Dion mengigit gemas bulatan payudara
Feby sampai meninggalkan bekas gigitan, tanpa mempedulikan Feby yang meringis
kesakitan Pak Dion terus menggarap putting Feby dengan giginya yang tajam,
digesek-gesekkannya giginya pada putting itu sebelum menggigit-gigit kecil
putting Feby yang meruncing. Ciuman-ciuman Pak Dion semakin turun ke perut, dan
terus menjalari permukaan vagina Feby, Pak Dion menggesek-gesek kuat klitoris
Feby dengan jari jempolnyanya “Ennnhhhh…, Crrrttt.. Crrrr….”
Tangan Pak Dion mengangkat dan membuka kaki Feby mirip huruf “V”, Feby merengek
kemudian terisak menagis, gadis itu merasa tidak berdaya dalam cengkraman Pak
Dion yang terus menyetubuhinya dengan berbagai macam gaya dan posisi. Pak Dion
terus mengenjot-genjot vagina Feby, semakin dalam dan kuat, ada rasa kepuasan
tersendiri bagi Pak Dion ketika menatap Feby yang menangis sambil terus
digenjoti olehnya, ada sesuatu yang berbeda yang membuatnya semakin bersemangat
menggenjoti lubang vagina Feby, Pak Dion ingin agar Feby semakin keras
menangis, semakin keras menjerit dalam keputusasaan , dalam cengkraman
kekuasaannya. Penis Pak Dion terus merojok dalam-dalam lubang vagina Feby.
Tiba-tiba Pak Dion mencabut penisnya, karena sudah puas ? Belumm
!! Pak Dion belum puas, ia hanya membiarkan Feby beristirahat sejenak,
meninggalkannya menangis terisak-isak dalam ketidak berdayaannya. Pak Dion
duduk kembali di atas kursi. Tanpa dapat menolak Ira bergerak turun ketika Pak
Dion memerintahkannya turun, pria itu membalikkan tubuh Ira agar gadis itu
memunggunginya kemudian menarik pinggul Ira.
“Ahhhh.. ! Ahhhh ! ” dengan keras Ira mendendangkan sebuah lagu kesukaan Pak
Dion, Pak Dion memacu penisnya dengan kuat, kadang bergerak perlahan-lahan.
Penis Pak Dion menggoda Ira yang memberikan respon yang menggembirakan dengan
rintihan-rintihannya, rengekan-rengekan kecilnya dan jeritan-jeritan kerasnya
ketika Pak Dion menyentak-nyentakkan batang penisnya dengan kasar menghujami
vaginanya.
Lagi asik-asiknya Doni mengintip tiba-tiba ” Bukkkkk….” tengkuknya dihantam
dengan keras, Doni kehilangan kesadarannya, dan ambruk tanpa daya.
“Huahhhhh….!! ” Doni membelakkan matanya, ada rasa nikmat yang mengeluti batang
kemaluannya, dan menyadarkannya hingga akhirnya Doni terbangun dalam kenikmatan
bercampur rasa pening di kepalanya yang berputar-putar.
“Ha Ha HA HA” terdengar suara beberapa orang , tertawa terbahak-bahak
Doni menggerak-gerakkan tangannya yang terikat, kedua kakinya mengangkang
lebar-lebar, dengus nafasnya meburu ketika menengokkan kepalanya kearah batang
penisnya, ternyata Ira dan Feby tengah asik melumat, menjilati dan mencumbui
penisnya. Membutuhkan waktu yang lama ketika Feby dan Ira berusaha mengalahkan
penis Doni, sampai akhirnya Doni harus menggakui kelihaian mulut mereka.
“Ahhhhhhhhh….!! Crrrooot…, Croooottttt” Dengan jelas Doni dapat melihat batang
penisnya menyemburkan cairan sprema seperti air mancur.
“Hemmmm, cukup lama juga ternyata….” Pak Dion tersenyum menatap
Doni, kalau dari ukuran, batang Doni lebih kecil dari milik pak Dion, sekitar
17 cm namun daya tahannya tidak kalah dari Pak Dion.
Pak Dion cs menawarkan sesuatu yang tidak mungkin dapat ditolak oleh Doni,
sebuah kenikmatan yang selama ini selalu dirindukannya, dicari setengah mati
dengan susah payah, belum lagi termasuk patah hati berkali-kali yang harus
dialaminya ketika menjajakan gerbang cinta dihatinya, wajah Doni tersenyum
lebar dan mengangguk.
************************
Keesokan harinya
Dari kejauhan mata Pak Dion mengawasi Veily dan Anita, bibirnya
tersenyum-senyum, ” Bagaimana hasil penyelidikan kamu?” Pak Dion menghubungi
seseorang dengan Hpnya.
“Bagus, bagussss, Ha ha ha ha ha ha ha,” Pak Dion tertawa senang, tinggal
menghitung hari sebelum kedua gadis cantik itu jatuh dalam genggaman
kekuasaaannya, untuk sementara Pak Dion Hanya mengetahui kalau Veily dan Anita
adalah pasangan lesbi, tapi yang paling penting kini Pak Dion mempunyai seorang
mata-mata yang dapat berbaur di antara para murid untuk mencari informasi
penting yang ia butuhkan.Doni, nama mata-mata Pak Dion, si kepala sekolah
bejat, yang kini menyusup diantara para murid, menguping setiap pembicaraan
mereka, menyampaikan gosip-gosip yang beredar di kalangan para murid, dan
mengumpulkan informasi yang dibutuhkan oleh Pak Dion cs.
“Pak Dion, kalau bisa sih.., Maya, Reina, Farida, juga dimasukkan dalam daftar
kemarin, he he he ” Doni tersenyum-senyum mesum.
“Trussss, Feifei, Cheria,Cindy, Mia, “
“Ooo.., jangan lupa, Vivi si toket gede, wah pasti asik loh Pak, susunya itu,
terus… ” Doni mulai memberikan masukan-masukan untuk pak Dion.
“Nanti saya coba cari tahu dehhh…, mungkin saya dapat menemukan informasi yang
berguna tentang mereka. bagi Pak Dion” Doni kemudian menggakhiri
pembicaraannya.
Doni menengokkan kepalanya ke kiri dan kanan kemudian berlalu sambil
bersiul-siul senang.
Aku menutup buku harianku
Keadaan semakin tidak menguntungkan,
Penjaga perpustakaan sih sudah pasti,
Setali tiga uang dengan Pak Dion
Aku, Vivi, Farida dan Reina terus memantau
Setiap situasi dan kondisi yang mungkin berubah sewaktu-waktu.
Tampaknya Pak Dion semakin melebarkan sayapnya.
=============================================================
“Ya…Masukkkk….!! ” Pak Dion tersenyum – senyum ketika pintu
kantornya diketuk pada siang hari dimana para murid sudah berhamburan pulang,
senyumannya tambah lebar mirip senyuman srigala buas yang kelaparan.
Dua orang muridnya yang cantik datang menyerahkan diri, cukup lama Pak Dion
mengintai mangsanya dan akhirnya kerja kerasnya berhasil dengan gemilang,
bayangkan betapa berat ia mencurahkan seluruh pikiran dan tenaganya siang dan
malam demi dapat menikmati santapannya yang lezat dan nikmat. Pak Dion tidak
pernah merasa memaksa mereka, ia memberikan dua pilihan sebagai bentuk
“demokrasi” ciptaannya, serahkan keperawanan kalian atau….. rekaman kalian akan
segera beredar luas. Pak Dion mengunci pintu kantornya, kemudian segera menarik
pergelangan tangan kedua gadis itu, dengan santai ia menyuruh keduanya agar
duduk di atas meja, sedangkan ia sendiri duduk di atas kursi empuknya tepat di
hadapan mereka. Anita dan Veily saling memandang kemudian tertunduk lesu tanpa
daya.
“Kalian kenapa sichhh….??? Koq lemas gitu, padahalkan kalian ini biasanya hot
banget……, sampe ngecrot barengan..He he he” Pak Dion terkekeh-kekeh, tangannya
menyibakkan rok seragam Veily.
“Ehhhh….!! ” Pak Dion merasa tersinggung ketika Veily menepiskan tangannya,
senyuman mesum mendadak hilang dari wajahnya, sambil menggeram ia bangkit dari
kursinya dan
”Plakkkkkk!!! “
“Dengar baik-baik, bapak bisa melakukannya dengan kasar kalau kalian terus
seperti ini, dasar murid tidak tahu diuntung, disuruh belajar yang enak-enak
malah ngak mau, jarang bapak memberikan kesempatan seperti ini…!!”
BERSAMBUNG.