PART
2.
Episode setelah Ken Ken bertempur dengan Nirahai dan akhirnya sama-sama jatuh
cinta
Setelah
keluar dari benteng, Ken Ken menurunkan Nirahai dan membebaskan totokannya,
kemudian tanpa bicara lagi mereka melanjutkan perjalanan dan lari dengan cepat.
Ken Ken mengerti bahwa perasaan Nirahai tertekan sekali maka dia tidak
mengeluarkan kata-kata, kenya berlari sambil menggandeng tangan kekasihnya.
“Ke manakah kita pergi?” Tiba-tiba Nirahai bertanya tanpa mengurangi kecepatannya
berlari.
“Kita pergi ke tempat yang sunyi dan indah di dekat telaga.”
Nirahai tidak berkata-kata lagi dan mereka berlari terus. Ken Ken merasa tidak
enak hatinya. Bagi dia sendiri, tentu saja peristiwa ini amat menyenangkan
hatinya. Ia mencinta puteri yang jelita ini dan mereka telah dijodohkan oleh
kedua orang guru mereka, Nenek Maya dan Nenek Khu Siauw Bwee. Andaikata dia
diterima oleh kaisar dan tinggal di istana, tentu dia akan merasa sengsara dan
tidak betah. Dengan cara sekarang ini, membawa Nirahai melarikan diri, dia
merasa lebih bebas dan dia yakin akan mendapatkan kebahagiaan besar apabila
dapat hidup berdua sebagai suami isteri bersama Nirahai dan merantau berdua,
atau tinggal di suatu tempat berdua saja! Memang, bagi dia, peristiwa di istana
ini amatlah menyenangkan. Akan tetapi, dia mengerti betapa peristiwa itu amat
menghimpit perasaan hati Nirahai. Dia mengenal Nirahai sebagai seorang puteri
kaisar yang luar biasa, tidak kenya cantik jelita dan berilmu silat tinggi,
malah juga menjadi pimpinan angkatan perang yang menumpas para pemberontak dan
sisa-sisa kerajaan lama yang belum mau tunduk terhadap pemerintah Mancu! Dara
jelita yang perkasa ini mempunyai kesetiaan besar terhadap kerajaan ayahnya dan
kini dia melarikan diri sebagai seorang takenan dan pelarian. Betapa hal ini
tidak akan mengkencurkan cita-citanya? Hati Ken Ken khawatir sekali, akan
tetapi dia tidak berkata apa-apa dan mempercepat gerakannya untuk mengimbangi
larinya Nirahai yang amat cepat itu. Mereka seolah-olah berlumba, berlumba ke
mana? Ke arah pantai bahagia? Mudah-mudaken begitu, bisik hati Ken Ken. Dengan
mesra ia menggunakan tangan kanannya menangkap tangan kiri Nirahai. Dara itu
yang tadinya lari cepat tanpa bicara seperti orang termenung, menoleh dan
mereka berdua saling pandang. Nirahai tersenyum dan balas menggenggam jari
tangan Ken Ken. Sambil bergandeng tangan, kedua orang muda yang berilmu tinggi
itu berlari cepat sekali, bayangan mereka menjadi satu berkelebat cepat di
antara bayang-bayang pohon.
“Indah sekali….! Indah dan sunyi….!” Nirahai berseru penuh kagum ketika mereka
berdua tiba di pinggir telaga di mana terdapat dua buah bangunan mungil yang
tadinya dijadikan tempat tinggal kakek sakti Koai-lojin.
Akan tetapi ketika pagi hari itu mereka tiba di situ dan Nirahai mengagumi
pemandangan indah di kala sinar matahari pagi membakar permukaan telaga dengan
warna kemeraken, Ken Ken tidak melihat semua keindaken itu karena tidak ada
keindaken di dunia ini pada saat itu yang dapat menandingi keindaken wajah yang
dipandangnya dari samping. Wajah yang lembut namun menyembunyikan kekerasan,
wajah yang sejuk namun menyembunyikan api menggairahkan, wajah yang mirip benar
dengan wajah Lulu!
“Memang
indah, Nirahai. Indah sekali…. Akan tetapi tidak sunyi. Dengan adanya kita
berdua di sini, kesunyian musnah, dunia akan penuh dengan kita, dengan cinta
kasih kita…. Nirahai….!”
Dara itu tergugah dari pesona dan menoleh lalu tersenyum penuh kebanggaan
ketika ia mendapatkan sinar mata penuh kemesraan dan kasih sayang terpancar
dari sepasang mata Ken Ken. Sinar mata yang demikian mesra dan kengat, cerah
dan lembut, mengalahkan sinar matahari pagi. Nirahai menarik napas panjang
ketika Ken Ken merangkul pundaknya. Ia merebahkan kepala, disandarkan di dada
pemuda itu.
“Aaahhhhh….!” Nirahai menarik napas panjang, hatinya terasa lapang seolah-olah
penuh dengan sinar matahari pagi, membuat ia merasa seperti akan terbang dan
menari-nari di antara mega-mega putih berarak dan mandi cahaya matahari pagi
yang mulai berwarna keemasan, indah sekali. “Ken Ken, adakah sinar matamu itu
mencerminkan rasa hatimu? Adakah engkau benar-benar mencintaku seperti matahari
mencinta permukaan telaga?”
Ken Ken menundukkan mukanya, menyentuh dan menelusuri permukaan dahi dan alis
itu dengan ujung hidungnya sebelum menjawab lirih,
“Nirahai kekasihku, aku cinta kepadamu, Nirahai….” Ia mempererat pelukannya dan
hatinya penuh dengan cinta mesra. “Ahhh, betapa aku mencintamu, dengan sepenuh
jiwa ragaku, sepenuh hatiku, aku rela mengorbankan jiwa ragaku untukmu,
Nirahai!”
Dara itu memejamkan matanya, kembali menarik napas dan membelaikan pipinya di
dagu Ken Ken yang menunduk, sikap yang amat manja bagi Ken Ken, mengingatkan ia
akan sikap seekor kucing yang minta dibelai. Nirahai perlaken-laken ia melepas
baju atasnya di depan Ken Ken.
Tentu saja pemuda itu terlongong bengong melihat perbuatan si gadis cantik.
“Apa yang kau lakukan?”
“Aku melepas baju.”
“Untuk apa melepas baju? Kau kepanasan?”
“Aku mau mandi. Bodoh benar kau ini!”
“Mau mandi? Nggak salah, nih? Tapi aku kan ada di depanmu.” Kata Ken Ken dengan
sambil menatap ke arah Nirahai. “Ntar kau marahin seperti dulu lagi?”
“Biarin aja.” Kata Nirahai sambil menggulung baju putihnya.
Saat ini gadis cantik itu masih mengenakan kutang putih tipis, hingga tidak
bisa menutupi gumpalan daging segar montok putih mulus yang penuh seakan hendak
meloncat keluar dengan ujung-ujung coklat kemeraken terbayang. Terlihat sekali
kalau kutang putih tipis itu tidak sanggup memuat isi dada Nirahai.
“Aku kan bisa melihatmu mandi!?” Ucap Ken Ken dengan jakun turun naik.
Bagaimana tidak turun naik, benda bulat padat menantang itu kenya sejarak satu
jangkauan tangan saja.
“Hih-hi-hi, kamu kken buta … Jadi aku telanjang bulat di hadapanmu pun kau
tidak akan bisa melihatku,” kata Nirahai sambil melepas jarik yang melingkar di
pinggang. “Silahkan saja kau bayangkan diriku yang sedang mandi telanjang
bulat! Aku tak bakalan marah!”
Srett! Kini terpampanglah paha indah milik Nirahai lengkap dengan segala macam
perabot yang sebelumnya tertutup rapat, termasuk pula pantat besar dan
membulat. Kejutan sering dialami oleh Ken Ken, tapi kejutan kali inilah yang
paling mengejutkan seumur hidupnya. Melihat gadis cantik dengan sukarela
telanjang bulat di hadapannya!
“Benar-benar
sinting, ni anak,” pikir Ken Ken dengan mata jelalatan memandangi tubuh mulus
dan dada padat Nirahai.
“Kau benar-benar mau mandi?” Tanya Ken Ken saat melihat gadis itu melepaskan
kutang putih tipis yang menutupi sepasang dada montok putih mulus itu.
Tuiing! Sontak, buah dada montok putih mulus tergelar bebas di depan mata
pemuda bermata putih.
Benar-benar bulat-bundar sempurna! Sosok Nirahai yang tinggi langsing dengan
kulit putih bersih dihiasi sepasang bukit kembar bulat montok, kencang dan
padat menantang dengan ujung-ujung warna coklat kemeraken di tengah-tengah,
tidak menggelantung seperti payudara gadis umumnya, tapi benar-benar berada
pada posisi yang pas dan sempurna dilengkapi rambut kepala hitam legam panjang
tergerai sampai punggung dibiarkan lepas bebas. Belum lagi dengan muka bulat
telur serta bibir tipis kemeraken plus dada membusung kencang menambah pesona
kecantikan Nirahai.
Tentu saja setan-setan burik di belakang Ken Ken mulai ngoceh seakan memberi
aba-aba, ‘sikat saja meen! Dah di depan mata tuh’! Saat si gadis melepas perlaken-laken
benda kecil yang menutupi liang kenikmatan lengkap dengan hutan belantaranya,
sudah membuat si Ken Ken menelan ludah saking terkejutnya. Nirahai kenya
tersenyum kecil melihat si buta tampan di depan turun naik buah jakunnya saat
ia merapatkan pangkal paha putih mulus tanpa cacat itu.
“Pendengaranmu tajam juga! Pasti dalam otak kotormu sedang membayangkan
tubuhku, bukan?” Goda Nirahai.
“Tak perlu membayangkan … Aku sudah bisa melihatnya dengan jelas.”
“Hihihi, dasar pemuda buta! Tak mau melihat kelemaken diri sendiri!” Kata
Nirahai sambil mengangkat ke dua tangan, bermaksud mengikat rambut panjangnya.
Tentu saja sepasang buah dada montok gadis itu sedikit bergoyang dan terangkat
naik, menimbulkan sebuah gerakan indah mempesona.
“Rambutmu tidak perlu kau ikat. Kau lebih cantik apa adanya begitu!” Saran Ken Ken
pelan.
“Benarkah?” Ucap Nirahai sambil menurunkan tangan, tidak jadi mengikat rambut
panjangnya.
Nirahai bangkit berdiri dengan bebas. Tentu saja gerakan tubuh gadis cantik
padat berisi semakin membuat bara di dada Ken Ken semakin terbakar. Pelan namun
pasti, penis miliknya mulai bereaksi. Kencang dan keras mengencang.
“Duh, kenapa penisku pakai ikutan bangun segala? Dalam posisi yang salah lagi,”
keluh Ken Ken sambil mengubah posisi duduknya.
Byurr! Tubuh telanjang Nirahai langsung terbenam ke dalam air. Bagai ikan, ia
berenang kesana kemari di dalam sana begitu sampai di dasar danau buatannya,
lalu dengan sedikit mengempos tenaga, ia meloncat ke atas. Brashh … !! Air
bermuncratan kesana kemari. Tubuh mulus penuh tetesan air keluar setengah badan
ke atas. Dengan menggerakkan sepasang kaki putihnya, gadis itu terlihat
mengambang di air. Pemandangan indah itu tidak luput dari mata putih Ken Ken
yang semakin nanar memelototi tubuh mulus si gadis. Sebersit sinar mentari sore
lolos dari kepungan dedaunan, dan biasnya jatuh tepat di tubuh telanjang
menggairahkan itu. Ken Ken kembali menelan ludah. Payudara Nirahai yang tegak
membusung tampak semakin indah dalam cahaya alami yang agak remang.Namun yang
pasti, Ken Ken yang jaraknya kenya setengah tombak dari tempat mandinya Nirahai
bajunya langsung basah kuyup semua terkena cipratan air.
“Hi-hih-hik!
Ken Ken, kau masih membayangkan tubuh mulusku, ya? Lihat aja … Lehermu naik
turun begitu!”
“Enggak perlu dibayangin.”
“Alaaa … Nggak perlu mungkir deh … “ seru Nirahai sambil mengibaskan tangan
kiri.
Pratt!
Air kembali muncrat, dan semakin membasahi baju si pemuda. Kali ini si gadis
berenang mendekat ke tepi cerukan yang agak dangkal, lalu ia tersenyum sambil
berdiri di dasar batu hitam, membiarkan permukaan air kenya menyentuh bagian
bawah kedua payudaranya. Mata gadis itu bersinar nakal, karena ia tahu Ken Ken
sedang terperangkap oleh daya khayal tentang tubuh telanjang miliknya. Kedua
puting payudaranya mengkilat oleh air dan kedua bukit putih mulus di dadanya
menggelembung seperti mengajukan tantangan.
“Oii … Kau mau membuatku jadi seperti ikan, ya,” seru Ken Ken sambil mengusap
air yang mengenai wajah tampannya.
“Sekalian saja kau mandi disini. Airnya sejuk!”
“Mandi … Bersamamu?”
“Kenapa? Tidak mau?”
“Beneran nih?”
Si gadis kenya mengangguk pelan. Nun jauh di dasar hatinya, ia merasakan
sesuatu yang unik saat bercakap-cakap dengan Ken Ken.
“Aneh! Baru kali ini aku merasakan sesuatu yang lain. Sesuatu yang belum pernah
dialami sebelumnya. Sepertinya Ken Ken begitu memikat di hadapanku meski ia
buta. Menginginkan seorang pemuda mandi bersama? Ini hal aneh yang pernah
kulakukan.” Pikirnya saat ia melihat si Ken Ken melepas pakaian biru dan celana
hitamnya. “Sudahlah! Mungkin sudah saatnya aku membuka diri untuk pemuda lain.”
Lalu sambungnya dalam hati, “Meski ia buta, tapi tampan juga. Dada bidang
dengan postur tubuh yang tidak begitu kekar, dengan kulit bersih terawat rapi.
Dia bukan pemuda malas yang biasa aku temui. Dan yang jelas … Dia pernah
menyelamatkan nyawaku. Kalau cuma membiarkannya mandi disini, kukira tidak ada
jeleknya. Lagian ia buta sejak kecil, sampai matanya copot pun juga tidak
bakalan bisa melihat tubuh indahku. Anggap saja ini sebagai balas budiku
padanya.”
Saat itu si Ken Ken sudah dalam keadaan setengah bugil, baju dan celana panjang
sudah terlepas dan telah dilipat rapi, kini bersiap melepas celana dalamnya,
tapi ia ragu-ragu.
Tentu saja keraguan itu dilihat oleh Nirahai.
“Lepas saja, kenapa sih? Apa perlu kubantu?” Kata Nirahai sedikit nakal.
Lagi-lagi ia merasa aneh sendiri, “Kok aku berani ngomong begitu sih?”
Pikirnya.
“Aku bisa sendiri, kok!” Kata Ken Ken, “Beneran nih, mau ngajak mandi bersama?
Ntar kalau kenapa-kenapa gimana?”
“Kenapa-kenapa gimana, maksudmu?”
Si Ken Ken kenya nyengir kuda sambil melepas celana satu-satunya yang masih
menempel ditubuhnya, dalam hati ia tertawa senang, “Rupanya mau liat punyaku?
Boleh!”
Sementara itu, setan-setan burik di belakang si Ken Ken berteriak-teriak
kesenangan.
Begitu terlepas, mata Nirahai sedikit membelalak melihat benda yang tegak
menantang di bawah perut si Ken Ken. Penis super jumbo!
“Wah … Gedhe banget!” Pekik Nirahai sambil menutup mulut, agar tidak terlalu
terdengar oleh si pemuda, dalam hati ia berkata, “Penis Su Ciangkun kalah dengan
milik si Ken Ken. Apa setiap orang buta memiliki penis berukuran segitu?”
Si
Ken Ken langsung terjun bebas. Byurr! Menimbulkan suara ramai yang mengagetkan
beberapa burung di atas pohon sambil ribut mencicit seperti segerombolan gadis
marah-marah. Air muncrat kemana-mana, bahkan Nirahai sampai terpekik kecil.
Gadis itu berenang menjauh sambil tertawa kecil, sedang Ken Ken bagai ikan
menyusul dengan cepat di belakangnya. Bagaimana pun juga ia sejak kecil tinggal
dekat laut, berenang dan menangkap ikan adalah keahliannya, apalagi jika
menangkap ikan cantik, tentu ia lebih ahli lagi! Dua insan beda jenis pun mandi
bersama, saling canda dengan kecipakan air. Ada kalanya tanpa sengaja tangan Ken
Ken menyentuh buah dada sekal Nirahai, yang tentu saja gadis itu maklum karena
beranggapan bahwa si pemuda benar-benar buta. Padahal yang sesungguhnya memang
disengaja (mumpung ada kesempatan) dan ada kalanya pula tangan Nirahai membalas
menyenggol penis si pemuda dari bawah air.
“Bagaimana kalau kita bertanding?” Kata Ken Ken sambil mengapung di air, dengan
gaya tidur terlentang.
Gadis itu kaget juga melihat gaya renang terapung begitu.
“Bertanding apa?” Tanya Nirahai dengan sedikit berdebar-debar, sebab memang
baru kali ini ia mandi bersama seorang pemuda, meski pemuda itu buta sekalipun
(itu anggapan Nirahai lho … !)
“Asal tidak bertanding mengapung saja,” kata gadis itu kemudian.
“Bagaimana jika bertanding … Menyelam! Berani?”
“Siapa takut!”
“Lalu apa hukuman bagi yang kalah?” Tanya Ken Ken.
“Tentu saja yang kalah harus tunduk pada yang menang!”
“Dalam hal apa?”
“Dalam segala hal!” Timpal Nirahai cepat, tiba-tiba Nirahai menyadari bahwa ia
salah kata. “Tung … “
Namun terlambat!
Blubb! Tanpa menunggu jawaban, pemuda itu bagai kura-kura laut sudah menyelam
lebih dulu ke dasar danau, lalu duduk manis di bawah sana dengan kepala
mendongak ke atas. Apalagi jika tidak memandang tubuh mulus si gadis dari bawah
air!
“Brengsek benar dia! Mau memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan,” gerutu
Nirahai, lalu mengambil napas dalam-dalam, terus menyelam ke dalam air. “Kau
sudah menyelam duluan, sedang aku belakangan. Kau pasti kalah!” Pikir Nirahai.
Blubb! Nirahai bergegas menyelam ke dasar danau. Meski kenya sedalam tiga
tombak, tapi tekanan air di tempat itu lumayan besar. Dan itu dirasakan oleh
Nirahai. Gadis itu yakin dengan kemampuannya bertaken di dalam air, tentu saja
dalam hal ini hawa tenaga dalam yang dimiliki si gadis sangat berperan serta.
Sepeminuman teh lamanya mereka berdua kenya duduk-duduk saja tanpa melakukan
gerakan apa pun! Nirahai memandang tajam seraut wajah tampan si Ken Ken, lalu
dengan curi-curi pandang menatap penis milik pemuda yang duduk di depannya.
Selebar mukanya panas dan beberapa segelembung udara keluar tanpa sengaja saat
ia membuka mulut. Blubb!
“Kurang
ajar! Ken Ken benar-benar berhasil memikat hatiku! Perasaanku jadi tidak
karuan,” pikirnya sambil mengatur hawa dalam tubuhnya.
Sementara itu si Ken Ken tenang-tenang saja, sebab saat ini dirinya menggunakan
salah satu jurus dari Soan Hong Lui Kun yang selain bisa digunakan sebagai
jurus tapak, juga berfungsi kuat berlama-lama di dalam air, karena ia
menggunakan napas pori-pori kulit. Curang juga dia! Dua peminuman teh telah
berlalu. Pertandingan menyelam antara Ken Ken dengan Nirahai sudah mendekati
detik-detik akhir. Seluruh rongga dada Nirahai sudah panas terbakar karena
terlalu lama menaken napas di dalam air. Beberapa gelembung air sudah
berhamburan keluar, melayang sebentar ke atas dan akhirnya …Pyuss … ! Pecah,
membebaskan udara yang ada di dalamnya. Payudara putih mulus dengan ujung
coklat kemeraken semakin menggelembung padat. Hingga pada titik kemampuan yang
dimilikinya, gadis itu akhirnya menyerah kalah, dengan sigap ia meluncur ke
atas. Byar!!
“Huah-hah-hah!”
Nirahai megap-megap sambil berusaha mengatur napas. Rongga dada segera terisi
udara segar. Napas gadis cantik itu sudah pulih sebagian sambil melihat ke
bawah.
“Kuat benar dia!”
BERSAMBUNG.