Rabu, 11 September 2024

PENGEMBARA 1


 

PART 1.
Perwira itu menerima surat, mengamati tulisan dan capnya, kemudian membuka sampul dan mengeluarkan suratnya. Setelah membaca surat itu, wajah per­wira itu berseri dan ia menepuk pakenya sendiri.
“Bagus! Kiranya di sana tempat persembunyian kakek jembel yang telah lama kucari-cari itu? Hemmm, benar-benar Sang Puteri amat hebat dan cer­dik, sudah dapat mengetahui tempat persembunyiannya. Sekarang ini akan dapat kukencurkan sisa-sisa Pek-lian Kai-pang yang sudah banyak membikin pusing para petugas keamanan! Silakan Suma-sicu kembali ke kota raja dan melapor­kan bahwa kami akan melaksanakan pe­rintah Sang Puteri sebaik-baiknya. Dan sebaiknya sicu menunggang kuda, akan kuperintahkan menyediakan kuda terbaik dan bekal secukupnya!”
Akan tetapi Ken Ken mengangkat tangan kanannya dan berkata, “Tidak, ciangkun. Saya menerima tugas dari Sang Puteri untuk menyaksikan sendiri sampai perintah itu dilakukan dengan hasil baik, bahkan saya diperintahkan membantu. Setelah berhasil, baru saya akan kembali ke kota raja dan menyam­paikan pelaporan kepada Sang Puteri.”
“Begitukah? Bagus sekali!” Perwira itu menjadi girang dan wajahnya berseri. “Dengan bantuan sicu (anda) yang gagah perkasa, akan lebih cepat para pemberontak itu dikencurkan!” Perwira itu lalu ber­tepuk tangan dua kali. Masuklah lima orang pelayan wanita yang cantik-cantik. Dengan suara keras dan singkat Su-ciang­kun memberi perintah untuk mengeluarkan hidangan.
Ken Ken merasa sungkan sekali, karena ketika perwira itu mengajaknya makan minum telah memanggil tiga orang wanita cantik setengah telanjang tadi dan menyuruh mereka melayani!
“Ha-ha-ha, jangan sungkan-sungkan, Suma-sicu (saudara Suma). Mereka ini adalah selir-selirku yang bertugas mengawani dan melayaniku di sini. Jangan sungkan, kalau sicu menginginkan seorang di antara mereka, tunjuk saja! Ha-ha-ha, aku akan merasa bangga kalau ada selirku yang memenuhi selera seorang seperti sicu.”
“Terima kasih, ciangkun. Ti…. Tidak…. Saya…. Saya amat lelah dan setelah makan akan beristirahat. Per­jalanan jauh yang saya lakukan amat melelahkan. Pula, saya rasa ciangkun akan melakukan persiapan secepatnya untuk segera menyerbu para pemberontak itu.”
“Ha-ha-ha-ha! Suma-sicu benar mengagumkan, begini penuh semangat! Baik­lah, kalau sicu ingin beristirahat.” Ia memberi tanda dengan tangan kepada seorang di antara tiga orang wanita itu. “Kau antarkan Suma-sicu ke kamar tamu sebelah kanan!”
Ken Ken menjura kepada perwira itu, menyambar tongkatnya dan terpincang-pincang mengikuti wanita yang berjalan dengan pinggul menari-nari. (kaki KenKen kenya tinggal sebelah) Wanita itu membawanya ke sebuah kamar yang indah dan terlalu bersih bagi Ken Ken yang semenjak meninggalkan Istana Pulau Es belum pernah memasuki kamar se­indah ini.
“Saya akan menemani taihiap semalam di sini….” Wanita itu tersenyum dan membanting tubuhnya ke atas tempat tidur. Karena ia menjatuhkan diri terlentang, sutera penutup tubuhnya yang memang tidak rapat itu tersingkap dan tampaklah oleh Ken Ken kulit paha dan perut yang putih kuning. Matanya menjadi “silau” dan ia memejamkan kedua matanya.

“Hi-hi-hik…. Marilah taihiap…. Apakah seorang gagah perkasa seperti taihiap takut kepadaku? Hi-hik….!” Ken Ken merasa betapa kedua lengan wanita itu yang telah bangkit seperti dua ekor ular merayap melingkari lehernya, tubuh wanita itu menggeser-geser tubuhnya dan bau harum memasuki hidungnya.
Ditariknya kepala Ken-ken ke bagian dadanya, dan sepertinya dia menyuruh Ken-ken menciumi bagian dadanya. Selir Su pun membuka satu persatu kancing di dadanya., payudaranya kenyal sekali. Putingnya yang kecil dijilati Ken-ken dan disedot bergantian kiri dan kanan. Dia seperti kepedasan, tapi mendesisnya berbeda.
“Ayo, hisap dong tetekku..” desahnya.
Ken-ken ragu-ragu, menunggu agak lama-lama, ia akhirnya melumat payudara yang bulat itu. Awalnya yang kiri, dan yang kanan meremas-remas. Selir Su mengerang dan menjatuhkan diri ke ranjang.
“Aahh.. sstt, ayyoohh.. sedot yang kuat.. taihiap. . . (pendekar besar).. hh.., hiissaapp.. putingnya oohh.. oohh..!” desahnya.
Ken-ken dengan kurang semangat menghisap sesuai perintahnya. Sesaat Ken-ken menggigit lembut putingnya.
“Aaahh.. ennakk..! Hhh.. sedot terus.. sstt.. yang.. kuathh.. aahh..!” jeritnya sambil menggelinjang.
Rupanya arus kenikmatan mulai menerpa Selir Su. Tangan kanannya mulai menjelajah vaginanya yang masih tertutup CD. Wah, sudah basah rupanya..! Apalagi saat jari tengah Ken-ken menyelinap di antara bibir kewanitaan, terasa sekali beceknya. Pinggulnya mulai naik turun, rupanya Selir Su sadar ada benda asing yang menggesek kemaluannya. Apalagi saat jari Ken-ken menyentuh klitorisnya, makin kencang goyangannya. Seakan berusaha agar jari Ken-ken tetap di klitorisnya, tidak pindah kemana-mana. Terbukti saat tangannya memegang tangan Ken-ken yang ada di kemaluannya,
”Ya.. taihiap.. teruss.. oohh.. sstt.. gesek itilku.. oohh..!” erangnya.
Tangannya perlaken-laken merambat ke selangkangan Ken-ken. Dia meraba adik Ken-ken dari bagian luar celana yang rasanya sudah mau meledak. Dikucel-kucelnya celana Ken-ken dengan gerakan hiperaktif. Ken-ken jadi pecah konsentrasi menciumi payudaranya, sehingga akhirnya Ken-ken posisikan diri telentang. Dengan demikian tanggannya lebih leluasa meraba kejantanan Ken-ken dari luar. Dia tidak puas pelan-pelan mencari celah untuk memasukkan tanggannya ke dalam celana Ken-ken. Digenggamnya kejantanan Ken-ken, dan dikocok-kocok. Ken-ken menjadi sangat terangsang. Tetapi Ken-ken dengan malas berhasil mengendalikan diri agar tidak cepat muncrat.

“Woowww.. ternyata enak banget rasanya.. ohh..?” desah Ken-ken.
“Kamu tetap berdiri, ya taihiap.. jangan rebah..!” pintanya sambil tersenyum manis.
Ken-ken mengangguk saja. Tiba-tiba dia langsung menghisap penis Ken-ken, bahkan mengocok-ngocok di mulutnya.
“Ohh..?” desah Ken-ken keenakan.
“Hhmm.. slurp.. slurp..! Aahh.. slurp.. slurp..!”
Kadang-kadang dia sengaja mengguncang-guncang penis Ken-ken ke kiri ke kanan dengan mulutnya, sementara kedua tangannya mengelus-elus pantat dan bijinya.
“Aahh.. jangan kenceng-kenceng dong, Enci..!” kata Ken-ken saat dia menghisap dengan bernafsu.
Dia kenya tersenyum, lalu meneruskan kegiatannya. Hisap.. lepas.. hisap.. lepas.., terus sampai akhirnya dia seperti kelelaken.
Kelihatan sekali dari sorot matanya yang liar kalau dia sudah sangat tegang.
“Sudah lama saya tidak mengisap burung seenak ini, ..”
“Enci..”panggil Ken-ken.
“Yah mmhh..” desisnya sambil mencium kepala kemaluan Ken-ken,”Panggil niocu.. (istriku) aahh.. saja ya.. sstt..” desahnya.
Kembali dia menjilat kemaluan Ken-ken dengan lidah meliuk-liuk seperti lidah ular.
Dilucutinya celana Ken-ken sehingga kejantanan tegak bebas siap diluncurkan. Sementara itu tangannya membimbing tangan Ken-ken mengarahkan ke vaginanya. Ken-ken turuti tanpa perlawanan, dan segera mencari segitiga emasnya. Ken-ken raba dari bagian luar gaunnya, dan pelan-pelan Ken-ken tarik gaunnya ke atas sehingga tangan Ken-ken dapat menyentuh CD-nya. Celananya terasa agak lembab terutama di bagian bawah. Tangan Ken-ken berusaha mencari jalan ke dalam celana dalamnya dan mendapati gundukan dengan bulu tipis dan belaken yang basah.
Segera Ken-ken cari kelentitnya. Dia lalu tidur telentang sambil berusaha melepas CD-nya sendiri. Setelah tanpa CD dia memberi keleluasaan tangan Ken-ken mengucek-ucek klitroisnya. Dalam hal mengucek, Ken-ken belum memiliki ketrampilan, sehingga gerakan Ken-ken sangat diresponnya dengan rangsangan yang semakin hebat dirasakannya. Selir Su kini tidak lagi mengocok-kocok kejantanan Ken-ken, sudah lupa barangkali. Tidak lama kemudian tangan Ken-ken dijepitnya dengan kedua paha dan tangannya menekan tangan Ken-ken ke kemaluannya. Ken-ken berhenti mengucek-ucek. Vaginanya terasa berdenyut-denyut seperti denyutan kalau kejantanan Ken-ken memuntahkan pelurunya. Dalam keadaan orgasme itu Ken-ken segera menyergap mulutnya, dan Ken-ken sedot kuat-kuat. Selir Su sampai terengah-engah, dan Ken-ken kembali telentang sambil kejantanan tetap siaga di tempatnya. Ken-ken pasrah saja tidak lagi mengambil inisiatif apa-apa.

Sekitar 5 menit kemudian dimiringkan badannya menghadap Ken-ken. Dan Ken-ken pun ditariknya agar juga miring menghadap dirinya. Ditepatkan vaginanya ke kejantanan Ken-ken, dan kakinya sebelah naik ke badan Ken-ken. Kejantanan Ken-ken digesek-gesekkan ke vaginanya, dan sesekali dia usahakan dimasukkan ke dalam liang vaginanya. Tapi usaha memasukkan itu selalu gagal, karena sempitnya liang senggama itu. Ken-ken pasrah saja. Linu juga rasanya kepala kejantanan ini digosok-gosokkan ke arah kelentitnya, Bulu kemaluannya terasa lembut menyentuh paha Ken-ken, sedangkan batang kemaluannya merapat di perutnya.
“Mau lari kemana, kongcu..? Jahat..!” katanya sambil menggesek-gesekkan puting susunya ke puting Ken-ken, rasanya nikmat sekali.
“Orang aku lagi mau ‘keluar’ koq dikerjain.. hh..? Itu tidak boleh, taihiap..!” omelnya sambil menatap tajam.
“Ya aku.. Aku salah..” kata Ken-ken.
Lalu ia pagut bibirnya yang basah itu. Langsung dibalas dengan ganas. Selir Su memeluk Ken-ken dengan erat sambil menggesek naik turun kemaluannya ke kejantanan Ken-ken.
Kemudian dia menghentikan pagutannya, lalu tersenyum mengejek Ken-ken.
“Kamu sudah bikin aku pusing, kamu harus aku hukum..” katanya.
“Dihukum apa enci..?” kata Ken-ken penasaran.
“Hukumannya ini..” lalu Selir Su meraih kejantanan Ken-ken dan langsung dimasukkan ke vaginanya, “Ngentotin sampai aku puaass.. oohh..!”
Lalu, Selir Su langsung menggenjot kejantanan Ken-ken naik turun. Aduh, benar-benar nikmat tidak tahunya. Begitu ketat mencengkeram kejantanan Ken-ken. Sementara itu, di depan wajah Ken-ken terpampang payudara besar yang terguncang-guncang.
“Ahh.. oohh.., punya kamu.. enak kongcu.. sstt.. ahh.. sst.. ahh..” desahnya sambil naik turun.
Ken-ken tidak dapat menjawab, soalnya lagi asyik melumat teteknya. Tangan Ken-ken mengelus-elus sekitar pantat semoknya sampai belakang vaginanya, biar dia benar-benar puas.
“Ah.. ah.. terus taihiap..! Jangan berhenti taihiap..! aku, suka ngentot sama kamu.. hh enak.. ohh.. ahh..!” jeritnya.
Kadang Ken-ken mesentak juga dari bawah, dan Selir Su senang sekali kalau sudah begitu.
“Sentak lagi.. oohh.. Aaa..! Iya.. iya.. begitu.. lagi.. lagii.. oohh..!”
Tanpa banyak buang waktu, Selir Su kembali melanjutkan goyangannya. Kadang goyangnya benar-benar maut, sampai menyentak kepalanya ke belakang. Atau kadang sambil meremas payudaranya. Atau dengan merebahkan kepalanya di dada Ken-ken. Sambil mengocok, seperti biasa dia suka sekali berkata kotor.
“Hhmm.., ohh.. yess.. goyang.. ahh.. hhmm.. enak kan, taihiap..?”
“Enakk.. banget, enci..” lenguh Ken-ken.
“Seneng khaann.. taihiap..!”
“Ya, .. ssenang.. ohh..”
“Aku.. sukka.. punya kamu.. taihiap.. oohh..” desahnya manja.
“Aku menyesal enci.. ohh..” desah Ken-ken.
10 menit kemudian, a Ken-ken merasa seperti akan pipis, karena kejantanannya sudah berdenyut. Rupanya Selir Su juga begitu. Dinding vaginanya mulai bergetar dan sudah basah sekali. Genjotannya pun sudah mulai mengganas, seperti saat dia menjerit tadi.

“Oohh.. nyonyaaaaa.. Aku mau.. pipis..”
“Aku.. juga kongcu.. (tuan muda) mau keluar.. taken yah.. kongcu, kita barengan ya.. taihiap..!” desahnya.
Lalu, Selir Su sudah semakin tegang, makin erat memeluk Ken-ken.
“Auh.. aku sampai sayanggg ohh.. ahh.. ahh..!” jeritnya, makin lama makin keras. Dan, “Teruss.., kongcu.. teruss.. aku.. ohh.. ahh.. aku keluarr..”
Dia menjerit dan menghentak-hentak dengan ganasnya. Saat itu, otot vaginanya betul-betul tegang dan memerah batang kejantanan Ken-ken. Dia menyemprotkan banyak sekali cairan..
Lalu, “Aku.. Aku mau pipis juga.. ohh..!”
“Pipiskan aja di dalam kongcu.. jangan dilepass.. taihiap.. aa..!”
“Crot.. crot.. crot..!” cairan Ken-ken muncrat di dalam vaginanya.
Keduanya sama-sama terengah-engah dengan nafas memburu dan terkulai lemas saling bertindiken.
Hampir saja Ken Ken jatuh tertidur diatas tubuh gadis itu, kalau saja Selir Su tidak menepuk-nepuk pantatnya dengan lembut,
“Tuan apakah pantas tidur disini … Aku bukan kasur lho” kata nyonya itu geli.
Ken Ken mengulingkan dirinya ke samping, ditolehnya nyonya itu, setelah terlampiaskan nafsunya atau karena merasa menyesal, nyonya itu terlihat tidak cantik lagi di matanya
Ken Ken mengeraskan hati dan sekali renggut dan mendorong, tubuh wanita itu terhuyung ke belakang dan wanita itu menjerit kecil.
“Maaf….!” Ken Ken membuka matanya. “Aku…. Aku mau tidur sendiri.”
Wanita itu tertawa. “Hi-hik, taihiap masih…. Masih jejaka tulen!!”
Ken Ken memandang tajam dan berkata agak ketus, “Pergilah, aku mau mengaso!”
Ketika bertemu pandang dengan sinar mata pemuda itu, si wanita kaget dan seperti seekor anjing dipukul dia ter­gesa-gesa pergi dari kamar itu melalui pintu, lupa untuk menggoyang kibulnya seperti biasa!

Hari itu juga Su-ciangkun mengadakan persiapan, memanggil semua perwira pembantunya dan mengatur rencana un­tuk mengirim seribu orang pasukan me­nyerbu tempat persembunyian Pek-lian Kai-pang di lembah Huang-ho. Ken Ken yang diberi kebebasan pura-pura ikut pula melakukan pemeriksaan, bahkan ia lalu membantu untuk melakukan penjaga­an dengan dalih kalau-kalau ada mata-mata musuh yang menyelundup dan me­ngetahui persiapan mereka. Su-ciangkun yang sudah mempercayainya tidak men­jadi curiga dan Ken Ken lalu keluar dari benteng untuk “melakukan pemeriksaan” di luar daerah benteng. Padahal ia hendak mengenal tempat itu sehingga kalau sewaktu-waktu ia turun tangan membunuh musuhnya, ia akan mengenal jalan untuk menyelamatkan diri. Ia mengambil keputusan untuk membiarkan Su-ciangkun mengirim pasukannya untuk dibasmi oleh Lauw-pangcu yang memasang jebakan, kemudian dengan alasan ikut pula menyerbu, ia akan mempunyai banyak kesempatan “membereskan” musuh besarnya itu.

BERSAMBUNG.