Senin, 09 September 2024

CATATAN HARIANKU 11

 

Part 11

“Sakit ?? ” Pak Agung bertanya, ia membelai rambut Veily
Sambil tersenyum Veily menggelengkan kepalanya, walaupun vaginanya terasa seperti kram dan ngilu menerima kehadiran batang kemaluan Pak Agung, Veily ingin memberikan yang terbaik untuk Pak Agung. Tubuhnya menggeliat-geliat ketika Pak Agung membenamkan batang kemaluannya, sesekali Pak Agung menahan batang kemaluannya ketika Veily meringis, kemudian pelan-pelan ia kembali melanjutkan membenamkan batang kemaluannya sampai mentok, perlahan-lahan Pak Agung mengaduk-ngaduk vagina Veily dan menggecakkan batang kemaluannya mendesak-desak lubang vagina Veily yang sempit. Perlahan-lahan Pak Agung mulai menarik dan membenamkan batang kemaluannya, berkali-kali Veily terperangah dan terperanjat keenakan ketika Pak Agung mulai menaikkan tempo genjotannya.
“Aaaahhhh….!! ” Veily menjerit keras kemudian
“Crrr.. Crrrrrr.. Crrrrrr, Ennhhh Pakkk…!!”
Pak Agung menghentikan gerakannya membiarkan Veily meresapi kenikmatan puncak klimaks yang baru saja diraihnya, setelah itu barulah Pak Agung kembali menarik dan membenamkan penisnya berulang kali.
“Cleppp.., Clepppp, Clepppp, Clepppp ” suara vagina Veily berdecakan menikmati sodokan-sodokan batang kemaluan Pak Agung yang semakin kuat menggenjot-genjot vaginanya.
“Auhhhhh….!! Aaaaa…..Ennnakkkkk, Ahhhhhhhh, terus Pakkk” Veily kehilangan kendali dibawah genjotan-genjotan batang kemaluan Pak Agung.
“AHHHH, AHHHHHHHHHHH…!! Pak Agunggggg….. Ohhhhhh” Veily menggoyangkan pinggulnya menyambut datangnya klimaks.

“Wahh…!? Veilyyyyyy, Ya Ampunnnn,!! enak banget….!! Aohhhhh!!” Pak Agung memanas-manasi Veily agar gadis itu lebih rajin menggoyangkan pinggulnya.
Pak Agung mendekap pinggul Veily sambil menjatuhkan tubuhnya ke belakang, kini Veilylah yang memegang peranan penting dalam persetubuhan itu. Nafas Pak Agung terasa sesak ketika Veily mengibaskan rambutnya ke belakang, cantik sekali ketika gadis itu menatapnya sambil tersenyum malu. Pak Agung tambah sesak nafas ketika Veily menundukkan wajahnya, tangan Pak Agung mengelus-ngelus pinggang dan pinggul Veily sambil membalas lumatan Veily dengan lembut. Veily menumpukan tangannya pada dada Pak Agung yang berotot kemudian sambil tersenyum ia menghempas-hempaskan vaginanya.
“Ahhhh.. Ahhhhh…. AHHHHH” desahan-desahan Veily terkadang terdengar keras ketika Pak Agung sesekali menghentakkan batang penisnya ke atas kuat-kuat menyambut hempasan vaginanya.
Mata Pak Agung menatap payudara Veily yang melompat-lompat dengan indah, kedua tangannya meremas payudara itu, kemudian mengelusi putingnya.
“Hssshhh Hsssssshhh Ahhhh Pakkk, Ohhhh enak sekali!! pakkk…Awwww… Awwwwwkkkssshh.” tangan Veily kini berpegangan pada tangan Pak Agung yang sedang meremasi induk payudaranya, hempasan vaginanya semakin lama semakin kuat dan cepat, berkali-kali Veily menjerit liar melampiaskan nafsu birahi yang meledak-ledak dengan hebat.

“Unnnnhhhh….!! Blukkkkkk…..” tubuh Veily tiba-tiba roboh sambil menggeliat-geliat “Crrrr Crrr….” Veily tersenyum puas, kedua matanya terpejam-pejam, vaginanya terasa berkedut-kedut memuntahkan cairan klimaksnya.
Pak Agung berbisik lembut “Kita coba sambil berdiri ya….”
Veily mengangguk, gadis itu bangkit dari atas tubuh Pak Agung. Pak Agung memeluknya dari belakang, gadis itu kegelian ketika Pak Agung mencumbui tengkuknya, kemudian melakukan hisapan-hisapan lembut di lehernya. Veily membusungkan susunya ke depan sambil mengalungkan kedua tangannya ke belakang leher Pak Agung ketika merasakan telapak tangan pria itu mengusapi bulatan susunya sebelah bawah.
“Lembut sekali…indah, Hemmmmm…” Pak Agung menggerayangi buah dada Veily sambil berkali-kali memuji keindahan dan kemulusan payudaranya yang sedang kenyal-kenyalnya akibat dirangsang oleh Pak Agung. Dijepitnya putting Veily kemudian dipilin-pilinnya dengan lembut, terkadang tangannya menggoyang-goyangkan bongkahan dada Veily.
“Veily, Bapak pengen nyodomi kamu ya..” Pak Agung meminta dengan sopan
Veily terdiam agaknya ia ragu-ragu, namun kemudian mengangguk pasrah.
“Nungging sayang, nahhhh….” Pak Agung meminta agar Veily bersedia menunggingkan bokongnya, tangan Pak Agung menekan buah pantat Veily sampai anus gadis itu terekspose dengan jelas.
“Haaaaaaaa…..” Veily menarik nafas panjang merasakan desakan kuat di lubang anusnya, kening gadis itu berkerut sedangkan mulutnya membentuk huruf “O”, tubuhnya berkali-kali terdorong ketika Pak Agung menghentakkan kepala kemaluannya berusaha melakukan penetrasi.

“ARRRRRWWWHHHHH……!! “gadis itu menjerit keras ketika satu tusukan yang kuat tiba-tiba memaksa lubang anusnya untuk merekah, kemudian kemaluan Pak Agung menyodok pintu duburnya dengan sentakan-sentakan yang kuat.
Pak Agung menahan pinggul Veily yang hendak melarikan diri, leher penisnya tertancap mengait lubang anus Veily yang merekah dan berkedut-kedut kuat mencengkram leher kemaluan Pak Agung. Lutut Veily goyah, perlahan-lahan, tubuh gadis itu melorot turun dan bersujud dengan posisi kedua lututnya yang sedikit mengangkang, Pak Agung ikut turun bersujud di belakang tubuhnya. Tangan Pak Agung yang kekar dan berotot membelit tubuh Veily dan memeluk erat-erat tubuh gadis itu, Pak Agung mendesakkan batang kemaluannya, sampai selangkangannya menyatu erat dengan buah pantat Veily yang bulat padat dan terasa halus ketika bergesekan dengan selangkangan dan perut Pak Agung yang berotot. Veily menolehkan kepalanya menyambut datangnya bibir Pak Agung yang melumat bibirnya. “Hmmmfffhhhh… Mmmmmmhhhh…., Mmmm” bibir Pak Agung melumat-lumat bibirnya sementara kedua tangan Pak Agung merayap ke depan mengelus lembut puncak payudaranya kemudian meremas-remas gundukan buah dadanya. Pada saat yang bersamaan Pak Agung memompakan batang kemaluannya keluar masuk menyodok-nyodok lubang anusnya.

“Unngghh, Unnnggghhh, Unnnnnnnhhhh….!! ” berulang kali Veily mengeluh ketika merasakan sodokan-sodokan Pak Agung yang semakin lama semakin keras dan kencang merojok-rojok lubang anusnya.
“Plokkk.. Plokkkk… Plokkkkk.. Plokkkk……”
Suara hantaman selangkangan Pak Agung ketika membentur pantat gadis itu, Entah kenapa Veily malah rela biarpun lubang anusnya terasa sakit ketika disodok-sodok kuat oleh Pak Agung, sambil menggeliat-geliat perlahan-lahan Veily mengalungkan kedua tangannya ke belakang.
“Hemmmm, He he he he….” Pak Agung semakin betah meremas-remas buah dada yang sengaja dibusungkan oleh pemiliknya, begitu kenyal, halus, putih dan lembut. Sesekali Pak Agung mencium gemas pipi Veily kemudian mengecupi dan mencumbui lehernya.
“Enn Ngaaahhhhhhhhhhh…..!! Crrr Crrrr Crrrrr”
“WHOWWW… Kecroootttt… Crooootttttt…..”
Gadis itu menyandarkan kepalanya ke belakang, entah kenapa Veily tidak merasa seperti sedang diperkosa oleh Pak Agung. Mungkin karena Pak Agung begitu baik dan perhatian??? Tubuh Pak Agung yang tinggi besar dan berotot seperti Ade Rai tidak dapat menyembunyikan hati Pak Agung yang lembut.
Pak Dion mengangkat Hpnya
“Haloo, Oohhh kamu ?? gimana ??”
“Ha Ha Ha…bagus-bagus…., rencana yang bagus ” Pak Dion terkekeh sambil membayangkan santapan lezat selanjutnya.

******************************
Setelah selesai merangkaikan kata-kata di dalam buku harianku
Aku termenung,
aku tidak sabar menanti datangnya hari esok.
Empat orang gadis cantik
akan mengadakan rapat penting,
di markas besar mereka.
****************

================================================

“Hoammmm…..!! ” Aku menguap sambil menggeliatkan tubuhku kesana kemari, hari Minggu yang indah…,Oppppsss!!!! tiba-tiba aku tersadar ketika memandang jam, wah jam 10 nehh….!!, aku langsung melompat dari atas ranjang, baru saja aku hendak masuk ke kamar mandi yang berada di dalam kamar, tiba-tiba Hpku berbunyi, aku segera menyambarnya dengan sigap, begitu diangkat, terdengar teriakan keras…..
“MAYAAAAA….., UDAH JAM BERAPA INI…, ????UDAH BERJUTA-JUTA KALI AKU TELEPON, Nggak DIANGKAT!!! , PASTI MASIH TIDUR YA!!!!!” terdengar suara Vivi menggelegar sampai kupingku terasa sakit.
“Iy..Iya..Vi, aku segera datang….” aku langsung menutup dan melemparkan Hp jadulku, Hp tahan banting yang selalu setia melayani diriku, aku bergerak secepat kilat masuk kekamar mandi “Byurrrr… Byurrrr…..”, setelah memakai baju,aku berlari-lari kecil, ngejar-ngejar angkot dan akhirnyaaaa….!! Mampus aku !! Macetttt…..!!! Hasilnya…, jam 12 lebih dikit aku baru sampai divdepan pintu rumah Vivi,
“Ting…, Tonggg, Ting Tongggg…..” dengan was-was aku menekan bel
“Cklekkk…..” pintu itu langsung dibuka, Reinalah yang membukakan pintu untukku, menyambut tamu pentingnya yang datang sedikit terlambat.
“Hai, Reiii…” Aku mencoba memasang senyuman manis, aduhh!!, Reina malah cemberut, membuang muka, kemudian melangkah menjauhiku, setelah menutup pintu Aku menghampiri teman-temanku, Ihhh….!!, Pandangan mereka dingin banget.

“Maya.., kamu tahu nggak, sudah jam berapa ini ?? ” Reina menegurku.
“Jam 12 lebih dikit Reiiii….” Aku menjawab pelan, sambil menundukkan kepalaku.
“Coba liat baik-baik ke jam dinding…., jamnya bukan di lantai !! di atas!!” Farida yang biasanya memanjakanku kini menatapku dengan tatapan juteknya, aku menengokkan kepalaku ke arah jam dinding yang cengar-cengir menertawakanku.
“Sekarang bilang jam berapa…?? kamu kan tahu, kalau hari ini kita kumpul jam 9.30 , Ayojawab! jam berapa???!!! ” mulut Vivi meruncing seperti nyamuk raksaksa, ngunngggggg,,,! nguuuunnggggg….!
“Jam 12 lebih….dikit….,”Aku menjawab sambil kembali menundukkan wajahku..
“JAM SATU KURANGGGGGGGG SEMENIT!!!” hampir bersamaan Vivi, Farida dan Reina berteriak keras, wajah mereka merah padam menahan nafsu birahi yang memuncak sampai keubun-ubun, ehhhhh, menahan emosi maksud-ku T_T. Aku langsung mengambil posisi duduk di kursiku menyusul teman-temanku yang sudah mengambil posisi duduk di kursi masing-masing.
“KITA NGGAK BISA TERUS SEPERTI INI, MENUNGGU NASIB…,PASRAH TANPA DAYA, KITA HARUS MELAWAN, DLL, DSB… DST……….” Vivi langsung membuka rapat penting dengan pidatonya yang berkobar-kobar.
“Gimana kalau kita laporkan saja peristiwa ini…??” aku mulai antusias mengikuti jalannya konfrensi penting ini.
“Hmmmm, kurasa bukan langkah yang tepat, kalau nggak salah Pak Dion itu banyak koneksinya…loh” Reina mengerlingkan matanya padaku.
“Betul” kata Reina, “kita nggak bisa sembarangan, jangan terpancing emosi, pikirkan dulu baik-baik sebelum mengambil tindakan lebih lanjut” Farida berkata bijak sambil mulai menggeserkan kursinya ke sebelahku.

“Tapi yang pertama sich kita harus mengumpulkan bukti-bukti terlebih dahulu….” aku mengepalkan tanganku karena gemas pada Pak Dion?? Yap… betul..!! tapi aku juga gemas menatap pisang goreng gratis di atas meja, tanganku bergerak menyambar pisang goreng di atas meja dan happpppp…., langsung kucaplok pisang goreng gratisan itu ^^, Reina , Farida dan Vivi tidak mau kalah, Nyam, Nyam, Nyammmm….
“Ntar kalau sudah terkumpul bukti-bukti itu kita pakai untuk menekan mereka” aku berceloteh panjang lebar.
“Hemmmmm, ” Vivi menganguk-anggukkan kepalanya, demikian juga halnya Reina dan Farida,
“Plakkkkk…..!! “, Vivi menggampar tanganku yang hendak menyambar pisang goreng terakhir, aku hanya dapat menatap lemas, pisang goreng terakhir itu masuk ke dalam mulut Vivi.
“Tapiii…., gimana caranya kita mengumpulkan dan menggunakan bukti-bukti itu untuk menekan mereka ?? ” Farida bertanya sambil memandang padaku, maklum biasanya aku ini memang paling encer, mungkin karena aku ini reinkarnasi detektif terhebat di dunia.
“Gimana kalau kita foto, kalau perlu kita rekam…., terus kita pakai itu semua untuk mengancam mereka…”Wah….aku memang hebat, nggak percuma kan, teman-temanku menunggu kedatangan detektif cantik Maya, yang sudah terkenal sampai ke seluruh pelosok negri ini, cantik, baik hati, pintar, gesit, selalu tepat waktu nggak pernah telat sedikitpun (Karena telatnya banyak dan sering banget…..Ho Ho Ho)

Vivi mengeluarkan HP-nya dengan kamera 1.3 mega pixel, Farida, Reina juga mengeluarkan Hp terbaru mereka, Hp3.5 G dengan kamera 3.2 mega pixel, kabarnya mereka menguras hasil tabungan mereka demi HP baru merk Sony Ericson dengan cybershoot, kemudian mereka menatap Hp di genggaman tanganku. Kali ini detektif cantik Maya tertunduk lesu, maklum kekurangan modal, sisa uang bulanan habis buat beli baju baru dan koleksi buku komik dan menabung tentunya (70 % Shoping beli baju & 25 % Dana untuk mengoleksi buku komik, 5%-nya nabung…waduhhh…!!) Sambil mencoba tersenyum, aku menyembunyikan Hp kesayanganku yang “menangis” karena kalah telak oleh Hp di tangan teman-temanku. Langsung deh topik pembicaraan segera beralih, Vivi, Farida dan Reina sibuk membahas tentang fitur Hp di tangan Reina dan Farida, maklum baru beli, belum bisa menggunakan fungsi-fungsi yang terlalu tinggi, aku menggeleng-gelengkan kepala, punya Hp mahal tapi nggak tau menggunakan kelebihan fiturnya, lebih baik Hp kesayanganku yang sudah kuketahui dengan baik kegunaannya misalnya untuk SMS dan untuk nelepon. Itulah sepenggalan rapat penting empat gadis cantik di rumah Vivi.

****************************** *
Pagi hari…tepatnya Hari Senin pagi.

Aku berlari-lari kecil dengan sekantung buah-buahan, mangga, kedongdong, jambu, bangkoang lengkap dengan garam dan serbuk cabe, cemilan favourit empat gadis cantik, bayangkan betapa baiknya aku, di pagi hari berlari-lari membawakan buah-buahan untuk teman-temanku. Sebelumnya (T_T), tiga Sms masuk hampir berbarengan keHP-ku, isinya sbb
– Maya kamu kan datengnya paling telat, titippp…Mangga
– Aku juga mayyy,,,, Tolong Ya…Kedongdongnya
– Maya jangan telat lagi loh, jambunya jangan lupa.
Tiba-tiba seseorang melompat dari tempat tersembunyi
“Awwwww….!! ” Aku berteriak kaget….
“Vivi…, jangan bikin kaget gitu Ahhhh….!!”
Sementara murid laki-laki yang sedang nongkrong tersenyum-senyum memandang kami dengan penuh arti, hemm, kalau nggak salah gengnya Si Doni deh, murid kelas 2-A yang terkenal bengal, kakak kelas yang nyebelin.
Sekilas Aku dan Vivi memandang mereka kemudian berlalu entah apa yang sedang dibisikkan Doni ditelinga salah seorang temannya itu. Sementara para murid sibuk belajar di kelas mereka masing-masing, Pak Dion juga sibuk di dalam mobilnya. Hujan deras seakan-akan berpihak dan membantu menyembunyikan kebejatannya di dalam mobilnya. Seorang murid cantik kembali menjadi korban kebuasan Pak Dion. Dengan kesal siswi cantik itu menepiskan tangan Pak Dion yang merayap-rayap di dadanya, matanya menatap tajam pada pria itu, ada rasa benci, sebel, dan juga ada rasa tidak berdaya dalam sorot sinar matanya.

Murid cantik itu berontak ketika Pak Dion menariknya ke bangku belakang. Dengan kasar Pak Dion menekan bahu muridnya yang cantik agar berbaring terlentang. Nia Andini, murid cantik kelas 1-A, ia kini terlentang tanpa daya, sementara tangan Pak Dion kembali merayap ke arah dadanya yang cantik. Nia mendengus kesal sambil memalingkan wajahnya, ia tidak sudi menatap wajah mesum Pak Dion yang tersenyum-senyum senang, kedua tangannya terkepal rapat ketika merasakan remasan-remasan tangan Pak Dion. Pak Dion hanya tersenyum ia memaklumi, Nia memang masih kekanak-kanakan, masih polos, belum mengenal arti dari kenikmatan. Tangan Pak Dion mulai melepaskan kancing baju seragam Nia, satu demi satu, tanpa mempedulikan Nia yang terisak menangis, Pak Dion berbisik di telinga muridnya “Nia, sebenarnya nilai kamu itu jauh dari cukup untuk dapat masuk ke SMA ini, sangat kurang malah!!!, tapi kecantikan kamulah yang membuat kamu dapat lolos diterima disini he he he”
Pak Dion mencumbui leher Nia Andini, isakan gadis itu terdengar semakin keras ketika cumbuan Pak Dion semakin turun ke arah dadanya.
“Jangan Pakkkk….., ” Nia memohon terisak sambil berusaha menepiskan tangan Pak Dion yang hendak menyusup kebalik branya.
Pak Dion menggeram kemudian menyusupkan tangannya dengan paksa kebalik bra Nia, tubuh Nia tersentak merasakan telapak tangan Pak Dion yang kasar bergesekan dengan permukaan payudaranya yang lembut dan halus.
“He he he, Ayolah Nia nggak usah nangis gitu dong, bapak cuma ingin memberikan kenikmatan untuk kamu, apa itu salah ?? ” Pak Dion semakin aktif meremas-remas payudara Nia, Nia berusaha bertahan dengan sekuat tenaga, ia mengenyahkan jauh-jauh rangsangan yang semakin kuat berusaha menyeretnya menerima perlakuan Pak Dion,

BERSAMBUNG.