Part 7
Anita membalikkan tubuhnya, kemudian sedikit menungingkan
bokongnya, kedua tangan Anita bertumpu pada tembok. Veily berjongkok kemudian
telapak tangannya mengelus lembut betis Anita. Usapan-usapannya semakin naik
merayap ke atas, merayapi permukaan paha Anita sebelah dalam. Dengan sekali
sentak tangan Veily menarik celana dalam Anita. Lidah Veily mengulas-ngulas
lubang anus Anita, membasahinya dengan air liurnya sebagai pelumas dan
ditusuknya lubang anus Anita dengan lembut.
“Uhhhh….” Anita menarik pinggulnya ketika jari Veily mengelus lembut lubang
anusnya., perlahan-lahan jari Veily menekan-nekan berusaha melakukan penetrasi.
Nafas Anita kadang-kadang memburu, kadang tertahan, kadang menghela nafas
panjang dengan tubuhnya yang mengejang ketika perlahan-lahan jari temannya
memasuki lubang anusnya.
“Ahhhhhh…, Shhhhhhh, pelanh, pelannhhh….” Anita mengernyit ketika Veily mulai
menarik dan menusukkan jari telunjuknya, Veily menghentikan gerakan jarinya, dengan
lembut Veily mengecupi buah pantat Anita, Veily memberikan kesempatan pada
Anita agar dapat membiasakan diri dengan sebuah jari yang tertancap dilubang
anusnya, agak lama barulah Veily melanjutkan gerakan jarinya, ditariknya
perlahan kemudian ditusukkannya dengan selembut mungkin.
Tangan Veily yang satunya lagi membelai-belai permukaan vagina Anita yang tanpa
jembut, Veily tersenyum, Anita memang rajin mencukur bulu jembutnya, sama juga
seperti dirinya, rajin merawat daerah intim di selangkangannya..
Jari Veily mulai melakukan gesekan pada belahan vagina Anita
sekaligus menarik dan menusukkan jarinya pada lubang anus gadis itu. Mulut
Anita ternganga-nganga tanpa dapat mengeluarkan suara, yang ada hanya desahan
nafasnya yang tersendat-sendat.
“Sssshhhhhhh…..,” kepala Anita terangkat keatas, mulutnya sedikit ternganga,
kemudian mendesah panjang “Ahhhhhhhhhhhh……..”
“Crrrrrrrrttt… Crrrrtttt….” tubuh Anita mengejang kemudian seperti terhempas
dengan lembut, lubang vaginanya berdenyut-denyut membuahkan rasa nikmat yang
menjalari sekujur tubuhnya.
Mulut Veily buru-buru melumat lubang vagina Anita, diemutnya dengan lembut,
dihisapinya cairan-cairan lengket itu sampai kering. Tiba-tiba Veily bangkit
berdiri, tangannya bergerak liar menelanjangi Anita, kemudian ia membuka
bajunya sendiri, dua gadis cantik itu sudah sama-sama polos tanpa selembar
benangpun menutupi tubuh mereka. Veily memeluk erat-erat tubuh Anita, Anita
mendesah sambil membalas pelukan Veily, untuk beberapa saat mereka berdua
berdiri saling berpelukan, rasa hangat itu terasa menenangkan, perlahan
membakar kemudian dengan lembut mengobarkan api birahi mereka. Veily merundukan
kepalanya untuk mencium bahu Anita, kecupan ciuman Veily menjalar mengecupi
leher Anita, sebelum akhirnya bibir keduanya menyatu, memangut-mangut, saling
mengecup dan saling kulum.
Veily tersenyum kecil sambil menggesek-gesekkan susunya pada susu Anita, Anita juga menggerak-gerakkan susunya, sesekali desahan kecil bergantian keluar dari mulut kedua gadis itu, terkadang gerakan dan desahan kecil mereka berhenti karena terusik oleh seseorang yang memasuki toilet, untuk mencuci tangan, untuk membenahi make up, dan untuk buang air kecil dikamar sebelah mereka, setelah suasana mendukung barulah kedua gadis itu perlahan-lahan memulai kembali kegiatan mereka. Anita menundukkan kepalanya kearah payudara Veily, dikecupinya dengan lembut bulatan susu Veily yang menggembung semakin membuntal padat, sesekali mulut Anita memangut-mangut liar sampai Veily mendesah keenakan. Veily menyandarkan punggungnya pada dinding, sambil menyodorkan vaginanya kedepan dengan posisi kedua kakinya sedikit mengangkang, Anita berlutut di antara kedua kaki Veily, tangan Anita merayapi permukaan paha Veily, mata Anita menatap sayu pada belahan vagina Veily sebelum menjulurkan lidahnya keluar dan memoles belahan bibir vagina Veily, dikecupnya bibir vagina Veily dan dihirupnya aromanya yang sangat disukai oleh Anita. Bibir Anita dengan lembut memangut-mangut bibir vagina Veily, jarinya menekan sisi bibir vagina Veily agar belahan itu sedikit merekah. Anita menggerakkan lidahnya mirip seperti sedang mengait sesuatu, mengorek, dan mengulasi daging klitoris Veily yang semakin membengkak. Sesekali Veily menarik vaginanya ketika rasa geli itu semakin hebat menyerang daerah intimnya, namun kemudian menyodorkan kembali vaginanya kemulut Anita. Tangan Veily membelai – belai rambut Anita, sesekali kepalanya terangkat ke atas dengan mata terpejam-pejam menikmati ulasan-ulasan lidah Anita di selangkangannya.
Wajah Veily tampak semakin sensual ketika mendesah-desah, kadang
mulutnya seperti hendak mengucapkan kata “A”, kadang meruncing tajam.
“Veilyyy….” Anita mendesah sambil merayapkan jari tengahnya pada belahan pantat
Veily, Veily membalikkan tubuhnya, kemudian menungging, kedua telapak tangannya
menempel pada dinding.
“Ennhh…, Nit, sakit nggak ?” kini giliran Veily yang merasa khawatir ketika
mencoba hal yang benar-benar baru dalam hubungan mereka.
“Sedikit…, “Anita menjulurkan lidahnya, kemudian mengelitiki sela-sela pantat
Veily, dikaitnya lubang anus Veily, dikecupinya buah pantat Veily yang bulat
padat, setelah anus Veily agak basah terbasuh oleh air liurnya barulah Anita
menempelkan jari tengahnya pada lubang anus Veily.
.”Annhhhhh….” Veily menggigit bibir bawahnya ketika merasakan jari tengah Anita
mulai mengorek dan menusuk lubang anusnya, ada sedikit rasa pedih ketika jari
tengah Anita perlahan-lahan memasuki duburnya.
“Aww….”
Anita menghentikan gerakan jari tengahnya ketika Veily meringis ,
“Terus ?” Anita berbisik, setelah Veily menganggukkan kepalanya barulah jari
tengah Anita menekan lebih dalam..
“Cuppp.. Cupppp… Cuppp” Anita mengecupi pinggul, pinggang, punggung dan
kemudian mengecupi tengkuk leher Veily. Tangan Anita yang satunya meremas-remas
payudara Veily yang membuntal, semakin padat dan kenyal ketika tangan Anita
mengelus dan meremasinya.
Veily menolehkan kepalanya kesamping kearah Anita, lidah Veily
terjulur keluar menghampiri lidah Anita, mulut Anita terbuka lebar dan
mencaplok lidah Veily kemudian dihisapinya lidah Veily dengan lembut, tangan
Anita merayap kebawah dan mengelusi bibir vagina Veily, terkadang dengan remas
Anita meremas-remas selangkangan Veily, sementara jari tengahnya yang masih
mengait lubang anus Veily bergerak keluar masuk dengan lembut. Anita semakin
giat merangsang Veily terus menaikkan nafsunya
“Aaaak…” Akhirnya Veily terpekik kecil ketika merasakan letusan nikmat yang
diiringi dengan denyutan-denyutan kenikmatan di lubang vaginanya, hanya
desahan-desahan kecil yang terdengar dari bibir Veily yang tersendat-sendat
“Crrrrrrrrrrrrr… Crrrrrrrrr”
Anita berjongkok, mulutnya mengulum kuat-kuat lubang vagina Veily, kemudian
lidahnya membersihkan sisa-sisa lendir kenikmatan di vagina Veily, juga
sebagian yang melelehi paha Veily sebelah dalam dengan lidahnya, dihisap dan
dijilati sampai bersih. Anita merapatkan buah dadanya pada punggung Veily,
kedua tangan Anita menggenggam bongkahan payudara Veily, sesekali terdengar
helaan – helanan nafas panjang diiringi oleh suara kecupan kecil. Beberapa saat
kemudian setelah “Tuan Peluang memberikan kesempatan” pada Anita dan Veily,
pintu yang tertutup itu perlahan-lahan terbuka, mereka keluar dari tempat
“Persembunyiannya” , mencuci tangan mereka dan kemudian melap wajah mereka
dengan tissue basah, kedua gadis itu berlalu seolah-olah tidak ada kejadian
apapun di dalam toilet itu.
Tidak berapa lama, seorang wanita muda masuk ketepat
persembunyian Veily dan Anita, keningnya berkerut, menatap dua helai kain
segitiga berwarna putih yang tertinggal disudut WC. Kedua gadis itu
bergandengan tangan melanjutkan perjalanan, shooping, beli baju, trus Disctara
beli DVD, trus beli buku ke Gramedia, dan kini siap-siap naik ke elevator
menuju foodcourt untuk mengisi perut mereka. sambil tersenyum-senyum kecil
Anita berbisik
“Pssstttt…..Ly…….”
“Hemmmm?” Veily menatap Anita kemudian melirikkan matanya mengikuti arah
pandangan mata Anita.
Dengan sengaja Veily menumpangkan sebelah kakinya agar rok mininya tersibak
menampakkan sepasang pangkal pahanya yang mulus, Anita tersenyum nakal kemudian
melakukan hal yang sama. Berkali-kali laki-laki itu melirik kebawah meja,
jakunnya bergerak turun naik, matanya melotot besar menyaksikan pemandangan
syur, begitu gempal, mulus, putih dan tampak lembut halus, sepasang pangkal
paha yang tersibak itu begitu menggodanya, kedua kaki laki-laki itu merapat
berusaha menyembunyikan sesuatu yang mendadak tegang didalam celana dalamnya.
Nafas laki-laki itu semakin berat ketika dengan sengaja Veily memiringkan
posisi kedua kakinya kearah laki-laki itu dan dengan perlahan-lahan membuka
kedua kakinya melebar, Veily pura-pura tidak tahu kalau laki-laki itu sedang
mengintipnya. Mata laki-laki itu mendelik ketika menatap selangkangan Veily,
dengan terburu-buru seperti teringat sesuatu laki-laki itu kemudian mengambil
handphonenya, namun ia kecewa karena pertunjukan sudah usai kedua gadis cantik
itu berdiri dan berlalu begitu saja.
Veily dan Anita masuk ke mobil Hyundai Atoz,
“Ha Ha Ha Ha….. ” Veily tertawa lepas
“Napa ? ” Anita keheranan.
“Tadi itu loh, liat nggak mukanya gimana ?”
“Oo, ,Si Doni liatin kita kan he he he?”
“Kamu ngasih liat apa aja tadi ?” Veily tersenyum nakal
“Aku kasih liat paha…, yah dikit sih…?”
“Kalo kamu…..?” Anita balik bertanya.
“Aku kasih liat…… Ehhhhh…..!! Aduhhhhhhh “Veily berseru kaget sambil menunjuk
ke arah selangkanganya.
“Eeng, kayaknya ketinggalan tadi ya ?” Anita mengingat sesuatu yang pasti
tertinggal di toilet, kain segitiga putih yang seharusnya melindungi daerah
intim mereka.
“Jangan-jangan tadi kamu ngasih lihat….” Anita tidak melanjutkan kata-katanya,
Anita tertawa terpingkal-pingkal
Wajah Veily merah padam, untuk pertama kali didalam hidupnya seorang laki-laki
melihat wilayah intimnya, maksud hati hendak menggoda apalah daya ternyata
justru jadi kebablasan.
“Sudah.., Sudahhh, jangan terlalu dipikirkan Ha Ha Ha HA” Anita tertawa ngakak,
sambil menyandarkan punggungnya kebelakang.
‘Pantesan tadi rasanya dingin gitu !, Full AC ” Veily menghela nafas panjang
Kemudian menyalakan mesin mobil, tidak berapa lama sebuah mobil Atoz meluncur
meninggalkan gedung mall.
***********************
Keesokan harinya
Anita tersenyum-senyum ketika Doni berulang kali memandangi Veily, sedangkan Veily tampak cemberut bercampur jengah. Ya… pada Doni!! teman sekelas yang terkenal menyebalkan, bahkan sampai terkenal di seluruh sekolah, siapa sih yang nggak tahu Doni si rambut keriting, bandel, sok jago, tinggi hati,duh si hitam yang menyebalkan, pada laki-laki inilah Veily memperlihatkan miliknya dan laki-laki itu tengah memandangi dirinya dengan penuh nafsu. Doni si rambut keriting tengah terbuai dengan khayalannya, berselancar dengan pikiran mesumnya, masih teringat jelas pemandangan di foodcourt yang membuatnya tidak dapat tidur semalaman. Doni melangkahkan kakinya, pikirannya masih dirayapi nafsu yang membara akibat “pemandangan indah di foodcourt”, tiba-tiba ia menyaksikan peristiwa yang janggal, Pak Dion menuju gedung sekolah yang sudah lama tidak terpakai, Ira dan Feby mengikutinya dengan wajah tertunduk. Doni bertanya-tanya ngapain ketiga orang itu? Ia memutuskan untuk melakukan pengintaian. Begitu ketika orang itu menghilang dari pandangannya Doni langsung meluncur menuju TKP. Dengan mengendap-ngendap Doni mulai melakukan penyelidikan, langkah kakinya berhenti ketika mendengar suara mencurigakan disebuah kelas, perlahan-lahan Doni mendekati kaca jendela kelas, ia tercekat, nafasnya tertahan , dengan jelas matanya menyaksikan Ira dan Feby perlahan-lahan berlutut dihadapan Pak Dion yang sedang berdiri sambil berkacak pinggang.
Perlahan-lahan tangan Ira dan Feby mengelusi permukaan celana
Pak Dion yang menggembung, Doni tahu dengan jelas benda apa yang membuat
permukaan celana itu menggembung. Tangan Ira membuka ikat pinggang Pak Dion,
kemudian Feby menarik turun resleting Pak Dion, celana panjang Pak Dion pun
melorot hingga celana dalamnya tersekspos, tampaknya celana dalam pak dion
Hampir tidak dapat menampung penis besarnya yang over size. Perlahan-lahan Feby
dan Ira menarik turun celana dalam Pak Dion,
“Cuphhh, Cuphhhh, Cuphhhhhh” Pak Dion terkekeh ketika merasakan kecupan-kecupan
bibir kedua gadis itu dibatang kemaluannya menengokkan kepalanya kebawah,
memperhatikan Ira dan Feby yang mulai menjilati batang penisnya dengan lidah
mereka. Rasanya basah, hangat dan menyenangkan ketika merasakan lidah kedua
muridnya menelusuri batang penisnya. Tidak percuma Pak Dion bersusah payah
mengajari kedua muridnya yang cantik, bayangkan betapa menderitanya pak Dion
ketika harus mengerahkan kemampuannya, mengarahkan kedua muridnya yang cantik,
memberikan, saran, koment, kritikan, berjam-jam berteriak-teriak memberikan
arahan, sampai bercucuran keringat. Pak Dion menekan belakang kepala Feby
ketika gadis itu membuka muluat dan mengulum kepala penisnya. Nafas Feby terasa
sesak ketika penis Pak Dion menusuk sampai kekerongkongannya. Feby hanya dapat
memejamkan mata , wajahnya mengernyit ketika Penis pak Dion semakin dalam
merojok kerongkongannya, kemudian penis yang besar itu bergerak maju
mundur,setelah puas Pak Dion menarik batang penisnya dari mulut Feby kemudian
menyodorkannya kemulut Ira, Ira membuka mulutnya lebar-lebar, penis itu
bergerak-menekan-nekan semakin dalam, ditarik sedikit kemudian ditekannya
semakin dalam merojoki kerongkongan gadis itu. Pak Dion semakin kencang memacu
Penisnya..
“Ahhhhh, Uhhhhhhh…..” Ira menarik kepalanya untuk mengambil nafas,
Dengan terburu-buru Ira memasukkan penis Pak Dion kedalam mulutnya ketika
mendengar helaan nafas kekecewaan Pak Dion. Penis Pak Dion kembali bergerak
keluar masuk merojoki kerongkongan Ira, berkali-kali wajah Ira mengernyit
ketika penis Pak Dion merojok kerongkongannya.
Pak Dion mengambil sebuah kursi dan duduk dengan santai diatas
kursi itu, Hmmmmm, untuk sesaat Pak Dion menimang-nimang, siapakah yang akan
disantapnya terlebih dahulu, Ira atau Feby ?
“Ira…..,” Pak Dion memanggil nama gadis itu
Ira tertunduk, tanpa berani menatap wajah Pak Dion, perlahan-lahan Ira
mendekati pak Dion,
“Nah, buka celana dalam kamu,…” Pak Dion tersenyum mesum.
Ira membuka celana dalamnya menuruti perintah Pak Dion. Kemudian dengan perlahan-lahan
ia berusaha mengangkangi batang penis Pak Dion. Batang Penis itu bersembunyi
kebalik rok Ira dan mendekati belahan vaginanya. Tangan Pak Dion mengangkat rok
Ira agar dapat memastikan kepala penisnya berada di jalur yang benar. Ira
menurunkan pinggulnya,
“Ohhhhhhhhhhhhh…………” Ira mendesah lirih ketika penis itu terbenam semakin
dalam, entah kenapa Pak Dion lebih suka menyetubuhi ketika Feby dan Ira ketika
mereka masih lengkap mengenakan pakaian seragam SMA, mungkin dengan begini
image mereka sebagai gadis SMA dan muridnya terasa lebih kental, di benak dan
nafsunya.
Doni tidak dapat melihat dengan jelas, namun Doni yakin kalau penis Pak Dion
pasti sudah menembus vagina Ira. Buktinya Ira merintih setiap Pak Dion bergerak
menyentak-nyentak dalam gerakan yang berirama.
“Krett… Kretttt. Krettttt”
“Ahhhhh, Ahhhhhhh, Ahhhhh Pakkkkk….”
Suara deritan kursi bercampur dengan rintihan dan desahan Ira
“Nhhhhhh…, Ahhhhhhhhhhhhhhhh, Ennnhhhhhhhhhhhhh” Ira tampak giat menggerakkan
pinggulnya naik turun, tangan Pak Dion bergerak membantu muridnya yang cantik
sambil menyentak-nyentakkan penisnya ke atas ketika pinggul Ira bergerak turun.
“Aduhh… Pakkkk, Aduhhhhh, Crrrr Crrrrrrr….” Ira rubuh dalam pelukan Pak Dion, tangan Pak Dion memeluk erat-erat tubuh Ira, tangan kirinya merayap dan menekan bokong Ira dengan kuat, dilanjutkan dengan tangan kanannya yang membelai rambut Ira dengan lembut, hidungnya kembang kempis mengendusi harum rambut gadis itu, Pak Dion ingin menunjukkan sisi kelembutannya sebagai kepala sekolah yang selalu mengasihi murud-muridnya, tentu saja dengan “catatan khusus”, untuk murid-murid yang cantik. Setelah menunggu beberapa saat Pak Dion menepuk-nepuk pinggul Ira dengan lembut. Ira mengalungkan kedua lengannya pada leher Pak Dion, bibirnya mengecupi bibir kepala sekolah bejat itu seolah memohon agar ia dapat bersabar, pak Dion membelai wajah Ira, kemudian bibirnya melumat bibir gadis itu dengan lembut. Bibir Pak Dion berpangutan mesra dengan bibir muridnya yang cantik, lidah Pak Dion mengait dan membeliti lidah Ira kemudian menghisapi lidah Ira yang terjulur keluar yang dilanjutkan dengan melumat dan mengulum bibir gadis itu. “Ckkk, Ckkkkk Ckkkkk…..”, suara mulut Pak Dion berdecakan dengan mulut Ira. Tangan Pak Dion kembali menepuk-nepuk lembut pinggul Ira, kali ini pinggul Ira bergoyang seperti bermain hula hop, sebelum naik turun dalam gerakan-gerakan tubuhnya yang erotis. “Annnhhhh…, Annnnnnnnnnnnhhhhh,,, Annnnhhhh… “Suara tertahan dari mulut Ira terdengar berirama semakin panas dan panas. Tangan Pak Dion mengelusi pinggang Ira kemudian tangannya merayap mulai melepaskan kancing baju seragam Ira, nggak semua memang hanya sampai sebatas pusar, dan meninggalkan satu kancing baju terakhir tetap mengait di baju seragam Ira. Pak Dion menarik cup bra Ira sampai sepasang payudaranya tersembul dengan indah menantang mata Pak Dion.
Pak Dion menggerakkan punggungya ke depan, tubuhnya mirip
seperti hendak membungkuk ke depan secara otomatis punggung Ira terdorong ke
belakang mirip seperti orang hendak terjengkang kedua kakinya mengangkang tanpa
daya di samping pinggang Pak Dion, namun Ira tidak jatuh karena tangan Pak Dion
yang berbulu menopang pinggang dan punggungnya dan terus membungkuk sampai
mulutnya sejajar dengan payudara Ira, dikecup-kecupnya bulatan payudara Ira
yang putih, berkali-kali wajah Pak Dion terbenam ditengah-tengah payudara Ira,
mengendusi dan mengecup, lidahnya terjulur menjilati bulatan susu Ira, mengemut
puncak payudara gadis itu dan melumat kuat-kuat putingnya yang semakin
mengeras.
“Ahhhhhhhhh…! ” Ira menjerit keras ketika tiba-tiba Pak Dion bergerak memacu
penisnya kuat-kuat, sekaranglah waktunya Pak Dion membuka topeng kelembutannya
sebagai kepala sekolah, dan mengganti topeng di wajahnya dengan topeng kebuasan
berlapiskan nafsu binatang.
“Ha Ha Ha…, gua entot luh, Hih, gua ijut memek lu sampe bucat” Pak Dion memacu
penisnya semakin kasar dan kuat. Ira merintih-rintih dan sesekali mengerang
keras ketika penis Pak Dion yang over size itu mulai mengoboki vaginanya, Ira
meringis merasakan gerakan-gerakan kasar di vaginanya.
Batang penis Pak Dion keluar masuk dengan semakin kasar, Pak Dion ingin
mendengarkan rintihan Ira, jeritan-jeritan Ira, dan erangan Ira, sedangkan Ira
berusaha bertahan , mempertahankan secuil kehormatannya yang tertinggal.
Pak Dion berusaha semakin gencar, lebih gencar dan lebih gencar lagi, namun Ira
tetap bertahan dan hal ini membuat Pak Dion sangat kecewa.
“Hermmmh…, berdiri !!!! ” Tiba-tiba Pak Dion menggeram kesal, dengan tegas Pak
Dion memerintahkan Ira untuk berdiri, Ira mendesah perlahan ketika kemaluan Pak
Dion terlepas dari lubang vaginanya.
Ira menopangkan kedua tangannya pada meja, sesuai dengan
perintah Pak Dion.”Plak.., Plakkkk… Plakkkkkkk…..” tangan Pak Dion memukuli
Pantat Ira, tidak ada lagi kelembutan diwajahnya, yang ada hanyalah nafsu yang
menggelegak, Ira menungging sambil melebarkan kedua kakinya.
Sambil menelan ludah Ira menolehkan kepalanya ke belakang ketika merasakan rok
seragam sekolahnya disibakkan ke atas. Rok seragam abu-abu Ira sebagian
menutupi pinggangnya dan sebagian lagi tergantung di hadapan pahanya. Pak Dion
meremasi buah pantat Ira, kemudian ditempelkannya kepala penisnya pada lubang
dubur Ira, dengan sekali sodok terbenamlah kepala penis Pak Dion ke dalam
lubang anus Ira. Ira menggigit bibirnya sendiri, menahan agar teriakannya tidak
keluar dari mulutnya. Mata Ira mendelik merasakan sodokan-sodokan kasar batang
penis Pak Dion menggesek lubang anusnya yang kering. Tangan Pak Dion menjambak
rambut Ira ke belakang, sambil memompakan penisnya dengan lebih cepat.
BERSAMBUNG.