Minggu, 25 Agustus 2024

CATATAN HARIANKU 6


 

Part 6


Sementara itu bagaimana nasib Ira ?
Di ruangan kelas lantai bawah…

Pak Romi melangkahkan kakinya mendekati Ira, gadis itu mundur ketakutan, Ira menatap wajah Pak Romi yang tersenyum-senyum dengan wajah mesumnya. Pak Romi membuka sabuknya dan melecutkan sabuk itu ke udara. Gadis itu memekik ketakutan.
“Nahh, Non Ira tinggal pilih…., mau saya cambuk, terus diginiin….”Pak Romi menyelipkan jempolnya diantara jari telunjuk dan jari tengah kemudian mengacungkannya dihadapan wajah gadis itu.
“Atauuu….. “
“Non Ira melayani saya dengan sukarela… he he he” Pak Romi mulai memutar-mutarkan sabuknya di udara sambil menatap Ira dengan tatapan mata mengancam.
“Jangan Pakk, tolong jangan cambuk saya…..! ” Ira memohon pada Pak Romi
“Kalau gitu Non Ira harus nurut sama saya…., ngerti ?” Pak Romi menatap wajah gadis itu. Ira hanya dapat mengangguk sambil menundukkan wajahnya. Pak Romi melemparkan sabuknya keatas meja.
“Sini…, mendekat….!!” dengan tegas Pak Romi memberikan perintah, perlahan-lahan Ira mendekati Pak Romi, gadis itu memekik ketika Pak Romi meraih pinggangnya.
Hidung pak Romi mengendus-ngendus rambut Ira. Wangi harum tubuh gadis itu membuat Pak Romi kesulitan menahan Nafsu birahinya.
“Nahhh, sekarang Non Ira buka pakaian Saya….”

Tangan Ira bergetar ketika melepaskan kancing baju Pak Romi. Tangan Pak Romi menekan bahu gadis itu agar berlutur di hadapan permukaan celananya yang sudah menggembung. “Celana saya jugaaaa…. He he he”
“Ayooo…!! Tunggu apa lagii..!! Tarik celana kolor Saya….!!!” Pak Romi membentak karena Ira malah berdiam diri sambil memalingkan wajahnya kearah lain.
Dengan menekan perasaannya Ira menarik celana dalam Pak Romi.
“Nahhh, Non Ira Pasti sudah tahu harus ngapain…” Pak Romi menyodorkan batang kemaluannya. Mulut gadis itu meruncing kemudian mengecup batang penis Pak Romi
“Cuphhhhh…..”
“Yehhhh…!! masa cuma segitu doangggg….” Pak Romi protes
“Emangnya saya ini anak kecil.., cukup dicium sekali beres, .terusin dong…”
“Cuppphhh… Cuphhhh Cuppppp… Sllllckkk Sllllccckkk” Akhirnya Ira melakukan beberapa kali kecupan yang dikombinasikan dengan jilatan-jilatan lidahnya mengulas-ngulas batang penis Pak Romi.
“Ya.., bethulll begitu…, Aduhhh Non Ira pinter amattt…”
“Sudahh…, Sudahhh, Cukuppp….” Tangan Pak Romi mencengkram bahu Ira dan mengangkat tubuh gadis itu agar berdiri.

“Nahhh, sekarang buka bajunya Non…” Pak Romi cengengesan dengan pandangan matanya yang mesum terus melotot memandangi tubuh gadis itu.
Ekspresi wajah gadis itu tampak sangat tertekan, Ira menundukkan kepalanya, perlahan-lahan tangannya bergerak ke atas melepaskan kancing baju seragamnya paling atas, kemudian kancing kedua, ketiga dan sampai kancing baju terakhir, pria itu membantu melepaskan pakaian seragam Ira. Wajah Ira semakin kemerahan mendengar kata-kata panas Pak Romi yang bernada melecehkan dirinya “wahhh , ck ck ck, kalo ini sih, semalam bisa seharga sejutaan…”
Duhhh…, Ngak usah ditutupin begitu deh…” Pak Romi menarik kedua tangan Ira yang menyilang di dadanya berusaha melindungi payudaranya dari tatapan mesum Pak Romi.
Pak Romi membalikkan tubuh Ira, tangannya bergerak dengan gesit melepaskan pengait bra gadis itu. Tangannya menghempaskan bra Ira ke bawah kaki gadis itu, kemudian melepaskan pengait rok seragam Ira sambil berbisik ditelinga Ira “Nah.., Permisiiii, saya buka dulu ya Non…, kalo ngentot kan harus buka-bukaan dulu.. He he he”
Setelah rok Gadis itu melorot Pak Romi bersujud sambil melepaskan celana dalam Ira. “Glekkkk….” Pak Romi menelan ludah ketika wajahnya berhadapan dengan buah pantat gadis itu yang membulat padat, berkali-kali tangannya bergerak mengusapi bulatan buah pantat gadis itu yang halus dan lembut. Mulut Pak Romi mulai menciumi bulatan buah pantat Ira

“Cuphhh.. Cuppp.. Cuppppppp… Plakkk Plakkk Aduhhhh… , mimpi apa saya bisa menciumi pantat Non Ira, He he he”Sambil mengecup, berkali-kali Pak Romi menggampar buah pantat Ira, lidah Pak Romi terjulur menjilati belahan pantat Ira, kedua kaki gadis itu sampai bergetar hebat merasakan nikmatnya elusan-elusan lidah pak Romi.
“Ahhhhh… Esssshhhhhh, Ahhhhh” Ira memejamkan matanya, elusan-elusan lidah Pak Romi membuatnya terlarut dalam kenikmatan yang diberikan oleh penjaga perpustakaan sekolah itu.
“Nungging Nonnn…, Aduhhh, lebih nungging lagi dong saya pengen nyicipin memeknya Non Iraaa, Nihh Gini Atuh..!! ” Dengan tidak sabaran Pak Romi menunggingkan gadis itu, kedua tangan Ira bertumpu ketembok sementara kedua kakinya mengangkang melebar.
Lidah Pak Romi terjulur keluar menjilati belahan vagina Ira dari belakang sementara tangannya mengelus-ngelus paha gadis itu “Anjritt…, Gurih amat sih, emmmslleccckkk.. sleckkkkkk… Sllrrrpppp…”
“Ahhhh… !! Ahhhh… Eehhhh…!” tiba – tiba Ira menarik pinggulnya ketika Pak Romi mengkombinasikan jilatan-jilatannya pada belahan vaginanya yang diselingi gigitan-gigitan lembut pada buah pantat gadis itu, tubuh gadis itu semakin menggeliat-geliat ketika lidah Pak Romi mengorek-ngorek lubang anusnya, “Fuhhhhhhh….” sesekali Pak Romi meniup lubang anus gadis itu dan kemudian melahap habis-habisan lubang anus Ira.
“Ennhh… Crrrrr Crrrrr… Crrrrrrr” Ira mengejang ketika mencapai klimaks, sementara Pak Romi berdiri sambil menepuk-nepuk pinggul Ira.

“Sllleeeeppp… Jrebbbb” kemaluan Pak Romi membelah vagina Ira, tubuh Ira terayun-ayun dengan kencang ketika Pak Romi mengayunkan batang kemaluannya. Kedua tangan Pak Romi mendekap bulatan payudara Ira sambil melakukan remasan-remasan kasar, pria itu berbisik ditelinga Ira
“Nonnnn…, Ehhh ntar malem minggu, saya boleh ngajak kencan nggak?” Pak Romi bertanya.
Penjaga perpustakaan itu semakin ngak tau diri, mengajak Ira untuk kencan di malam minggu, Ira tidak mempedulikan pertanyaan Pak Romi.
“Mau ya Nonnn…., temenin saya, kita entotan lagi…., Yeee jawab dongggg!!!” Pak Romi sewot sambil meremas kuat-kuat bulatan payudara Ira, “Ahhhh aduhhhh… Iy Iyaaa Pakkkk….” Ira meringis kesakitan.
“Nahhh…gitu donggggg, baru anak manis namanya, hehehe” Pak Romi senang karena gadis itu menyetujui ajakannya. “Cleppp Clepppp… Clepppp.. Clepppp” suara gesekan kemaluan mereka terdengar semakin menggairahkan.
“Aduhhhh… Pegel nih…!! Gantian dong…, Non Ira yang goyang…”setelah melepaskan batang penisnya dari jepitan vagina Ira, Pak Romi duduk di atas kursi. Ira Berpegangan pada bahu pria itu kemudian dengan hati-hati ia menurunkan pinggulnya. Pak Romi mengarahkan kepala penisnya pada lubang vagina Ira yang hendak menduduki selangkangannya.
“Ehhhhhhhssss.. Ssshhhhh….” Ira mendesis keenakan, tubuhnya berkali-kali menggelinjang kegelian merasakan batang Penis Pak Romi terbenam semakin dalam.
Sambil berpegangan pada bahu Pak Romi, gadis itu mulai menaik turunkan pinggulnya. Sesekali pinggul Ira bergoyang seperti orang yang sedang mengayak pasir. Pak Romi menjulurkan lidahnya, sementara kedua tangannya menekan belakang kepala gadis itu, lidah pria itu menggeliat-geliat di bibir

Ira, seolah-olah meminta jalan untuk memasuki rongga mulut gadis itu. Ira menggelengkan kepalanya menghindari lidah Pak Romi.
“Ngee…, dientot mau, tapi masa nggak mau ciuman sama saya…, kebangetan….!! ” tangan kiri Pak Romi menjambak rambut Ira dan menarik kepala gadis itu ke arah wajahnya.
“Ahhhhemmmmm…Emmm!” Pak Romi mengulum mulut Ira dengan rakus, sementara tangan kanan Pak Romi menekan-nekan bokong gadis itu dalam sebuah irama yang teratur sambil menyentakkan batang penisnya ke atas.
“Hmmmmm… Crrrr Crrrr Crrrrr” tubuh Ira bergetar seperti tersengat aliran listrik, mulut Pak Romi tampak mengenyot beberapa kali sebelum akhirnya melepaskan kulumannya dari mulut Ira.
Ira tidak berani lagi menolak ketika Pak Romi menjulurkan lidahnya, perlahan-lahan mulut Ira terbuka dan lidah gadis itu terjulur keluar menyongsong datangnya lidah Pak Romi, lidah mereka saling mengait dan membelit.
“Plakkkk… Plakkkkkkkk… Plakkkkk “Pak Romi menampar-nampar buah pantat Ira agar gadis itu lebih giat dalam “bekerja”. Ira segera menaik turunkan pinggulnya dengan lebih cepat. Tangan Pak Romi mencengkram pinggul gadis itu membantunya menaik turunkan pinggulnya.
“Ennnnh Annnhhh…. Crrrr Crrrrr…”
“Waduhhh… Duhhhh… Kecrottttt…. Croooooottttt”
Kedua insan berlainan jenis itu berpelukan dengan erat, tubuh Pak Romi yang hitam mendekap kuat-kuat tubuh Ira yang putih mulus. Tangan Pak Romi meremas-remas bulatan buah pantat Ira dengan lembut. Mulut Pak Romi mengecupi bibir Ira kemudian kecupan Pak Romi mampir ke pipi seolah-olah sedang berterimakasih pada gadis itu.

****************************

Aku, Reina, Farida dan Vivi melangkah menuju pintu gerbang sekolah. Pak Nanang memandangi kami berempat, entah kenapa pandangan Pak Nanang terasa sedikit berbeda. Atau ini hanya perasaan kami saja?? Setibanya di rumah Vivi membanting tasnya ke sofa. Nafas Vivi memburu, kedua tangannya berkacak pinggang. Waduh. Itu dadanya…! Dadanyaaaaaa !! aku menatap nakal gunung besar didada Vivi yang bergerak turun naik. Vivi melotot ke arah ku ketika menyadari aku sedang memandangi payudaranya.
“Maya…..!! Sini….!! ” Vivi menatapku dengan tajam kemudian ia berteriak memanggil namaku.
“Ehhh.., ada Apa Vi…” Aku memasang wajah serius, tangan Vivi menyambar
tanganku kemudian menarik diriku masuk ke kamar.
“Wahhhh… Habis sudah si Maya….” Reina terkekeh – kekeh.
“dan Kamu….. !! ” Farida memeluk pinggang Reina dari belakang.
Sudah beberapa hari ini gairah kami selalu berada di level terbawah, kini tiba-tiba segalanya meledak begitu saja. Farida membalikkan tubuh Reina, jari telunjuk Farida mengusap bibir Reina, mulut Reina terbuka , dengan nafsu mengelegak kedua tangan Farida mendekap kepala Reina dan menyumpal bibir gadis itu dengan bibirnya.
“Hesshh.. ckkkk… ckkkkkk….” Suara bibir kedua gadis itu berdecakan semakin keras, lumatan demi lumatan bibir dihiasi oleh lidah mereka yang saling membelit satu sama lain. Setelah melepaskan pakaian masing masing Farida menarik Reina kearah kursi sofa.

Reina menjatuhkan dirinya ke sofa, tubuh gadis itu meliuk-liuk dengan indah seolah-olah mengundang Farida untuk segera menggeluti tubuhnya. Farida menggerakkan jari telunjuknya di lutut Reina kemudian dengan perlahan terus naik ke atas, Reina mengangkangkan kedua pahanya ketika telunjuk Farida mulai nakal merayapi permukaan Vaginanya.
“Ahhhhh… Far…, enakkkk…” Reina mendesis keenakan ketika jari telunjuk Farida mengulas-ngulas belahan vaginanya.
Reina memekik kecil ketika mulut Farida mengecup bibir vaginanya dengan kasar.
“Ahhhh, Aduhhhh Far… aduhhhhhhhh… Hiiiiiiiii… Ahhhhh!! Creeeettt… Cretttttt” Reina mengangkat pinggulnya ke atas, Farida menyeruput cairan gurih itu dari vagina Reina.
Farida naik mengangkangi kepala Reina,
“Reiiiiiiii…., Ahhhhhhhhh…. Heeehhhhhhssssttttt…” Farida menekan-nekankan lubang vaginanya ke mulut Reina.
Reina terkadang menggigit bibir vagina Farida dengan lembut, lidah Reina mengait-ngait klitoris Farida
“Uhhhhhh…. Crrrtttt… Crrrrrrrr” Farida tiba-tiba terengah-engah, sesekali tubuhnya menggelinjang ketika Reina menghisapi cairan-cairan gurih dari lubang vaginanya.

Farida mensejajarkan posisi tubuhnya di atas Reina, kedua gadis itu saling berpelukan dengan mesra. Reina menengok kearah pintu kamar ketika mendengar suara teriakan dari dalam kamar.
“Uhhhh….sabar Viii…, sabar…..” aku agak miris melihat wajah Vivi yang merah padam.
“Awwwww……” Vivi melemparkan BHnya keatas lantai, tubuh Vivi yang sudah telanjang bulat dengan buah dadanya yang besar melangkah menghampiriku, kemudian ia mendorong tubuhku keatas ranjang. Aku menahan nafas ketika Vivi melompat menerkamku. Dengan bernafsu Vivi menggusur tubuhku ke tengah ranjang.
“Uhhhhh……” Akhirnya tangan Vivi merengut penutup tubuhku yang terakhir, kain segitiga itu tidak dapat lagi melaksanakan tugasnya, melindungi wilayahku yang paling sensitif dari kebuasan Vivi.
“Tenanggg… Viii tenang….waduhhh!!” kedua tangan Vivi mencekal pergelangan tanganku dan menekan kedua tanganku di samping kepalaku.
Buah dada Vivi yang bongsor namun kencang, menghimpit buah dadaku yang mungil, “Vivi Meeemmmm Emmmmmmm” Vivi mengulum bibirku dengan kuat, tubuhku yang semula berontak kini lemas kehabisan tenaga, dengan liar Vivi melampiaskan nafsunya menggeluti buah dadaku. Kecupan kecupan Vivi yang liar pada buah dadaku berubah menjadi kecupan-kecupan lembut, Vivi mengenyot puncak payudaraku dengan lembut, lidahnya bermain-main mengorek-ngorek puting susuku yang sudah mengeras. Ciuman Vivi kini turun ke bibir vaginaku, lidahnya mengulas-ngulas klitorisku dengan giat, sesekali diciuminya bibir vaginaku dengan rakus.
“Ehhh…Crrrrrrrrttt…..Crrrttttt ttttt….” Aku mengejang kemudian mengeliat keenakan,
“Ha Ha Haaaa….” Vivi tertawa kecil kemudian kembali menindih tubuhku, ia membelai-belai rambutku, sambil sesekali mengecupi bibirku.

Mataku terasa berat.
Sudah dua murid cantik yang menjadi korban kebuasan para guru tak bermoral itu.
“Ehmmm” aku mendadak tersadar, entah kenapa tanganku menggambar sebuah penis yang sedang terikat tali simpul.
Setelah menutup buku harianku, kubaringkan tubuhku di atas ranjang.

==================================================================

Seorang gadis tampak gelisah, berkali-kali ia menekan tombol play kemudian stop di Mp4 player mungil yang baru saja ia dapatkan, entah siapa yang menaruh Mp4 itu di tasnya,
“Nggak.., mungkin…, dari mana mereka mendapatkan ini ?” berkali-kali gadis itu memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa pening, dunia terasa berputar dengan lebih cepat
Sebuah Sms masuk ke Hp di tangannya, wajahnya memerah membaca kata-kata mesum dilayar HPnya.
Gadis itu mebalas SMS itu “Siapa ini ? Jangan kurang ajar ya..!! “
Gadis itu menengokkan kepalanya pada langkah-langkah kaki yang menghampirinya.
“ahhh..! ” Seorang gadis yang baru datang berseru terkejut ketika melihat tayangan MP4 ditangan temannya.

********************
Beberapa minggu yang lalu sebelum gadis itu menerima Mp4 gratis.

“Anita !”
“Veily!”
Anita dan Veily berlari kecil saling menghampiri, kedua gadis itu saling bergandengan tangan seolah-olah tidak ada yang dapat memisahkan mereka berdua.
“kamu mau minum apa? Veily sayang…” Anita berbisik nakal di telinga Veily.
“Mau nyusu di dada kamu boleh?” Veily membalas berbisik pelan di telinga Anita, Anita hanya tertawa sambil meremas tangan temannya itu.
Kedua gadis itu menunggu dengan sabar di depan pintu lift, tidak berapa lama pintu lift itu terbuka, beberapa orang keluar dari dalam lift sampai lift itu kosong, kedua gadis itu bergandengan tangan masuk kedalam lift. Dengan lembut tangan Veily mengusap peluh di kening Anita dengan tissue.
“Kamu ini.., coba kalau tadi aku jemput…,nggak akan keringatan gini..,”Veily bersungut-sungut, dikecupnya pipi Anita “Cuphhh”
“Yeee, kalo kamu musti jemput aku kan jalannya harus muter dulu…, jauh, tar cape” Anita tersenyum menatap Veily.
“cape gimana ? Kan aku naik mobil, lagian aku rela koq.., demi kamu…” Veily mengusap kemudian meremas lembut pinggul Anita. Veily buru-buru menarik tangannya ketika pintu lift terbuka, Anita tersenyum kecil kemudian mendahului Veily keluar dari dalam lift.
“Kita ketoilet dulu ya…” Veily menarik tangan Anita yang membalas dengan menganggukan kepalanya, wajah Anita memerah, ia tahu dengan jelas apa yang diinginkan oleh Veily.

Veily pura-pura mencuci tangan, berkali-kali dengan tidak sabaran Veily menengok ke arah Anita kemudian menengok ke arah seorang wanita setengah baya yang sedang membenahi make-upnya, akhirnya si wanita setengah baya melangkah keluar.
“Ehhhhhhhhh….! ” hanya suara itu yang keluar dari mulut Anita ketika merasakan pinggulnya ditarik dan diseret oleh seseorang, salah-satu pintu ruangan itu tertutup dengan rapat.
Veily mengecup lembut bibir Anita, bibirnya melekat kemudian memangutnya dengan lembut. Tubuh Anita merinding, kedua lututnya terasa goyah ketika Veily memangut-mangut bibirnya dengan lembut. Veily menjilati sudut bibir Anita sebelum kembali melumatnya. Nafas Anita berhembusan bercampur dengan nafas Veily yang memburu.
“AHhhhsssh…… ” Anita mendesah ketika ketika Veily berhenti melumat bibirnya, dada Anita bergerak seirama dengan helaan nafasnya,Veily berbisik di telinga Anita, entah Apa yang dibisikkan oleh Veily, Anita menggelengkan kepalanya sambil berkata “Jangan Ahhh…”, Anita menolak keinginan Veily.
Veily terus merengek memaksakan keinginannya, setelah menghela nafas panjang Akhirnya Anita meluluskan keinginan Veily, ada rasa cemas yang menggedor-gedor dadanya, ada sedikit rasa penasaran, namun juga ada rasa takut untuk melakukan sesuatu hal yang baru.

BERSAMBUNG.