Part 4
“Emmmmmhh… Hemmmmmm” suara tangisan Ira tertelan oleh mulut Pak
Dion yang mengulum bibirnya dengan kasar dan liar.
“Auhhhhhh…, Hkkk Hkkkk….” Ira terisak-isak, sambil mengambil nafas ketika pak
Dion melepaskan lumatannya pada bibir gadis itu.
Kedua tangan Pak Dion mendekap tubuh Ira, kemudian tangannya mendekap bokong
gadis itu.
Ahhhhhhh…! ” Ira terkejut ketika tubuhnya tiba-tiba terangkat dalam dekapan pak
Dion,tubuhnya hampir terjengkang kebelakang, secara otomatis Ira melepaskan
buah dadanya dan berpegangan pada bahu Pak Dion.
“Cuppp.. Cuppppp… ” Bibir Pak Dion kembali mengecupi bibir Ira kemudian menurunkan
tubuh Ira, tangan Pak Dion melingkar kebelakang, melepaskan pengait rok seragam
gadis itu dan menarik turun resleting rok seragam Ira. Tanpa ampun Rok seragam
Ira melorot kebawah. Entah kenapa tangisan Ira kini berhenti, ia bahkan
mendesah ketika telapak tangan pak Dion mengusap bulatan payudaranya sebelah
kiri.
“Ira, bapak rela melepaskan keperjakaan bapak, hehehe” pak Dion cengengesan
sambil menekan bahu Ira, kebawah. Ira berlutut dihadapan Pak Dion, matanya
tidak pernah lepas memperhatikan bagian celana pak Dion yang menggembung.
Pak Dede berlutut dibelakang Ira, sementara pak Ahmad dan Pak Djono berlutut
disamping gadis itu.
“Ayooo, Ira buka celana pak Dionnn…” Pak Dede berbisik di
telinga gadis itu.
Tangan Ira bergetar berusaha meraba bagian celana yang menggembung, kemudian
perlahan-lahan tangan Ira melepaskan ikat pinggang Pak Dion, nafas Ira sudah
tidak beraturan. Ira seperti tersadar ketika hendak menurunkan resleting celana
Pak Dion. Pak Djono membimbing Tangan Ira agar segera menurunkan resleting
celana pak Dion.
“Ayoo, Ira… kita nikmati hari ini bersama….” Pak Ahmad mengelus bulatan buah
dada Ira
Dengan memberanikan diri Ira menarik turun resleting celana pak Dion
“Ohhhhhh!!” Ira memalingkan wajahnya ketika celana Pak Dion melorot.
Pak Dede dengan paksa mengarahkan kepala Ira kearah selangkangan Pak Dion
ketika pak Dion mengeluarkan miliknya yang hitam, besar dan panjang, gila
kayaknya sih ukurannya +/- 25 cm, Hm kalo nggak salah sih pak Dion keturunan
Arab – India &.Ambon. Pak Dede menekan belakang kepala Ira, Pak Dion
mengarahkan kepala Penisnya kearah mulut Ira, Pak Dede, Pak Ahmad dan Pak Djono
memberikan arahan-arahan untuk Ira, sebuah mata pelajaran tambahan untuk Ira.
Ira menjulurkan lidahnya hendak menjilat kepala penis Pak Dion namun dengan
buru-buru Ira menarik kepalanya “Bauuuu, Pakkkkk….”
“Ira…, Iraaaa…., itu bau kontol…., nanti juga kamu pasti suka koq ” Pak Dede
mendorong kepala Ira kedepan sambil memberikan perintah “Ayo dijilati !! jangan
bandel gitu ahh..!! Bapak nggak suka murid yang bandel !! “
Ira kembali menjulurkan lidahnya, wajah Ira agak mengernyit
karena bau yang sangat menyengat namun kemudian setelah melakukan beberapa kali
jilatan, Ira semakin lahap menjilati kepala penis Pak Dion, bahkan kedua
tangannya menggenggam batang penis Pak Dion mirip seperti orang yang sedang
berkaraoke. Sementara Pak Ahmad dan Pak Djono mengusapi payudara Ira sesekali
tangan mereka meremas-remas dalam gerakan yang teratur. Sementara Pak Dede
sesekali menepuk-nepuk gumpalan buah pantat Ira, Ih merinding banget ketika
mendengar suara mereka berempat yang terkekeh-kekeh.
“Awwww…, Adhuhhhhhh….” Ira menjerit kesakitan ketika rambutnya dijambak oleh
Pak Dion, kasar sekali ketika Pak Dion menyeret Ira dan menaikkannya duduk
keatas sebuah meja.
“Brukkk…..” lagi-lagi pak Dion mendorong kasar bahu Ira sampai punggungnya
ambruk diatas meja.
Tangan kiri pak Dion mengangkat kaki Ira sebelah kanan dan meletakkan kaki
gadis itu di bahunya, sementara tangan kanannya menggesek-gesekkan kepala
penisnya pada belahan bibir vagina Ira. Ira memejamkan matanya rapat-rapat, ia
tidak sanggup menerima kenyataan pahit yang siap untuk menerkam tubuhnya yang
mulus.
“Hekkk… Heggkkk… Enhhhhhh… Hissss” Tubuh Ira tampak kejang semetara Pak Dion
tampak kasar menjejalkan kepala penisnya.
“AAAAHHHH…Ohhhhhh, aduhhhhhh…Awwwssshh” tubuh Ira tersentak
dengan kuat seiring dengan tusukan kasar Pak Dion.
“Brrrrrtttt… Brrrttttt…. Krrrpp” Mata Ira melotot menahan rasa sakit yang
mendera lubang vaginanya, matanya berlinangan air mata memandang dengan tatapan
putus asa kearah Pak Dion yang tersenyum dengan sinis,
“Jrossssshhhhhhhhhh !! Awwwwwww” tubuh Ira semakin menggeliat-geliat kesakitan
kemudian diam , terkulai tanpa daya, Pak Dion semakin dalam membenamkan batang
kemaluannya kemudian setelah mentok sampai tidak dapat maju lebih lanjut lagi
pak Dion menarik Batang kemaluannya perlahan-lahan.
Batang kemaluan Pak Dion yang tadinya hitam kini seperti berwarna kemerahan,
seperti ada cairan-cairan merah yang membasuh Batang kemaluan Pak Dion.
“Awwwwww……!! ” Ira kembali memekik kecil ketika Pak Dion membenamkan kembali
Batang kemaluannya dengan kasar selanjutnya Tubuh Ira tersentak-sentak
mengikuti helaan kemaluan Pak Dion.
“Ohhhhhhh, Aduhhhhhh pakkkk, Aduhhhhhhhhhh…!!” Ira meringis-ringis ketika Pak
Dion mengocok vaginanya dengan kasar dan brutal
“Cleppp… Cleppppp… Cloooppp…. Cleeeppppp” suara lubang vagina Ira yang sedang
digenjot oleh batang penis Pak Dion.
“Wahhh, Ira hebat dehhh….”
“Ayooo, merintih lagi… bapak senang mendengar rintihan kamu…”
“iya , jangan malu-malu , yang kerasss….”
Kata Pak Dede, Pak Ahmad dan Pak Djono, mereka cengengesan sambil berdiri
mengelilingi meja.
“Ayo Pak Dionn… Entot…”
“Iya, Hajar terus Pak Dion…, Colokkkk”
“Ha Ha Ha…, Sodok yang kuat Pak Dion, Ayooo.. Terusss!!”
Merasa disemangati pak Dion semakin kuat dan keras menggenjot lubang Vagina
Ira, sampai akhirnya “ahhhhhhhhhh… Crrrrtttt…. Crrrrrttttt…” Ira mengejang
ketika mencapai puncak klimaksnya, keempat orang guru itu terkekeh-kekeh
senang. Entah berapakali Ira mencapai puncak klimaks sampai akhirnya “Arrrrr…..
Kecrrroootttt, Kecroooootttttt” Pak Dion membenamkan batang penisnya dengan
kuat, Pak Dion memundurkan pinggulnya sampai penisnya terlepas dari lubang
vagina Ira.
Tiga batang penis teracung-acung mengancam tubuh Ira yang sudah bercucuran
keringat “Jangan.., Pakkk, nggak kuattt” tenaga Ira sudah terkuras oleh Pak
Dion.
“Justru itu, kamu bapak ajarin supaya kuat…” Pak Djono menarik tangan Ira agar
gadis itu berdiri.
“Nahhhh, nungging dikit…!” Pak Ahmad menarik pinggul Ira agar gadis itu agak
menungging.
“Aehhhhh…, Jangan Pakkk, Jangannnn…” Ira menarik pinggulnya ketika merasakan
penis pak Ahmad menyodok lubang anusnya.
“Ehhhhh, Diammm ! Ayo pak Ahmad sodomi dia !! “Pak Djono menjambak rambut Ira,
sampai gadis itu meringis memegangi tangan pak Djono.
“Ahhhhhh….! Awwwwwwwwwwww” Tubuh Ira terlihat tersentak dengan
kuat ketika Pak Ahmad menghentakkan batang penisnya.
“Hekkkkkkksss…..” Nafas Ira tertahan ditenggorokannya ketika merasakan sesuatu
yang besar menjebol pintu lubang anusnya dan menekan semakin dalam. Ira seperti
sedang merengek-rengek memohon, sedangkan ketiga Orang guru bejat yang sedang
mengubutinya seolah-olah sedang membujuk gadis itu.
“Nanti juga enakk, nafasnya.. jangan ditahan, biasa aja….”
“Jangan dilawan, rileks, supaya nggak sakit..”
“Biarin aja masuk.., Biarin…”
Ketiga orang guru itu memberikan arahan khusus untuk Ira.
Pak Ahmad mulai memaju mundurkan batang penisnya menyodomi lubang dubur Ira.
“Sebentar, Pak Ahmad , Saya ikutan…” Pak Dede mengangkat kaki Ira sebelah kiri
sambil menekankan batang penisnya kedalam vagina Ira.
“AAAAA…! Emmmmmmm” teriakan Ira tenggelam dalam mulut Pak Djono yang mengulum
bibir gadis itu, sementara tubuhnya terjepit berkali-kali oleh Pak Ahmad dan
Pak Dede yang semakin beringas memaju mundurkan batang penis mereka, menyodok
lubang anus dan lubang vagina Ira.
“Arrrhhhh…, Gilaa, Crrrtttt… Crrttttt” Pak Ahmad merojokkan batang penisnya
dalam-dalam sambil mengerang ketika merasakan lahar panasnya menyembur keluar.
“Permisi Pak Ahmad, saya juga kepengen…”Pak Djono mengambil alih
posisi Pak Ahmad kemudian menjejalkan kepala penisnya kedalam lubang anus Ira.
“Wahhhhh, ini mah top punya nih…!!” Pak Djono berkutat dengan kuat dan kencang,
Pak Dede juga tidak mau kalah, ia memperkuat genjotannya.
“Plepppppp…. Pleppppp… Plepppp” “Clepppp…. Clepppppp” Suara-suara itu terdengar
dengan semakin nyaring diiringi rintihan dan erangan gadis itu.
Tiba-tiba Ira mengalungkan kedua tangannya keleher Pak Dede sambil mendesis
keras.
“Hssshhhhhhh… Crrrrrr… Crrrrrrr” wajahnya yang cantik menengadah keatas,
sedangkan kedua matanya terpejam dengan rapat menikmati gelombang Klimaks yang
begitu dashyat menggulung tubuhnya yang mulus dan seksi.
“Sebentar Pak Djono…, kita ganti posisi….” kata Pak Dede sambil menyeka
keringat dilehernya.
“Iya…, iya…, saya mau coba memeknya ya..” Pak Djono menarik kemaluannya dari
lubang anus Ira, demikian juga Pak Dede menarik batang penisnya dari lubang
vagina gadis itu.
Setelah menghamparkan baju seragam Ira diatas lantai Pak Djono
terlentang dengan santai, tangan kirinya memegangi batang penisnya yang masih
mengeras, nafsu bejatnya sama sekali belum terpuaskan.
Pak Dede berbisik “Ira, Ayo, kamu kangkangin kontol Pak Djono”
Karena gadis itu hanya diam berdiri mematung Pak Dede mengambil inisiatif
sambil mengecupi leher gadis itu Pak Dede membimbing gadis itu kearah Pak
Djono.
“Sini.., sini, nggak usah malu-malu…!!” Pak Djono meraih pinggul Ira dan
menariknya agar gadis itu segera menduduki batang penisnya yang sudah dari tadi
menanti datangnya vagina Ira yang seret dan peret.
“Sleppphhhh….” perlahan-lahan penis Pak Djono membelah bibir vagina Ira, Pak
Dede menekan bokong Ira agar batang penis Pak Djono semakin dalam terbenam
kedalam lubang vagina gadis itu.
”Ohhhhhhhhhhhh…” Ira merintih sambil menoleh kebelakang ketika merasakan Pak
Dede merenggangkan belahan pantatnya, biarpun lubang anus Ira tampak seperti
robek dan berdarah namun Pak Dede sama-sekali tidak mempedulikan keadaan gadis
itu, dengan nafsu memuncak Pak Dede menjebloskan kepala penisnya dan menekankan
batang penisnya sampai Ira memekik keras kesakitan. Pak Djono dan Pak Dede
sampai merem melek merasakan jepitan lubang anus dan lubang vagina Ira,
kemudian perlahan-lahan mereka mulai bergerak dan semakin-lama semakin cepat,
nafas-nafas mereka berderu dengan semakin kencang.
“Ennnnggg… Nnnnnhhhhh… Nnnnnngggg….”Ira merengek – rengek
seperti sedang tersiksa dalam himpitan dua orang guru bejat yang bergerak tanpa
henti menyodok-nyodok lubang anus dan lubang vaginanya.
Pak Dion melangkahkan kakinya dan berdiri disamping kanan Ira kemudian dari
samping diraihnya kepala Ira sambil menjejalkan kepala penisnya kemulut Ira.
“Emmmmm, Emmmmmmm… Hemmmmmmm” Ira mengemut sambil memegangi batang penis Pak
Dion, sesekali dijilatinya penis Pak Dion dengan lahap.
“Wahhh…!! murid kita emang pandai…He he he” Pak Dede membelai rambut Ira, guru
bejat itu terkekeh-kekeh.
Pak Ahmad berlutut disamping kiri Ira , tangannya merayapi bagian bawah bulatan
Payudara Ira , terkadang tangan Pak Ahmad meremasi gundukan payudara Ira yang
bergoyang-goyang dengan indah.
“Ahhhhhh….!! Crrrrr… Crrrrrrr” Ira menggeliat erotis , seketika tubuhnya terasa
kejang menahan sejuta kenikmatan.
Erangan dan rintihan Ira membuat penis Pak Dede dan Pak Djono semakin menegang
dan
“Kecrrtttt…. Euhhh…!! “
“Haduhhhhhh…. Croottttt”
Hampir bersamaan dua orang guru bejat itu memuncratkan lahar panasnya kedalam
lubang anus dan lubang vagina Ira.
“Nahhh, Ira Nungging disini….” Pak Dion menunjukkan keatas
lantai
Tanpa Banyak berani membantah Ira merangkak dan menungging menuruti keinginan
Pak Dion.
“Hemmmm…, ” Mata Pak Dion memandangi lubang anus Ira dengan tajam,
digesek-gesekkannya kepala penisnya pada lubang anus Ira.
Cairan sperma masih meleleh dari dalam lubang anus gadis itu ketika Pak Dion
menjebloskan kepala penisnya.
“Akkkkkkk…., Owwwwww…..” ukuran Penis Pak Dion yang besar membuat Ira meringis
kesakitan ketika lubang anusnya diterobos dengan kasar oleh penis kepala
sekolah bejat itu. Kedua tangan Ira bertumpu kuat-kuat pada lantai, tubuhnya
tersentak-sentak ketika Pak Dion menyentak-nyentakkan kemaluannya sekuat
tenaga.
“Klepokkkk….!! Keplokkkkkk…!! Keplokkkkkkkkk…!!” setiap suara-suara itu
terdengar pada saat itu juga tubuh Ira terdorong-dorong kedepan.
“Aduhh… Aduhhhh…, sakit paakkk… sakittttt” Ira mengaduh ngaduh kesakitan.
“Sakit ?!! sama mereka kamu nggak teriak sakit !! Huhhh !! rasain ini
Hihhhhh!!” Pak Dion memang nggak nyadar kalau batang penisnya yang 25 cm jauh
lebih besar dari pada batang penis Pak Dede, Pak Ahmad dan Pak Djono yang
panjangnya sekitar 14 – cm. Karena merasa dipilih kasihkan, pak Dion semakin
kuat menghajar lubang anus Ira
”Ungghhhhhhh……” setelah melenguh panjang Ira terkulai tak
sadarkan Diri.
Tangan Pak Dion mencengkram pinggul Ira , agar pinggul gadis yang sudah
tergolek pingsan itu tidak turun. Batang kemaluan Pak Djono bergerak seperti
sedang mengaduk-ngaduk “KBleppp.. KBleppppp… KBleppppp” Suara-suara itu
terdengar mengerikan.
Pak Dion menggusur tubuh Ira tanpa melepaskan batang penisnya dari lubang anus
gadis itu, Pak Dion bersandar pada dinding, sambil menarik pinggang Ira. Gadis
itu terkulai duduk diatas penis Pak Dion, punggungnya yang bercucuran keringat
menempel di dada Pak Dion. Tangan Pak Dion menyibakkan kedua kaki gadis itu
mengangkan sambil berkata pada Pak Ahmad “Ayo Pak Ahmad, kita nikmati gadis ini
bersama…”
“He he he… Tentu, Tentu, dengan senang hati…!! ” Pak Ahmad berseru , kemudian
segera mengambil posisinya dan “Jrebbbbbbb….” Pak Ahmad tidak kalah kasar
dengan pak Dion ketika menjebloskan batang kemaluannya kedalam jepitan lubang
vagina Ira.
“Cresshh… Crebbbbb…. Crebbbbb” “Jrebbb… Jrebbbbb…” Suara-suara itu kembali
terdengar , semakin lama semakin menakutkan. Pak Dion dan Pak Ahmad tampak asik
melampiaskan nafsu mereka pada tubuh Ira yang sudah terkulai pingsan.
“Ennhhh… Ennnnhh” Ira mengerang, gadis cantik itu membuka
matanya,tubuhnya sudah basah kuyup bercucuran keringat.
Ira menatap wajah Pak Ahmad, guru bejad itu tersenyum sambil mengorek-ngorek
lubang vaginanya yang sempit
“Ohhhhhhhh…..” Ira hanya dapat mengeluh panjang, rasa pegal, sakit dan nikmat
bercampur aduk merayapi tubuhnya yang halus dan seksi.
“Ennnhhh….. Crrrttt Crrrrrrrr” tubuh murid cantik dan seksi itu kembali
mengejang mencapai klimaks sebelum terkulai kembali tanpa daya. Matanya
terpejam-pejam, kadang-kadang membeliak ketika gerakan kedua guru itu berubah
menjadi kasar dan liar.
Pak Dede dan Pak Djono terkekeh-kekeh memandangi persetubuhan liar antara
seorang murid cantik dengan dua orang guru bertubuh gemuk besar berlemak. Pak
Dede mengambil sebuah buku agenda, tampaknya mereka sedang sibuk membicarakan
siapa nama-nama korban mereka berikutnya.
Tanganku ditarik oleh Farida, kemudian kami berempat segera
mundur teratur tanpa mengeluarkan suara…..
Glekkkk…!!
Aku menelan ludah,
Mengingat kejadian tadi siang disekolah
Tubuhku merinding, ada rasa takut.., was-was dll T_T
Aku pun menutup buku harianku.
============================================================================
Beberapa hari ini terasa mencekam. Aku, Reina, Farida dan Vivi
selalu gelisah. Kejadian kemarinlah yang membuat kami merasa tidak aman,
was-was dan ketakutan setiap melihat guru laki-laki, apakah mereka juga bejat
seperti Pak Dion, Pak Dede, Pak Ahmad dan Pak Djono?
———————————
Jam istirahat, perpustakaan sekolah
“May….Titit Pak Dion gedeee ya?”Vivi berbisik pelan ditelingaku.
“Ehhhh, Iya…” Karena sedang melamun aku menjawab sepolosnya, namun kemudian
dengan reflek aku menoleh kearah Vivi
“Lagi ngelamunin apa May…?” Vivi tersenyum lembut sambil membelai rambutku.
“Vi, aku takut…” aku menekuk wajahku.
“Jangan takut…,aku akan menjagamu…” Vivi menggenggam tanganku dan meremas
tanganku dengan mesra seolah-olah ia mencoba memberikan rasa aman padaku.
Aku menatap wajah Vivi yang mencoba memaksakan diri tersenyum. Aku melihat
wajahnya sama-sama cemas dan ketakutan. Reina dan Farida hanya saling
berpandangan kemudian menghela nafas panjang.
“Uhuk, uhukkk….” Suara batuk mengejutkan kemi berempat
Mata Pak Romi melotot tidak berkedip melihat daun-daun muda yang segar dan
cantik, Ih, tampangnya jelek, giginya ompong, serem amat.
“Koq tasnya dibawa-bawa sih?, kan baru jam istirahat…” Pak Romi bertanya
keheranan, wajahnya tersenyum, matanya jelalatan, gatal tanganku ingin
menggapar penjaga perpustaaan yang sudah berusia lanjut ini.
“Supaya ngak jajan…, ada coklat, kue.., trus.., kresek…,
kresekkk.. snack” Reina menunjukkan isi tasnya. Walaupun alasan sebenarnya,
kami takut tas kami disubsidi oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab,
“Oooo…, Begituuu….” Pak Romi tersenyum sambil berkali-kali menelan ludah
mencuri-curi pandang kearah buah dada kami berempat.
“Teng… Tenggg… Tenggg” jam tanda Istirahat sudah usai berdentang dengan keras,
berteriak-teriak dengan garang memerintahkan agar semua murid segera masuk kedalam
kelas mereka masing-masing, termasuk kami berempat.
“Degggggg…..” jantungku melompat melihat wajah Pak Ahmad tersembul dari balik
pintu, tubuhnya gemuk berlemak disana-sini, masih teringat dengan jelas dalam
benakku bagaimana buasnya Pak Ahmad ketika menyetubuhi Ira, sampai-sampai gadis
itu mengerang-ngerang tidak karuan.
“Ehmmmm, Ayo buka Halaman 41″ Pak Ahmad memerintahkan agar kami membuka lembar
ke 41, matanya melirik kebawah meja, kemudian ia menghela nafas panjang karena
tidak menemukan apa yang ingin dilihatnya, Aku, Reina, Farida dan Vivi sudah
lebih berhati-hati menjaga posisi duduk kami agar tidak mengundang mata mesum
yang tidak berkepentingan. Ruangan kelas semakin kosong karena ditinggalkan
oleh para murid yang berebutan keluar kelas.
“Hhhhh……” Aku menghela nafas panjang sambil bersandar, bete banget hari ini,
agak lama kami berempat berdiam diri didalam kelas dengan pikiran yang kacau
balau.
BERSAMBUNG.