Part 3
“Wahhhhhh… connect!!, kamu hebat deh Reiiiii!! Cuph” Farida
memeluk Reina, kemudian menghadiahkan sebuah ciuman dipipi Reina.
”Whaduhhhhhh…, Maya jangan keras-keras.., Awwwww… aduhhh duhhhhh” Reina
berteriak-teriak, kesakitan
“Eeehhh, Maap…., sangking kagetnya…, hehehe” aku tersentak sambil melepaskan
buah dada Reina yang nggak sengaja kupencet dengan keras, Reina cemberut sambil
mengusap-ngusap buah dadanya.
“Dasar penghianat nih computer !! mempermalukan tuan rumah” Vivi menggerutu
panjang lebar.
“Tapii…, tadi kann aku juga caranya sama , koq nggak nyambung ya ?” Vivi tambah
melotot kearah Mr Komputer.
“Yaaa, beda lahh…” Reina cengengesan sambil mengibaskan rambutnya..
“Beda gimana ?” Vivi bertanya penasaran
“Vitamin kamu kan disebelah dada, bukan di otak!! HA HA HA”Farida tertawa
terbahak-bahak, ia buru-buru menarik tangannya dari dalam rok Reina ketika
tangan Vivi hendak mencubit lengannya.
“Bahkan sangking gedenya, kemaren dadanya kejepit waktu mau menyelinap diantara
dua orang cowok…” Aku ikut mengolok-ngolok Vivi, mataku sampai berair karena
terlalu banyak tertawa.
“Yeeeee, itu sih si Vivi aja pengen didempet !! buktinya dia malah cengengesan
, biasalah tebar pesona!!!” Farida mencibirkan bibirnya kearah Vivi, Farida
langsung menjatuhkan vonis untuk Vivi tanpa mempedulikan azas praduga tak
bersalah.
Wajah Vivi merah padam mengingat kejadian kemarin pada saat jam
istirahat,
“Faridaaaaa…!!!” Vivi bangkit dari kursinya dan mengejar Farida yang sudah
berlari terlebih dahulu menyelamatkan dirinya, terdengar jeritan-jeritan kecil
diiringi suara tawa Vivi dan Farida.Aku kembali duduk dikursi, disamping Reina.
“Reiiii, kamu hebat, cupphh… cuppphhh”dua kali kucium pipi Reina
“Berkat bantuanmu…”Tangan Reina dengan lincah melucuti kancing baju seragamku,
kemudian tangannya menarik cup bra yang kukenakan sampai buah dadaku melompat
keluar.
Tangan Reina bergerak membelai rambutku kemudian merayap ke belakang kepalaku,
kepalaku didorong dari belakang, wajahku dan wajah Reina semakin dekat. Sebuah
kecupan lembut mengecup bibirku, aku tidak mau kalah aku balas mengecup bibir
Reina, selanjutnya terjadilah aksi saling cium dan saling melumat bibir. Lagi
asik-asiknya berciuman tiba-tiba….
“Hemmmm Mmmmm!!” Mataku mendelik , sambil menarik dadaku aku menepiskan tangan
Reina, Reina terkekeh-kekeh.
“Satu sama..!!!! Plakkk… He he he he he tambah bonusss!! “Reina berseru sambil
menampar puncak buah dadaku.
“Reiiii, sakittt…” Aku mengelus-ngelus bukit ranum didadaku, duh
sampai merah jambu deh gara-gara diremas terlalu kuat, belum lagi bonus
tamparan tadi begitu telak menggampar buah dadaku, ternyata aku si pendekar
wanita yang cantik ini kecolongan juga T_T.
“Sakit ya.., duh kacian, sini…”Reina mengelus bukit dadaku dengan lembut, aku
menepiskan tangan Reina, aku harus lebih waspada. Tanganku bergerak menyilang
melindungi payudaraku..
“Jangan Reiiiiii..”Aku sengaja mengerlingkan mataku sambil membuka mulutku
sedikit supaya terlihat seksi, tangan Reina membelit pinggangku dan secepat
kilat mulut Reina menyumpal mulutku.
“Awmmmhhh… Mmmmmm… Mmmmmhhh” Suara mulutku yang diterkam oleh keganasan Reina,
Tangan Reina merayap kemudian menyibakkan rok seragamku keatas. Aku
menggelinjang kegelian ketika merasakan remasan lembut diselangkanganku.
“Reiii, sebentar… reiii.. Hmmm..” Aku mendorong bahunya, akhirnya nafsu Reina
berhasil kuredam.walaupun tangannya masih berkeliaran ditubuhku.
Aku membuka Google dan berpikir sejenak.
“Hmmm… Coba cari…” Aku mengetik tombol Keyboard ” S E K S” trus kutekan tombol
enter.
“Kamu mau cari apaan ? “seks” Hahahaha”Reina tersenyum nakal
“Yaaa… mau tau aja sich…” Aku menepiskan tangannya yang jahil menekan-nekan
belahan bibir vaginaku yang masih asik bersembunyi di balik celana dalam yang
kukenakan.
“kata-katanya yang lebih spesifik… hmmm apa ya ? coba deh budak seks”Jari
tangan Reina bergerak dengan lincah diatas keyboard,
“Koq kamu milih budak seks sihh ?” aku bertanya sambil bengong menatap monitor.
“Yaaa.. soalnya temanku menjadi salah seorang budak seks sichh..” Reina
menjawab dengan santai.
“Hahhh…? Masa ? gadis seumuran kita ? ada yang jadi budak seks ? siapa dia Rei
?” Aku berseru kaget dan langsung bertanya dengan serius.
“Namanyaaaaa……. Mayaaaaaa HE HE HE..”Reina terkekeh-kekeh
“Reinaaaa…!” Aku mencubit pinggangnya sampai Reina memohon minta ampun.
Kemudian jari tangan Reina mengklik mouse “Click”
“Ehhhh….”
“Wowwwww”
“Kisah Beauty and The Beast…..Angie 3 ?”
“Wahhhhh…..” aku menelan ludah dan mulai membaca
“Sini may…” Reina bangkit dan mempersilahkanku untuk duduk di kursinya sehingga
aku lebih leluasa membaca kisah Anggie 3, sedangkan Reina duduk disampingku,
tangannya bergerak dan
“Hmmm.. Coba ini… deh Clickkk” tangan Reina dengan santai mengklik mouse
“Yahh… Reii….” Aku agak manyun kecewa , duh Reina gimana sih, lagi tanggung
baca maen click aja, apa tadi yang diklik ? Hmm sepertinya kata awal deh
“Whowww… ceritanya banyak Rei….”aku menolehkan kepalaku sambil tersenyum
“He he he…makanya jangan manyun dulu..” tangan Reina memeluk dan melingkari
pinggangku, kemudian tangannya mengklik mouse untuk memilih salah satu cerita
yang ada.
“Glekk…” Aku menelan ludah, celana dalamku terasa basah dibagian selangkangan,
duh aku memang mudah terangsang T_T padahal baru baca dikit, apalagi tangan
Reina mulai kembali bermain di permukaan pahaku,
Duh…!! kayaknya ini jebakan Reina deh, aku disuruh pindah
kedepan computer dan membaca cerita panas supaya lebih terangsang, agar dia
lebih leluasa mempermainkan tubuhku. Tangan Reina dengan tidak sabar
mengangkangkan kedua pahaku, kepala Reina menunduk kearah selangkanganku, aku
merasakan tangan Reina menarik celana dalamku sampai melorot dari tempatnya,
aku menggerak-gerakkan kakiku sampai akhirnya Reina dengan sukses melepaskan
celana dalamku. Berkali-kali tubuhku merinding, merasakan hembusan nafas Reina
dipermukaan Vaginaku
“Uhhhh… Reiiii….” Aku berusaha merapatkan kedua pahaku namun tangan Reina
menahan gerakanku, ada rasa hangat ketika bibir Reina mengecup-ngecup vaginaku,
belum lagi lidah Reina yang mengulas-ngulas dengan lembut, sesekali gigitan
kecil mampir di vaginaku.
Nafasku tertahan-tahan ketika merasakan kecupan-kecupan Reina di bibir
vaginaku, seiring dengan semakin meningkatnya nafsu birahi kami berdua kecupan
Reina semakin kasar dan liar, lidahnya menggeliat-geliat mengorek-ngorek
sela-sela belahan vaginaku.
“Rei….” Aku berusaha mendorong kepalanya, ketika merasakan rasa geli yang
semakin menyiksaku, Reina menarikku berdiri, kemudian ia menarik resleting rok
seragam yang kukenakan,
“Aduh, kasar amat.sich Reiiiiii…” aku protes ketika Reina
menelanjangiku dengan kasar, Reina hanya tersenyum nakal sambil mengacungkan
bra milikku dan melemparkan bra warna putih itu jauh-jauh.
“Mayyyyy…. Kamu cantik bangettt…” Reina mendesah sambil membelai rambutku,
tangan Reina mencengkram kedua bahuku, untuk beberapa saat aku dan Reina saling
mengulum bibir dengan lembut. “Ckkk.. Ckkkk” suara decakan -decakan mulut kami
berdua semakin sering terdengar, kedua tanganku melingkari pinggang Reina.
“Kretttt….” terdengar suara bangku bergeser, ketika Reina menaruh kaki kiriku
keatas bangku yang tadinya kududuki, kemudian ia berjongkok dan mencumbui bibir
vaginaku dengan semakin liar dan kasar, lidahnya menggeliat-geliat liar
sesekali mengulum bibir vaginaku dengan kuat.
“Reiiiiiiiiiiii!! Ahhhhhh!! Crrrrttttttt…. Crrrrrtt” Reina menarik wajahnya
dengan cepat.
“Eeee… Ehhhhh… Reiii…” Lututku mendadak lemas sesaat sampai aku agak kehilangan
keseimbangan, untung Reina segera memelukku, kami berdua berpelukan sesaat
sambil tertawa lepas, kini gentian aku yang menelanjangi Reina sampai tubuh
Reina polos sama seperti tubuhku.
Reina naik keatas ranjang kemudian terlentang dengan kedua kakinya agak
mengangkang, aku tersenyum menghampirinya kemudian
“Hiaaaa……Blukkkkk!!” Aku menerkamnya
“Aduhhh, Mayyyyyy….” Reina mengaduh ketika tubuhnya tertimpa oleh tubuhku, aku
semakin nakal menekan-nekankan buah dadaku menekan buah dada Reina, Reina
mendesah-desah sambil memejamkan matanya ketika buah dada kami yang halus dan
lembut saling bergesekan.
“Kamu suka Reiiii ? ” Aku bertanya sambil membelai rambut Reina,
Reina Hanya mengangguk sambil berkata “Puaskan aku mayyyy…”
Aku mengulum – ngulum bibir Reina dengan lembut, ciuman-ciumanku turun keleher
Reina, kemudian turun kearah buah dada Reina, lidahku terjulur mengulasi
bulatan payudara Reina sambil sesekali mengecup puncak payudaranya.
“Mayyyy, geliii, Mayyyyy !! ” Reina semakin keras merintih, tangannya berusaha
mendorong kepalaku, dengan cepat aku mencekal pergelangan tangannya dan menekan
tangan Reina kekasur, sementara mulutku menghisap dan menciumi bulatan buah
dada Reina yang semakin menggembung, membuntal padat.
“Cuppphh… Cuphhhh, ” ciumanku semakin turun kearah perut, aku menggeser tubuhku
ke bawah, kini wajahku berada tepat dihadapan vagina Reina, aku tersenyum
melihat rambut-rambut halus yang menghiasi vaginanya, aku meraba rambut-rambut
halus itu.
Setelah mengganjal pinggulnya dengan bantal , dengan lembut aku menekan
pinggiran bibir vagina Reina
“Mayyyy…. , Ahhhhh…. Mayyyyy!!” Reina menggeliat resah ketika merasakan belahan
bibir vaginanya mulai merekah, bibirnya mendesah-desah.
“Owww….” Reina menjerit kecil merasakan sapuan lidahku pada
sela-sela lubang vaginanya. “Cupp… Cuphhhhhh” kuciumi clitoris Reina terkadang
dengan kasar kukait daging clitoris Reina yang semakin mengkilap indah.
“Awww…!! Crrrtttt…. Crrrttttt” satu jeritan panjang terdengar dari mulut Reina
ketika dirinya mencapai puncak klimaks, Wahh.. banjir dehhhhh…, sampai meleleh
mebasahi seprei.
Aku menggeser tubuhku kembali keatas menindih tubuh Reina, kami berdua saling
berpelukan sambil sesekali berciuman dengan lembut.
“Wahhhhhh…., selingkuh nihhhhhh !! ” Vivi berkacak pinggang
“Mayaaaa….!!, begitu teganya dirimu menghianati diriku…”Farida memasang wajah
memelas
“Waduhhh…., Ranjangku.. Ohhhhh” wajah Vivi tampak memelas, jari telunjuknya
terangkat kearah lelehan cairan kenikmatan Reina yang membasahi ranjang Vivi.
Suara tawa memecah keheningan sesaat, sebelum akhirnya terdengar suara
desahan-desahan yang semakin menggebu-gebu.
****************************** *
Keesokan harinya, pada saat pelajaran matematika
Dikelas aku duduk semeja bersama Vivi dimeja paling depan,
sedangkan Farida semeja dengan Reina, dimeja sebelah kananku.
“Vi…, Vivi…” Aku menutup wajahku dengan buku sambil berbisik perlahan.
“Ada Apa Mayyy….? ” Vivi mengangkat bukunya menutupi wajah kemudian berbisik
bertanya.
“Selangkangan…ingettt selangkangan….” sku berbisik mengingatkannya agar duduk
Vivi jangan terlalu mengangkang, karena di depan Pak Djono tengah memandang
kearah bawah meja.
“Enggak… ahhhh… Ehhh.. kayanya kamu deh Mayyyy”Vivi melirikkan ekormatanya
kebawah.
“Hahhhhh ????? ” Aku menengok kebawah, waduh, dudukku sih sudah rapat tapi rok
seragamku tersibak naik keatas memampakkan sepasang pahaku yang indah, dengan
terburu-buru aku menarik rok seragamku turun, sialan rupanya pak Djono dari
tadi mengintip sepasang pahaku, Vivi tersenyum kecil sambil sambil menekuk
wajahnya.
“Mayaaa…!!coba kerjakan soal no 1 ” Pak Djono memanggilku untuk segera maju
kepapan tulis, mengerjakan pr matematika no. 1
Dengan sedikit cemberut aku maju kedepan, dari ekor mataku aku melirik kearah
Pak Djono, duh…., sebellnya !! Matanya itu loh, nggak lepas-lepas memandangi
tubuhku, jakunnya bergerak turun naik, pasti cegluk.. cegluk mikirin yang
enggak-enggak.
Akhirnya pelajaran menyebalkan yang satu ini selesai juga, aku
memandangi punggung pak Djono dengan emosi memuncak, dalam waktu singkat
ruangan kelas menjadi kosong, para murid berhamburan keluar, ada yang langsung
pulang, ada yang kekantin, dll, dsb.
“Dasar kunyuk! Bandot tua! ” Aku menggerutu panjang lebar
“Ingettt Mayyyy sabar, ntar darah tingginya kumat, hehehe” Vivi malah bergurau
sambil mengelus buah dadaku yang mungil.
“Vivi ! jangan pegang-pegang ” aku menepiskan tangan Vivi,
“Emosi neh !! emosiiiiiiii !!” Suaraku melengking tinggi.
“Udah, Udah, he he ” Reina dan Farida berusaha meredakan emosiku.
“Emangnya, sampe kemana tadi mayyy..? ” Vivi bertanya , sambil memasang wajah
serius.
“Sampe sini…,” aku menunjukan jari telunjukku arah ke bawah, tepatnya 5 cm
dibawah selangkanganku.
“Hah! Waduh! Pantesan mata Pak Djono sampe melotot… Cuph” Reina berseru sambil
mengecup pipiku
Terdengar suara tawa berderai dari mulut Vivi, Farida dan Reina, aku berkacak
pinggang ,tidak terima !! pokoknya tidak terimaaaaaa!!!!!!!!
“Udahhh… yukkkk..,” Vivi menarik tanganku untuk segera menuju
tempat rahasia kami disekolah, kami berempat melangkahkan kaki kami, keluar
dari dalam kelas.
“Tenanggggg Mayyyyy, Ntarr kalo si brengsek itu berani ngintipin kamu lagiii,
aku hajar dia kayak giniii…. Hiatttttttttt “Pada saat hendak berbelok kearah
tangga menuju kelantai atas, jari telunjuk dan jari tengah Vivi membentuk huruf
V kemudian menusukkan jarinya kedepan dengan cepat..
“Croooossssshhh…!! Heuduhhhhhhhhhh….!! ” Seseorang mengaduh ketika matanya
tertusuk jari Vivi
Kami bertiga berseru kaget, sementara Vivi hanya bengong, shock menatap orang
yang baru ditusuk oleh jarinya.
“Maaf Pakkk, Maaffffff” Aku Reina dan Farida dengan gugup meminta maaf ,
kemudian menarik tangan Vivi yang masih bengong tanpa dapat berkata apapun,
bahkan Farida sampai menurunkan tangan Vivi yang terus mengacung seperti kram.
———————————
Disebuah kelas yang terbengkalai persembunyian rahasia empat gadis cantik,
gedung tua sekolah tempo dulu yang sampe kini belum juga direnovasi, terletak
tepat dibelakang gedung sekolah yang baru… entah kemana dana untuk renovasinya
^^
———————————-
“Vii, sadar Viiiii…!!” Farida dan Reina berusaha menyadarkan
Vivi yang masih terbengong-bengong, Hhhhhhhhh….(aku menghela nafas super
panjang), T_T wajar aja yang ditusuk matanya oleh Vivi adalah Pak Dion, Kepala
sekolah yang terkenal karena kegalakannya, pokoknya super killer deh dan Vivi satu-satunya
gadis disekolah ini yang berani menusuk mata kepala sekolah. Aku
mengipas-ngipas wajah Vivi dengan sebuah buku. Hanya ada suara Aaaaaaaaa,,,
Uuuuuuuu, Aaaaaaa,,, Uuuuuuuuu,,, yang terus keluar dari mulut Vivi, kedua
jarinya masih membentuk huruf V. kadang – kadang mulutnya menganga lebar
biarpun aku sudah berkali-kali berusaha mengatupkan mulutnya dengan tanganku.
Farida mengeluarkan sebungkus coklat Diary Milk kemudian setelah membuka
bungkusnya. Ia memasukkan sebatang coklat kedalam mulut Vivi yang sedang
menganga.
“Nyamm… , Nyammmmm…” Vivi mengunyah coklat dimulutnya, kemudian mulut Vivi
kembali menganga,
Ini anak dalam keadaan shock masih tau coklat enak, setelah menghabiskan
sebungkus coklat Diary Milk barulah Vivi dapat berkata-kata kembali dan kata
pertama yang diucapkan oleh Vivi adalah “Mampus dehh…”, kami bertiga hanya
dapat tertawa kecil sambil menepuk-nepuk bahu Vivi.
Tiba-tiba Reina meletakkan jari telunjuknya dibibirnya yang
meruncing, ketika mendengar suara langkah kaki diluar. Kami berempat saling
berpandangan , tampaknya bukan hanya langkah kaki seorang saja, entah berapa
banyak ?
“Cklekk, cklekkkkkk….” Pintu kelas tempat persembunyian kami terusik oleh kasar
oleh seseorang, untung Reina sudah berinisiatif mengganti kunci yang rusak dengan
yang baru, dan kami tidak pernah lupa untuk selalu mengunci pintu kelas.
(Glekkkk….)
“Sialannnn…!!!ini juga dikunci…!! Blammm!! Aww!! ” terdengar suara tendangan
dipintu kelas membuat kami berempat tambah menahan nafas, belum lagi ada suara
seorang gadis yang memekik kecil, kami semakin keheranan, ada apa ini gerangan
???
Suara langkah-langkah itu dengan cepat menjauh, terdengar suara pintu yang
tertutup dengan kasar , sepertinya tidak begitu jauh dari ruangan kami.
Kadang-kadang terdengar suara memohon diiringi gelak tawa.
“Klik…” Reina membuka kunci pintu, kemmudian dengan mengendap-ngendap kami
berempat mendekati kearah suara – suara gelak tawa yang semakin keras , dari
ruangan praktikum yang sudah lama terbengkalai, kami mengintip. Hhhhhhhhhh, nafasku
terasa sesak, demikian juga nafas Vivi, Farida dan Reina.
Seorang gadis cantik tengah dikerumuni oleh empat orang guru di
sekolah kami, wajahnya cantik dengan rambut sebahu, belum lagi bodynya yang
mulus dan seksi.
“Jangan pakkk, Jangannn….” gadis itu memohon.
Ira salah seorang anggota cheerleader disekolah kami sedang memohon pada
seorang pria bertubuh tinggi, gemuk Ahhhhhh ?!!!!! Pak Dionnnnnn !!!!
Sementara dipinggirnya ada Pak Dede, guru fisika; Pak Ahmad, guru bahasa
Jepang; Pak Djono, guru matematika.
Pak Dion menaikkan tubuh Ira duduk dipinggiran meja praktikum, kedua kaki Ira
terjuntai, dengan kasar pak Dion mempreteli kancing baju seragam Ira, kemudian
membuka Bra ira dan melemparkannya ke belakang.
“Whuesssshhh…, gila…, putih amat…”
“Udah lama banget, Bapak pengen ngentotin kamu”
“Ho hohhhh…, ngebayangin kamu pake baju seksi, nari…, bikin Bapak cepet bucat
kalo lagi masturbasi di WC “
“Belon kalo duduk dikelas , wahhhh kayak lagi pameran paha.., Eh tau nggak tadi
dikelas,si Maya, Wessst Gila , udah cantik duduknya seksi amat sampe
selangkangannya hampir keliatan” Pak Djono cengengesan, Degggggggg !!! mendadak
aku merinding mendengar kata-kata pak Djono, aduh, tadi…T_T!!!
“Tolonggg… pakkk, Jangannnnn…, itu bukan saya, sungguh
pakkk…saya masih gadis, itu nggak mungkin saya pakkkk…. Tolong lepaskan saya…”
Ira menepiskan tangan Pak Dion ketika tangan pak Dion semakin kurang ajar
menyibakkan rok seragamnya keatas, seorang perjaka tua berwajah sangar, dengan
tubuh tinggi dan gemuk, perutnya sudah membuncit seperti hendak melahirkan. Pak
Dion mengeluarkan DVD player portable kemudian memutar sebuah piringan DVD.
Terdengar suara seorang gadis sedang menjerit nikmat Ahhh, Ahhhhhhh,
Ahhhhhhhhhh, pemeran wanita di DVD itu mirip sekali dengan Ira, gadis itu hanya
dapat menggeleng-gelengkan kepala sambil berkata “Tidakk, bukan saya, bukan
saya, tidak mungkin..”
“Terserah kamu mau bilang apa…, kalau kamu nggak nurut… rekaman ini bakal
tersebar hehehe”pak Dion terkekeh-kekeh sementara Ira hanya dapat menangis sambil
memejamkan matanya ketika tangan Pak Dion merayap kebalik rok seragamnya.
“Awwwww….” Ira menjerit kecil ketika tangan pak Dion membetot celana dalamnya
sampai robek “Brekkkkk”, suara Ira semakin keras terdengar, murid cantik itu
terisak-isak menangis sambil menutupi buah dadanya, kedua tangannya bergerak
menyilang melindungi payudaranya yang polos tanpa selembar benangpun.
BERSAMBUNG.