Part 1
“Uhhhh…” aku mengeliatkan tubuhku dibalik selimbut hangat, hujan
deras kemarin malam membuat pagi ini semakin dingin, untungnya hari ini hari
minggu, aku memandangi langit-langit kamar kostku, setelah menggeliat malas
kesana kemari dengan mengumpulkan seluruh tenagaku aku berteriak keras.
“Hiaaaaa….tt !! Huupppp…!!” Aku melompat dari tempat tidurku menerjang
dinginnya pagi hari ini, Huuuhhhhhh ? astaga dingin amattt… aku buru-buru
kembali melompat keatas ranjang dan bersembunyi dibalik selimutku yang hangat.
Untuk beberapa saat aku kembali bermalas-malasan dibalik selimutku yang hangat,
menggeliat-geliat dengan asik kesana kemari.
“Mayaaaa, Tok Tok Tokkk” terdengar suara temanku Farida berteriak-teriak
memanggil namaku dari luar kamar,ketukan dipintu kamarku semakin keras
Duhhh, ngak mauuuu, masih ngantuk, aku mengeluh dalam hati
“Maya.. bangunnnn…, duh dasar si pemalasss…!” Vivi mengumpat dari luar kamar,
berkali-kali tangannya ikut mengetuk-ngetuk.
“YA UDAH, KITA TINGGAL YUKK !!” suara Reina terdengar agak keras
Suara – suara diluar kamarku mendadak menghilang,
Hah, ditinggal ? aduh teganya…!! Aku melompat dan dengan cekatan membuka kunci
pintu kamarku “Klikkkkkk”
“Aku ikutttt !” Aku berteriak sambil membuka pintu kamarku dan
berlari mengejar tiba-tiba dibelakangku terdengar suara tawa yang semakin
keras.
“Ha Ha Ha Ha.. akhirnya bangun juga…” Reina cekakakan menertawaiku, tubuh
mereka bertiga merapat didinding luar kamarku, mereka melangkah menghampiriku
“Dadanya kecil ya ?”Vivi tertawa cekikikan sambil menunjuk kearah baju piyamaku
disebelah atas.
“Uhhh… , Yeee malah ngintip…!”aku buru-buru merapikan kancing baju piyama yang
kukenakan.
“kayanya gedean yang aku deh” Vivi membusungkan dadanya, aku cemberut mengaku
kalah, diantara kami berempat memang “perabotan” Vivi yang paling gede
“Biarin…, biar kecil tapi banyak yang suka”jawabku dengan pede karena
kecantikan wajahku yang lebih menonjol.
Dengan jahil kuremas dada Vivi yang sedang membusung sambil berteriak keras
“Jurusss Nagaaaaaaaaa….!!”
“Owwwww…!! ” tentu saja Vivi berteriak kaget sambil menarik dadanya, ia hendak
membalasku namun aku dengan gesit menghindari remasan tangannya.
Vivi melotot, aku mencibirkan bibirku kemudian terdengar suara tawa canda
memecah keheningan dipagi hari itu, sementara teman-temanku bercanda dipagi
hari aku mengambil handuk dan masuk kekamar mandi yang ada dikamarku.
Kunyalakan kran shower, air hangat segera mengguyur tubuhku, duh
asiknya, sabun kesana sabun kemari usap sana usap sini akhirnya selesai juga acara
bersih – bersihnya ^^. Sambil mengeringkan tubuhku aku memperhatikan diriku
didepan cermin, wajah yang cantik, rambut yang indah sepunggung, tubuh yang
halus mulus, pinggang yang rata dan ramping, aku menatap kebawah leherku sambil
membusungkan dua buah gundukan payudara di dadaku .
HHhhhhhhhhhhhh…., aku menghela nafas panjang, coba deh kalau dadaku seperti
dada Vivi, dapet nilai 100 dah, karena dadaku rada-rada kecil turunlah nilaiku
menjadi 100 kurang 0 hohohohoh, ngak mau kalah Ehhmmmmmmm… ^^.
“Mayaaaaaa….., Mayyyyyyy!! ” kembali terdengar teriakan teriakan keras diluar
kamarku.
“Iya bentarrrrr….” Aku buru-buru memakai pakaianku kemudian sambil cengengesan
aku keluar kamar, tidak berapa lama sebuah mobil segera meluncur keluar dari
rumah kostku.
***************************
Di tempat lain…
Di sebuah rumah seorang pria gemuk berperut buncit sedang sibuk berkhayal, tangannya tampak sedang sibuk menggosok-gosok benda miliknya, diselangkangannya.
****************************
Kamar ganti dikolam renang,
“Rei.., kamu duluan gih yang keluar…”Farida mendorong punggung
Reina, sebelah tangan Farida menyilang didada melindungi buah dadanya yang
tercetak dengan jelas dari balik pakaian renangnya.
“Ngak.. mau ahh kamu aja gihhh..”Reina malah balas mendorong punggung Farida,
ia juga sama masih merasa risih untuk keluar dari dalam kamar ganti.
“Minggir semua…, biar aku duluan, makanya kalau punya dada jangan terlalu
kecil, harus gede kaya punya ku.. jadi ngak malu kalau sampe diliat orang he he
he he”.
“Huuuuu!!” terdengar suara riuh dari mulut kami bertiga sementara Vivi
melenggak lenggok keluar dari kamar mandi.
Aku, Reina dan Farida perlahan-lahan melangkah keluar mengikuti langkah Vivi.
Tidak berapa lama terdengar suara “Byurrrr…” Byurrrr” Byurrrrrr” Byurrrrr”, satu
persatu kami berempat berloncatan masuk kedalam kolam renang, setelah kecapaian
bolak balik berenang akhirnya kami berkumpul merapat membuat lingkaran kecil
mirip kayak “Knight Of The Round”
Beberapa lama kemudian secara tidak sengaja aku menatap ke sebuah
pojok di bawah tempat yang teduh, sekumpulan om-om sedang bersantai sambil
ngemil kue Butter Cookies, mata mereka yang nakal memandangi kami berempat,
waduh, pada melotot deh, sambil sesekali berbisik-bisik, entah apa yang sedang
mereka bisikkan, terus tertawa-tawa sambil memandang kearah kami, serem banget
ih…
Secara tidak sadar aku merapatkan tubuhku kearah Farida,sambil berbisik
”Fa.. liat ngak Om om, diujung sono…” Aku mencolek pinggul Farida
”Hah ? napa emanggg ?” Farida melirik tempat berkumpulnya para om-om disudut
itu.
“Mereka ngeliatin kita melulu…sebell.!”aku cemberut.
“Hmmm.. , Ehh kita kerjain yuk…”Reina tersenyum nakal sambil melirik kearah
para om nakal yang sedang berkumpul ditempat yang teduh itu. Aku, Reina, Farida
dan Vivi naik dari dalam kolam, dengan santai kami mendekati tempat para om-om
yang sedang mangkal, dari tatapan mata mereka keliatan banget kalo lagi mikir
yang ngeres-ngeres.
Huh dasar srigala berbulu domba, waktu dideketin malah pura pura
baik memandang kearah lain, kami berempat berhenti tepat didepan mereka dalam
posisi membelakangi mata-mata nakal yang selalu mecuri-curi pandang
memperhatikan bagian-bagian tubuh kami yang sensitif
“Aduhhhh… Vi pegel amat ya.. Mmmmmm ” Reina menggeliatkan tubuhnya kesana
kemari.
Aku mengibaskan rambutku yang terurai sambil memamerkan kecantikan dan
keindahan tubuhku, demikian juga halnya dengan Farida sedikit
menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan lembut sambil terkadang menunggingkan
tubuhnya sedikit. Yang paling dahsyat serangan Vivi sibuah dada besar.
“Iya nihhh….Ennnghhhhhh” Vivi menyampingkan tubuhnya kemudian membusungkan
dadanya kedepan, sedangkan kedua tangannya terentang keatas, sehingga terlihat
jelas tojolan besar itu seolah-olah mendak melompat keluat dari baju renang
yang dikenakannya.
“Uhukkk…!!” “Ehmmm” “Heeekkkk Khekkkk” terdengar suara terbatuk-batuk dari arah
para om nakal yang tersedak dengan mata mereka yang melotot bulat.
Kemudian setelah menoleh sebentar kearah mereka yang terbatuk-batuk, kami
berempat melangkah santai kearah kantin meninggalkan para om nakal yang masih
terbatuk-batuk dengan keras.
“He he he… rasain…”aku dan teman-temanku tertawa kecil mendengar
suara para om nakal yang masih terdengar ahak uhuk tersedak akibat serangan
kami berempat.
“Vi.. tadi liat ngak, itunya pada berdiri he he he” kata Reina sambil
melingkarkan tangannya kepinggang gadis itu, Vivi cuma cengengesan sambil
mengangguk kecil wajahnya bersemu merah, entah apa yang dipikirkan oleh Vivi.
“He-ehhh, gila ya…, kaya mau nerkam gitu ihh, ekspresinya..Seyem!! ” Aku
menyahut menimpali, aku agak merinding ketika mengingat ekspresi wajah para om
nakal.
“Kalo nerkam sih, tar Kita kasihin si Maya aja, supaya digarap rame-rame….HE HE
HE”Vivi terkekeh-kekeh sambil melirik kearahku.
Kelihatannya Vivi masih dendam karena tadi pagi jurus nagaku berhasil
mencengkram buah dadanya yang bongsor He he he…..^^
“Enak aja…, Loe aja kaliiii, Gua enggakkkk… “aku meniru kebiasaan Ruben &
Eko Patrio ^^, sambil menggoyang-goyangkan pinggulku dengan nakal, kemudian
mencibirkan bibirku kearah Vivi, aku buru-buru ngacir ketika Vivi mengejarku.
Kami berempat duduk mengelilingi sebuah meja, lama amat ngak
nyampe-nyampe deh pesanan kami berempat.
“Kruuyuuuuuukkkk….. ” perutku berbunyi keras, aduh malu-maluin deh, aku
memegangi perutku yang berbunyi keras..
“Ayam siapa tuhhhh yang lagi berkokok ? ” Farida menolehkan kepalanya kekiri
dan kekanan, aku menyikut buah dadanya.
“Aduhh.. duhhh” Farida meringis ,namun tidak berapa lama kemudian tangannya
merayap kebawah meja merayapi pahaku.
“Farida…, Ahhh ” aku merapatkan kedua pahaku.
“Santei aja… kamu kan dipojok, ngak akan ada yang liat ini he he he” Farida
merapatkan bangkunya kesisiku sedangkan Vivi dan Reina tersenyum sambil
menggeser bangku mereka merapatkan barisan berusaha menjadi tembok pelindung.
Aku mulai berani merenggangkan kedua pahaku sedikit, Farida tersenyum kemudian
tangannya mengelus-ngelus bagian dalam pahaku, nafasku semakin terasa sesak.
Aku sedikit tersentak ketika Farida menyusupkan tangannya kedalam pakaian
renang yang kukenakan dari sebelah sisi selangkanganku, aku menolehkan wajahku
kearah lain ketika Vivi dan Reina tersenyum senyum kecil menatapku.
Farida mendadak bangkit dari kursinya, tangannya dengan agak
kasar menarik tanganku, aku ikut berdiri dan mengikuti langkah kakinya.
“Hajar Faaaa…! jangan dikasih ampunn He he he” Reina terkekeh-kekeh sedangkan
Vivi mengerlingkan matanya dengan nakal kearahku.
“Cklekkkkk…” Farida mengunci pintu ruangan untuk ganti baju,
“Mayaaaaa.. Ohhh….” Farida memeluk tubuhku, Wajahnya semakin dekat dengan
wajahku dan
“Hmmmm… Mmmmmmm” mulutku dikulum dengan lembut oleh Farida. Tubuhku sedikit
meronta kehabisan nafas namun kedua tangan Farida membelit pinggangku kuat –
kuat. Mulut Farida semakin kuat mengulum dan menghisap mulutku.
“Haa…Uffffff…. Ampunnn, aku nyerahh…”aku kehabisan nafas, aku
menggeleng-gelengkan kepalaku kekiri dan kekanan menghindari mulut Farida yang
merusaha menyumpal bibirku, kedua tangannya memegangi pipi kanan dan pipi
kiriku.
”Heee… EMMMMMMMMHHH” bibirku kembali menjadi bulan-bulanan Farida, bibirku
kembali disekap oleh bibirnya, Farida tampak rakus mengulum dan melumat-lumat
bibirku, tangannya merayap mengelus-ngelus bongkahan buah pantatku.
Tangan Farida dengan tidak sabar menarik pakaian renangku sampai
melorot sebatas dada, tersembullah payudaraku yang mungil dihiasi oleh puting
susu yang sudah mengeras. Aku menelan ludah ketika merasakan jari telunjuk
Farida melingkari puting susuku, rasa geli membuatku menggeliat resah sambil
meringis-ringis.
“Ahmmmmmmhhhhh…. Mmmmmmmmhh” Aku berusaha menutup mulut rapat-rapat agar
suaraku tidak terdengar terlalu keras ketika Farida merendahkan kepalanya dan
menghisap kuat-kuat puncak payudaraku, mulut Farida bukan hanya sekedar
menghisap, lidahnya menggeliat-geliat menggelitiki puting susuku.
Aku mendekap kepala Farida yang sedang asik mengemuti puncak buah Susuku. “Fa……
” aku memanggil Nama Farida dengan lirih.
“Uhhhh….!! “aku agak kaget ketika Farida dengan kasar menyentakkan pakaian
renangku semakin kebawah , ia berlutut dihadapanku.
Aku mengerti apa yang Farida inginkan, aku segera mempersembahkan bukit mungil
diselangkanganku kehadapan kepalanya.
“Pelan pelan Fa… Ahhh…”Aku mengeluh ketika Farida mengecup-ngecup bibir
Vaginaku dengan kasar, kasar sekali, nafasku semakin lama semakin
tersendat-sendat,
Aku bernafas sedikit lega ketika Farida menghentikan
serangannya, Farida menengadahkan kepalanya , matanya memandangiku yang
berusaha mengatur nafas, bibir Farida tersenyum nakal, tidak berapa lama
kemudian tatapan mata Farida terfokus pada keindahan belahan mungil
diselangkanganku. Jari telunjuknya mengulas-ngulas belahan mungil
diselangkanganku, lendir-lendir nakal semakin banyak membanjiri belahan
diselangkanganku.
“Utssssssshhhhh….!! ” kedua lututku serasa goyah ketika jari tangan Farida
menekan pinggiran bibir vaginaku agar sedikit merekah. Jilatan-jilatan lidah
Farida dengan kasar mengulas-ngulas klitorisku, sesekali diemutnya kuat-kuat
“kacang mungil” diselangkanganku.
“Faaaa…, Shhhh… Ahhhh ” tanganku menggapai-gapai mencari pegangan, akhirnya aku
berpegangan pada dinding kayu dikamar ganti itu.
“Haaa Ahhhhhh… Crrrrrr. Crrrrrrrr” aku semakin kuat berpegangan pada dinding
Kayu dipinggirku, tubuhku mengejang ketika merasakan denyutan-denyutan nikmat
itu menerpa bagian tubuhku diselangkangan yang sangat sensitif.
“He he he… Cruttttttt….dehhhh”kata Farida sambil menengadahkan kepalanya
memandangiku, sambil tersenyum kecil telapak tangan kiri Farida menyeka cairan
lengket milikku yang tercecer disudut mulutnya.
Farida berdiri ia membalikkan tubuhku, kedua tangannya merayapi
buah dadaku dari belakang, sesekali tangannya menggenggam induk buah dadaku
sambil meremas-remas induk payudaraku. Jari telunjuk Farida mengulas-ngulas
ujung puting susuku ia berbisik ditelingaku…..
“Kalau aku kaki-laki, langsung deh, kamu aku perkosa ditempat ini he he he”
Farida mengigit lembut daun kupingku.
“Kalau kamu laki-laki juga, aku langsung ngacir, takut kamu perkosa he he he”
Aku membalas candaan Farida, kemudian sambil tertawa kecil Farida memeluk tubuhku
dengan erat.
“Udah yukk, makanan kita pasti udah datang…” Aku berusaha melepaskan tubuhku
dari dekapan Farida.
“Ntar , santai aja” Tangan Farida merayap mengelus bukit mungil
diselangkanganku, sesekali tangan itu meremas selangkanganku, kemudian Farida
membalikkan tubuhku dan kemudian bibir kami kembali saling mengulum
“Cpppp… Cpppp.. Cppppp” Suara-suara berdecak-decak itu kembali terdengar. Aku
membalas memeluk tubuhnya kali ini aku yang menciumi leher Farida kemudian
ciumanku merambat kebahunya, kugigit bahu Farida dengan lembut.
Farida mendesah ketika aku mulai mempermainkan ujung puttingnya,
kujepit puting susu Farida dengan jari jempol dan jari telunjukku kemudian
kupelintir-pelintir sehingga pemiliknya mendesah-desah keenakan, sesekali
kutarik-tarik puting susu Farida dengan lembut. Bongkahan payudara Farida
semakin keras dan kenyal, aku menundukkan kepalaku dan kuciumi dengan lembut
bulatan payudara Farida, sambil meremas-remas induk payudaranya. Farida tidak
mau kalah ia mendorong tubuhku merapat kedinding kayu itu kedua tangannya balas
mengelusi buah dadaku, lidah Farida terjulur keluar mengajakku untuk melakukan
pertarungan, aku mengeluarkan lidahku kemudian lidah kami saling membelit dan
saling kait, mulut Farida dengan rakus menghisapi lidahku. Kedua tangan Farida
merayap kebelakang kepalaku dan menarik kepalaku agar semakin merapat
kewajahnya, ia melumat bibirku kuat-kuat. Aku hendak melakukan perlawanan namun
Farida dengan kasar merentangkan kedua tanganku keatas sambil berbisik”lebih
baik kamu diam saja manis…, he he he” Ciuman Farida merambat turun, nafasku
kembali sesak merasakan mulut Farida mengecupi buah dadaku, sesekali
dijilatinya bulatan buah dadaku.
“Akkk…!”. Aku menjerit kecil ketika merasakan gigitan lembut diputing susuku,
Aduh, enak amat sihhhhh…. ^^, mulut Farida mengenyot puncak payudaraku,
kepalaku terkulai kekiri , kadang kadang terkulai kekanan sambil mendesis
merasakan nikmatnya kemutan mulut Farida dibuah dadaku.
Ciuman Farida semakin lama semakin turun kearah selangkanganku
dan aku merintih-rintih agak keras sambil memundurkan vaginaku agar terhindar
dari cumbuan Farida,nafasku semakin tersendat-sendat menahan sesuatu yang sulit
untuk dibendung lagi. Farida tambah liar mencumbui bibir vaginaku, lidahnya
mengait-ngait kelentitku yang mungil , kemudian mulut Farida menghisap
kuat-kuat lubang Vaginaku dan
“Akkkk… Ahhhhh CRRRTTTT… CRRRTTTT” aku memejamkan mataku rapat-rapat merasakan
kenikmatan yang baru saja meluluhkan tubuhku. Terdengar suara menyeruput ketika
mulut Farida menyedot cairan kenikmatan yang baru saja jebol dari lubang
vaginaku.
Farida kembali berdiri dan memeluk tubuhku erat-erat, aku pun balas memeluknya
dengan erat, untuk beberapa lama kami hanya berdiri sambil berpelukan satu sama
lain. Beberapa saat kemudian pintu kamar ganti itu terbuka lebar-lebar, kami
berdua melangkah keluar sambil tersenyum-senyum kecil. Aku melangkah disamping
Farida, didepan sana Vivi dan Reina memandangi kami berdua sambil
berbisik-bisik kemudian tertawa-tawa.
“Jadi…, Gimana Skornya ?” Reina bertanya ingin tahu.
“He he he… gua menang 2-0, nyam nyam ” Farida dengan bangga menjawab pertanyaan
Reina, mulutnya penuh dengan sesendok nasi goreng seafood pesanannya.
BERSAMBUNG.