Part 3
Bu Leha pun menceritakan siapa aku yang sebenarnya kepada Ayu. Ayu kaget ketika Bu Leha bercerita kalau ia masuk ke dalam rumahku tanpa ijin seperti maling. Lagi – lagi Ayu terlihat kesal kepada Ibunya itu dan meminta maaf kepadaku karena tingkah Ibunya itu. Aku hanya tersenyum karena bagiku itu bukanlah masalah. Sekitar tiga jam kemudian operasi selesai. Anak Bu Leha sudah dipindahkan ke ruang inap. Tumor ganas itu sudah tidak ada lagi di leher anaknya. Aku lega akhirnya anak Bu Leha bisa selamat dari tumor mematikan itu. Aku tidak perlu repot memikirkan biaya rumah sakit karena biaya operasi akan ditanggung oleh kantorku dan aku hanya perlu membiayai ruang inapnya saja. Untung saja ruang inapnya berada di kelas tiga jadi lumayan murah. Selama berada di rumah sakit Ayu lah yang menjaga adiknya itu. Tidak mungkin Bu Leha yang menjaganya. Bisa – bisa ada yang mencurigai keberadaan Bu Leha nantinya. Selama berada di rumahku, Bu Leha menjadi pemuas nafsuku. Setiap hari kami melakukan seks dan tidak ada batas waktu. Aku jadi ketagihan akan yang namanya seks. Kadang bila sedang bekerja di kantor, aku sering nyengar – nyengir sendiri membayangkan tubuh seksi Bu Leha yang kini menjadi pujaan hatiku. Bu Leha juga tidak pernah bosan melakukan seks denganku. Ia juga mengakui kalau ia adalah seorang wanita yang hyperseks dan ia sangat menderita sekali selama di penjara karena tidak bisa melakukan seks.
Malam itu aku dan Bu Leha sedang bersantai di tempat tidur setelah melakukan seks. Ia berbaring di atas dadaku dengan tubuh yang masih berkeringat. Tempat tidurku juga basah kuyup karena orgasmenya itu.
“Oh iya, Bu. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan” kataku dengan nada serius.
“Apa itu ???” tanya Bu Leha.
“Bu Leha benar ingin kembali ke penjara ???” tanyaku. Ia pun terdiam sejenak baru menjawab pertanyaanku.
“Tentu saja benar. Aku harus kembali ke penjara kareena jika tidak aku pasti akan terus dikejar oleh polisi” jawabnya.
“Kalau begitu aku ingin membawa kedua anak Ibu untuk tinggal bersamaku di sini” kataku. Hal itu pun membuatnya terperanjat dan tersenyum lebar.
“Benarkah itu ??? apa itu tidak merepotkanmu nantinya ???” tanya Bu Leha lagi memastikan.
“Iya itu benar. Aku berencana untuk menjadikan Ayu sebagai pembantuku. Itu pun kalau ia mau” jawabku.
Bu Leha pun berteriak kegirangan. Ia mengucapkan terima kasih banyak karena sudah banyak membantu keluarganya. Ia mencium bibirku dengan mesra dan mengajakku untuk bercinta lagi. Aku menerima ajakannya dan kami kembali bercinta dengan lebih hot malam itu.
Dua hari kemudian Ayu dan anak bungsu Bu Leha yaitu Irma resmi tinggal di rumahku. Sebelumnya aku sudah izin kepada kedua orangtuaku dan mereka setuju dan tidak terlalu mempedulikan kehadiran Irma yang menjadi adik Ayu. Ayu juga sangat senang bisa tinggal di rumahku dan juga bekerja di rumahku. Aku juga senang karena akhirnya aku bisa punya teman tinggal. Aku meminta Ayu untuk bekerja membersihkan rumah alakadarnya saja karena meskipun ia aku minta untuk menjadi pembantu, tapi sebenarnya tujuanku yang sebenarnya hanya untuk menjadikannya sebagai teman tinggal ku saja. Aku juga baru sadar kalau ternyata Irma adalah seorang yang bisu. Ia sudah sejak kecil menderita cacat tersebut. Aku kesulitan untuk menterjemahkan kata – katanya dan aku selalu meminta Ayu yang menterjemahkannya. Tapi semenjak kedatang Ayu, frekuensi seks ku dengan Bu Leha menjadi sedikit berkurang. Aku jadi jarang ngeseks dengannya karena ia lebih memilih tidur bersama dengan kedua anaknya itu. Aku sih maklum karena ia harus kembali ke penjara dan ia ingin menghabiskan waktunya bersama dengan kedua anaknya. Tapi tidak untuk malam itu. Saat itu hujan turun dengan derasnya dan aku baru tiba di rumah. Aku harus berteduh di kantor sampai jam 11 malam karena hujannya sangat deras sekali. Tubuhku basah kuyup karena aku tidak mengenakan jas hujan. Ketika aku masuk ke dalam rumah, aku sudah disambut oleh Bu Leha yang sudah menungguku sambil membawa handuk. Tapi ada yang beda dengan penampilannya saat itu. Ia hanya mengenakan kemeja putih milikku dengan panjang sepinggang. Sementara bagian bawahnya ia hanya mengenakan celana dalam berwarna krim. Ia membuka pakaian kerjaku dan mengelap tubuhku yang basah. Aku memeluknya dengan manja sambil kedua tanganku meremas bongkahan pantatnya itu. Setelah tubuhku kering, Bu Leha mengajakku untuk masuk ke dalam kamarku. Lalu kami pun berciuman dan saling meraba. Kami berdua seperti pasangan muda – mudi yang haus seks karena kami sudah lama tidak bercinta. Bu Leha turun ke bawah dan membuka celana dalamku. Ia melahap Rudalku dengan penuh nafsu seperti melahap sebatang lollipop. Aku hanya bisa mendesis keenakan merasakan sepongannya itu. Aku sangat suka sekali ketika Bu Leha memijat kedua biji pelirku. Agak sedikit nyeri namun mampu membuat Rudalku semakin keras seperti tongkat. Tanganku mulai beraksi dengan meremas payudaranya dari luar kemejanya itu. Ia sangat pintar sekali memanjakan Rudalku. Lidahnya itu begitu hebat menari di batang Rudalku. Ia meludahi Rudalku dan kembali menjilati ludahnya itu. Ia sangat binal sekali sebagai seorang wanita setengah baya. Setelah puas bermain dengan Rudalku kini ia yang merengek minta jatah. Ia membuka kemejanya dan menarik kepalaku ke kedua payudaranya. Wajahku tenggelam di antara belahan payudaranya itu sampai aku tidak bisa bernafas. Kemudian aku menjilati putingnya yang keras itu. Aku angkat payudaranya agar kami bisa menjilati putingnya secara bersama – sama. Sangat menggairahkan sekali ketika melihatnya menjilati putingnya sendiri. Lalu ia mengarahkan tanganku masuk ke dalam celana dalamnya. Waw Apemnya sudah sangat basah dan jariku sudah lengket oleh cairannya yang berwarna putih.
“Elusin dong itil aku. Ayo dong Mas aku udah gak kuat nih. Jangan siksa aku” rengeknya dengan manja.
Mendengar suaranya yang manja itu membuat aku menjadi semakin gila. Aku robek celana dalamnya dan ia terlihat kaget dengan kelakuanku.
“Pelan aja dong Mas. Masak celana dalamku di robek” kata Bu Leha.
“Aku tidak kuat dengan wanita binal sepertimu” kataku dengan diikuti ciuman mesra di bibirnya.
Lalu aku berjongkok dan aku angkat satu kakinya. Aku belai Apemnya yang basah itu dan aku lahap Apemnya dengan lidahku. Aku jilat dan aku hisap klitorisnya yang merah menantang itu. Tubuh Bu Leha bergetar dan aku tahu sebentar lagi air kencingnya pasti akan keluar. Dan benar saja, semakin aku jilat klitorisnya ia pun terkencing – kencing di atas wajahku. Tapi aku tidak berhenti dan terus menjilati Apemnya dan ia pun kembali orgasme.
“Udah cukup. Apem aku geli nih” kata Bu Leha.
Aku sebenarnya masih ingin menjilatinya tapi aku kasihan melihat Bu Leha yang sudah tidak kuat lagi untuk orgasme. Tapi aku tidak kehilangan akal. Kini giliran anusnya yang menjadi sasaranku. Aku balikkan tubuhnya dan aku suruh ia untuk sedikit membungkuk. Aku buka belahan pantatnya dan anusnya yang hitam itu tampak begitu menggoda. Aku jilat meski rasanya sangat pahit. Aku bisa merasakan anusnya kembang kempis ketika lidahku berusaha untuk masuk ke dalam anusnya.
“Aku mau ngentot anusmu” bisikku di telinganya.
Ia hanya tersenyum dan mengangguk tanda memperbolehkan. Karena
anusnya sangat kering, aku harus melicinkan dulu dengan cairan Apemnya. Aku
masukkan Rudalku ke dalam Apemnya agar Rudalku basah oleh cairannya. Lalu aku
arahkan Rudalku ke dalam anusnya dan sangat sulit sekali untuk memasukkannya.
Berkali – kali ia meringis kesakitan karena aku memaksakan Rudalku untuk masuk
ke dalamnya. Tapi aku tidak mau menyerah dan aku terus berusaha untuk melakukan
anal dengannya. Akhirnya setelah berkali – kali mencoba kepala Rudalku bisa
masuk ke dalam anusnya. Aku biarkan sejenak untuk merasakan jepitan anusnya
yang lebih sempit ketimbang Apemnya. Lalu secara perlahan aku dorong
Rudalku dan itu membuatnya semakin meringis.
“Aduuhhh anusku panas nih. Pelan – pelan aja” pinta Bu Leha.
Aku berusaha keras untuk melakukan dorongan yang lembut. Beberapa menit kemudian akhirnya Rudalku bisa amblas di dalam anusnya. kedutan anusnya sangat terasa sekali. Aku mulai menggenjot anusnya perlahan dan rasanya lebih nikmat. Aku bisa ketagihan ngentot dengan anusnya ketimbang Apemnya. Dinding anusnya tampak ikut tertarik keluar ketika Rudalku tertarik keluar. Bu Leha hanya bisa memejamkan matanya antara sakit dan nikmat.
“Gimana Bu ??? Ini enak kan ??? ahhhh ahhhhh” desahku di telinganya.
“Iya ini lebih enak dari pada ngentot di Apem. Terus lakukan dengan sedikit keras” suruh Bu Leha.
Aku lakukan genjotan sedikit cepat. Aku tusuk anusnya dengan cepat. Tangan Bu Leha tampak sedang menggesek klitorisnya sendiri. Lalu tak lama kemudian Bu Leha kembali orgasme dengan air kencingnya yang keluar. Ternyata hanya dengan menggenjot anusnya ia masih bisa orgasme squirt. Setelah lelah berdiri aku pun berbaring di atas tempat tidur. Bu Leha naik ke atas tubuhku dan ia kembali memasukkan Rudalku ke dalam anusnya. Dengan posisi ini aku bisa puas menggenjot anusnya. Ia terus mengeluarkan air kencingnya yang sangat deras seperti air mancur. Sebagian air kencingnya mengenai dinding kamarku.
“Ahhhh…ahhhhh…ini nikmat sekali…aku suka ngentot di anus…ooohhhhhh….teruuussss” desah Bu Leha.
Saat masih asik menggenjot anusnya tiba – tiba saja kamarku terbuka. Kami berdua terkejut ketika Ayu tiba – tiba saja muncul dengan mata melotot tajam melihat kami berdua. Kami berdua langsung bangun dan aku segera menutupi Rudalku dengan bantal. Bu Leha juga langsung menghampiri Ayu yang berdiri kaku sambil terus melihat kami. Bu Leha menarik tangan Ayu untuk masuk ke kamar mereka. Jantungku berdegup kencang sekali. Aku sangat yakin Ayu pasti bakalan marah melihat aku dan Bu Leha yang lagi ngentot. Aku menunggu di kamar dengan harap – harap cemas. Lalu tak lama kemudian bu leha muncul.
“Bagaimana ??? Apa si Ayu marah ???” tanyaku.
“Tidak. Aku sudah memberikannya pengertian. Lagi pula ia sudah sering melihatku ngentot ketika aku masih menjadi pelacur dulu” jawabnya yang membuat aku sedikit lega.
Lalu aku melihat Ayu yang kembali muncul dan duduk di sofa yang ada di ruang tamu. Kebetulan pintu kamarku menghadap ruang tamu sehingga Ayu bisa melihat kami berdua.
“Ayo kita ngentot lagi. Nanti anusku bisa mengecil lagi” ajak Bu Leha.
“Tapi ada Ayu di situ” bisikku sambil menunjuk ke luar kamar.
Bu leha pun menoleh dan mengatakan untuk membiarkannya. Ia sudah
biasa melihat dirinya ngentot dengan para pria hidung belang dulu. Bu Leha
menyuruhku untuk tiduran lagi sementara ia kembali berada di atas dan kembali
memasukkan Rudalku ke dalam anusnya. Giliran Bu Leha yang menggenjot Rudalku
dengan anusnya. Aku hanya bisa memperhatikan Ayu yang begitu serius melihat
kami berdua. Ia hanya duduk diam sambil memperhatikan Ibunya yang sedang sibuk
menggenjot Rudalku. Karena aku merasa malu, akhirnya orgasmeku pun tiba dengan
cukup cepat. Aku orgasme di dalam anusnya dan ketika ia mencabut Rudalku,
spermaku meleleh keluar dari dalam anusnya. Tanpa rasa jijik, Bu Leha menjilati
Rudalku yang lengket oleh spermaku. Setelah selesai ngentot aku dan Bu Leha
keluar untuk menemui Ayu yang masih duduk diam di ruang tamu. Aku sudah
berpakaian lengkap sementara Bu Leha menemui Ayu dalam keadaan telanjang. Bu Leha
duduk di samping Ayu dan mengelus rambut Ayu.
“Jangan pikir Ibu kembali menjadi seorang pelacur. Ibu melakukan ini atas dasar suka sama suka dengan Mas Devan” kata Bu Leha.
“Iya Bu aku mengerti. Lagi pula Mas Devan juga sudah sangat baik sekali pada kita” jawab Ayu.
Setelah berbincang sejenak, kami pun masuk ke dalam kamar masing – masing. Hanya saja kali ini Bu Leha tidur denganku dan kami sempatkan untuk bercinta sekali lagi.
Lalu keesokan paginya aku memilih untuk cuti satu hari karena
sangat lelah setelah bercinta dengan Bu Leha yang kami lakukan hingga subuh
menjelang. Paginya aku bangun terlalu siang sekitar pukul 11. Aku mungkin tidak
akan bangun kalau Ayu tidak masuk ke dalam kamarku untuk membersihkan kamarku.
Pagi itu Ayu mengenakan daster yang sedikit transparan. Karena terkena sinar
matahari yang masuk dari jendela kamarku, daster Ayu sedikit menerawang dan aku
bisa melihat seluruh pakaian dalamnya yang berwarna putih. Tubuh Ayu memang
berbeda jauh dengan Ibunya. Bila Ibunya bertubuh sedikit montok, tubuh Ayu bisa
dibilang cukup bahenol dan semuanya terlihat besar termasuk payudara dan
pantatnya. Aku sengaja masih memejamkan mataku agar aku bisa melihat Ayu yang
sedang mengepel lantai kamarku. Ketika ia membungkuk, garis celana dalamnya
tercetak jelas di balik dasternya. Hal itu membuat aku jadi gelisah dan
perlahan Rudalku mulai ereksi. Ingin sekali aku meraba pantat Ayu. Tapi aku
harus bisa menahan nafsunya karena pasti Bu Leha takkan mengizinkan ku untuk
bercinta dengan Ayu. Setelah Ayu membersihkan kamarku barulah aku bangun. Bu Leha
dan Irma tampak sedang bermain bersama di ruang tengah. Sangat senang sekali
melihat Bu Leha yang begitu perhatian dengan anak – anaknya. Ia harus
menghabiskan banyak waktu dengan anak – anaknya karena hari minggu besok atau
dua hari lagi ia berencana untuk kembali ke penjara dan menjalani sisa
hukumannya. Aku pun ikut nimbrung bermain bersama Bu Leha dan juga Irma. Ketika
bermain denganku, samar – samar aku mendengar Irma menyebutku dengan sebutan
ayah meski itu tidak terlalu jelas karena Irma adalah seorang yang bisu. Aku
hanya tersenyum mendengarnya karena bagiku Irma adalah anak yang lucu. Pipinya
tembem seperti Bu Leha dan aku sangat suka mencubitnya.
Siang pun tiba dan saat itu sangat panas sekali. Aku sedang
duduk santai di teras rumahku sambil membaca majalah. Bu Leha sedang tidur
bersama Irma di kamar. Lalu Ayu datang membawakanku segelas es teh manis. Ia
pun ikut nimbrung bersama denganku dan kami mengobrol. Ia menceritakan kisah
hidupnya selama Ibunya berada di penjara. Ia hanyalah seorang gadis tamatan
SMP. Ia hanya merasakan pendidikan SMA selama 6 bulan karena tidak mampu
membayar uang sekolah. Akhirnya ia dikeluarkan dan ia pun hanya bisa pasrah. Ia
bercita – cita ingin menjadi seorang dokter dan cita – cita itu pun harus
lenyap. Ketika Ibunya mendekam di penjara, ia bekerja banting tulang demi
membiayai kehidupannya
dan adiknya. Ia bekerja apapun yang bisa dikerjakan. Ia pernah menjadi seorang
pengamen, penjual koran, buruh cuci, penjaga toilet di terminal, bahkan ia
sempat mencuri lauk pauk yang ada di warteg untuk mereka makan. Hingga akhirnya
ia bertemu denganku dan dari awal ia sudah merasa aku adalah malaikat penolongnya.
Semenjak adiknya sakit ia sudah tidak bisa berbuat apa – apa lagi. Ia hanya
bisa pasrah karena ia tidak memiliki uang. Untuk makan saja ia diberi sedikit
nasi dan lauk dari tetangganya. Mendengar kisahnya itu aku jadi terharu.
Sungguh berat perjuangannya sebagai pengganti Ibunya yang mendekam di penjara.
“Sudahlah gak perlu disesali. Yang penting sekarang kamu tinggal di rumahku dan kalau kamu butuh sesuatu bilang aja” jawabku.
“Iya Mas makasih banyak ya. Mas Devan orang yang baik dan sangat berjasa untuk kami” katanya.
“Ahhh biasa aja kok. Oh iya aku mau minta maaf atas kelakuanku dengan Ibumu tadi malam” kataku. Aku masih merasa bersalah setelah ia memergoki kami semalam.
“Gak apa – apa kok Mas. Aku sih maklum aja karena Ibu kan lama di penjara. Pasti dia juga kepengan begituan” jawabnya. Aku mulai lega setelah ia memaafkanku.
“Oh iya Mas Devan, aku boleh minta sesuatu gak ???” tanya Ayu lagi dan kelihatannya cukup serius.
“Minta apa ??? Gak usah malu – malu gitu ah” jawabku.
“Tapi aku yakin Mas Devan pasti gak mau menuruti permintaanku ini” katanya lagi yang membuat aku semakin penasaran.
“Ya bilang dong. Bagaimana aku bisa menyanggupinya kalau kamu belum memberitahunya” jawabku. Lalu ia bangkit dari duduknya dan ia berbisik padaku.
“Aku pengen dientot seperti Ibuku tadi malam”
Jedeeerrrrr. Rasanya seperti jantungku ini seperti disambar oleh petir dan membuat aku mati suri. Aku terdiam membisu tidak mampu menjawab apapun. Aku cubit lenganku mana tahu aku sedang bermimpi. Ada seorang gadis cantik yang ingin ngentot denganku. Pasti ia hanya bercanda mengatakan hal itu.
“Hahahaha kamu ini becandanya boleh juga” kataku sambil tertawa. Ku lihat ia hanya diam dengan tatapan serius.
“Aku serius Mas Devan. Melihat Ibuku ngentot tadi malam, aku jadi ingin ngentot juga” jawabnya sambil menggenggam kedua tanganku.
Tak kusangka Ayu menuntun kedua tanganku menuju payudaranya. Ia menuntun telapak tanganku untuk meremas kedua payudaranya yang walaupun kecil terasa kenyal dan padat sekali. Aku pun langsung menarik kedua tanganku.
“Yang benar saja. Kamu kan masih perawan. Aku tidak mungkin mengambil keperawanan kamu” kataku dan Ayu hanya menggeleng.
“Aku sudah tidak perawan lagi. Aku juga pernah menjadi pelacur demi mendapatkan uang” jawabnya dengan penuh kejujuran.
BERSAMBUNG.