Rabu, 14 Agustus 2024

Petualanganku dengan Ibu dan Anaknya

Part 1

Ini adalah tahun ketiga aku tinggal di kota M. Sebenarnya aku berdomisili di kota J, hanya saja aku ditempatkan di kota M oleh perusahaan tempatku bekerja. Aku tinggal seorang diri dengan mengontrak sebuah rumah kecil yang tidak jauh dari kantor tempatku bekerja. Aku sangat beruntung sekali bisa bekerja di tempatku bekerja saat ini. Uang kontrakanku disubsidi sebesar setengah dari harga kontrakan. Selain itu aku juga mendapat fasilitas berupa sepeda motor sebagai alat transportasiku.

Padahal aku hanya seorang pegawai biasa. Memang sih perusahaan tempatku bekerja dikenal sebagai perusahaan yang sangat mementingkan kesejahteraan pegawainya. Hidup sendiri membuat aku jadi kesepian. Hingga detik ini aku belum memiliki pasangan hidup. Bukan berarti aku tidak laku, hanya saja aku adalah seseorang dengan sifat workaholic. Aku sangat suka bekerja dan mengumpulkan uang. Tak heran bila usiaku yang masih muda ini aku sudah mengumpulkan cukup banyak uang. Aku jadi jarang pulang ke kota J karena kesibukanku itu. Malah orangtuaku yang lebih sering mengunjungiku.

Malam itu aku pulang agak sedikit larut karena aku harus lembur. Aku lembur karena aku berencana untuk mengambil cuti selama 3 hari. Di kantorku diberi jatah cuti sebanyak 14 hari dalam setahun jadi aku harus memanfaatkan itu. Aku juga sudah capek bekerja makanya aku ingin mengambil cuti itu. Ketika tiba di rumah aku merasakan ada sesuatu yang aneh. Pintu pagar rumahku dalam keadaan sedikit terbuka padahal seingatku aku sudah menguncinya dengan gembok. Aku pun buru – buru memeriksa gembok pagar rumahku dan ternyata gembok itu sudah dalam keadaan patah. Aku pun kaget bukan main karena aku yakin rumahku sudah dimasuki oleh maling. Aku pun berjalan berjingkat dan mengintip

melalui jendela yang ada di teras rumahku. Ternyata benar di rumahku ada maling karena lampu di ruang tengah dalam keadaan hidup. Aku pun mengambil sebuah kayu besar yang ada di samping rumahku sebagai senjataku. Aku coba masuk dari pintu depan rumahku dan ternyata sudah dalam keadaan terbuka. Engselnya juga sudah rusak. Aku buka perlahan pintunya dan aku berjalan berjingkat masuk ke dalam rumah. Aku pun langsung menuju dapur karena aku mendengar suara dari arah sana. Lalu aku melihat seseorang sedang mengutak – atik isi kulkasku. Aku pun berjalan perlahan menuju belakang tubuhnya. Bodohnya aku ketika kemeja kerjaku menyangkut di ujung meja makan dan membuat meja makan itu menjadi sedikit bergeser dan membuat suara. Orang itu pun menoleh ke belakang dan aku kaget ketika mengetahui ternyata orang tersebut adalah seorang wanita. Di mulutnya penuh dengan makanan yang ada di dalam kulkasku. Wanita itu pun mencoba untuk kabur namun aku berhasil menangkap tangannya. Aku mendekapnya dari belakang dan wanita itu mencoba untuk meronta. Aku menarik tubuh wanita itu dengan susah payah menuju lemari besar yang ada di dekat meja makan. Aku membuka laci yang ada di lemari itu dan mengambil sebuah tambang. Aku ingin mengikat pencuri wanita itu. Dengan susah payah aku mengikatnya karena meskipun ia bertubuh kurus tapi tenaganya cukup besar. Berkali – kali ia mencoba melawan dengan menginjak kakiku dan berusaha untuk menggigit tanganku yang sedang mendekap tubuhnya. Akhirnya tubuhnya berhasil aku ikat dan ia aku dudukkan di sudut dapur. Aku juga tak lupa mengikat kedua kakinya agar ia tidak lagi kabur.

“Ampun Mas…Ampun…Jangan bawa saya ke kantor polisi” kata wanita itu sambil menangis.

“DIIAAAMMMM !!!” Bentakku yang membuat wanita itu tersentak.

Aku pun memeriksa seluruh isi rumahku karena aku takut barang berhargaku ada yang dicurinya. Setelah memeriksa semuanya ternyata semua barang berhargaku seperti uang dan barang – barang elektronikku masih utuh. Bahkan terkesan wanita itu sama sekali tidak menyentuh barang – barangku. Ia juga sepertinya tidak masuk ke dalam kamarku.

“Ngapain anda di sini haahhhh ???” tanyaku dengan sedikit menjambak rambutnya karena ia terus menunduk.

“Sa…saya cuma numpang berlindung Mas…Saya tidak mencuri apapun” jawab wanita itu.

Aku pun tersadar ternyata wanita itu adalah seorang wanita setengah baya. Aku juga tersadar kalau wanita itu mengenakan sebuah baju khusus narapidana. Aku jadi ketakutan sendiri karena rumahku dimasuki oleh seorang napi. Aku pun buru – buru mengambil handphoneku untuk menelepon polisi.

“Ja…Jangan telepon polisi. Aku mohon Mas…Aku mohonnnnnnn” wanita itu tiba – tiba saja bersujud di depanku sambil menangis.

Ntah kenapa perasaan hiba muncul dalam diriku. Melihatnya memohon sambil berlutut seperti itu membuat aku jadi tidak tega padanya. Akhirnya aku pun luluh dan memutuskan untuk mendengar alasan wanita itu melakukan semua ini. Aku pun membantunya untuk duduk di kursi makan namun masih dalam keadaan terikat. Aku tetap harus berjaga – jaga siapa tahu ia akan melarikan diri. Dan akhirnya ia pun mulai bercerita. Namanya adalah Bu Leha. Ia adalah seorang narapidana yang sudah divonis penjara selama tujuh tahun karena kasus pencurian emas milik majikannya serta penganiayaan. Ia mengaku terpaksa mencuri emas milik majikannya karena ingin menyekolahkan dua anak perempuannya yang
saat ini tinggal di kota pinggiran kota M. Tak hanya mencuri wanita itu juga terpaksa menganiaya majikannya itu. Akhirnya ia ditangkap polisi dan divonis masuk penjara. Ia kabur dari penjara karena mendengar saat ini anak bungsunya sedang sakit. Ia merasa khawatir dan memutuskan untuk kabur dari penjara. Dalam perjalanan menuju rumahnya dengan jalan kaki, ia merasa lelah dan akhirnya menemukan rumahku sebagai persembunyiannya. Setelah mendengar ceritanya aku merasa yakin 90% kalau ia berkata jujur. Aku jadi merasa kasihan dan ntah kenapa aku ingin membantunya bertemu dengan kedua anaknya. Apalagi di akhir ceritanya ia berjanji akan kembali ke penjara setelah bertemu dengan kedua anaknya.

“Kalau memang Ibu berkata jujur, aku akan membantu Ibu bertemu dengan anak Ibu” kataku dan raut wajahnya yang bahagia langsung terpancar.

Aku pun membuka ikatan tali itu. Karena melihatnya masih terlihat lapar, aku pun memutuskan untuk membuatkannya spaghetti dan menggorengkannya beberapa nugget. Setelah makanan siap, Bu Leha langsung menyantap makanan itu dengan lahapnya dan sedikit rakus. Ia terlihat begitu kelaparan hingga makannya pun begitu berantakan. Melihat wajahnya itu aku merasa Bu Leha terlihat cukup cantik. Wajahnya sangat ayu dan rambutnya yang panjang sepunggung itu terlihat seperti tipeku. Kulitnya juga putih dan tubuhnya cukup kurus. Aku jadi melamun karena memandang wajahnya. Lalu ia pun selesai makan. Semua yang aku masak untuknya habis tak bersisa. Ia pun jadi kekenyangan sambil memukul –
mukul perutnya.

“Sudah lama Aku tidak makan seenak ini” kata Bu Leha.

Aku hanya tersenyum mendengarnya. Saat aku hendak mencuci piring Bu Leha mencegahnya. Ia ingin ia yang mencuci piringnya sebagai tanda terima kasih. Aku berdiri di sampingnya sambil melihatnya mencuci piring. Tiba – tiba saja gairah lelaki ku muncul ketika melihat sebuah pemandangan indah. Aku tak sadar kalau baju tahanan yang dipakainya sobek di bagian samping dadanya. Alhasil aku bisa melihat sedikit payudaranya dan juga putingnya dari situ. Ternyata ia sama sekali tidak mengenakan BH. Aku sampai menelan ludah karena aku menerka kalau payudara Bu Leha pasti lumayan besar dan padat. Selesai mencuci piring kami pun kembali mengobrol di ruang tamu. Ia ingin tahu kehidupanku dan ia tertawa ketika aku mengatakan kalau aku masih jomblo.

“Gak mungkin lah Mas yang seganteng ini masih jomblo” kata Bu Leha sambil tertawa.

Aku sama sekali tidak peduli dengan tawanya itu. Yang aku pedulikan saat itu adalah sobekan di bajunya itu. Aku jadi ingin sekali melihat bentuk payudaranya itu. Lalu malam pun semakin larut dan Bu Leha sudah mulai tampak mengantuk. Ia pun merebahkan tubuhnya di atas sofa namun aku melarangnya. Aku menyuruhnya untuk tidur di kamarku saja karena aku tidak tega membiarkan seorang wanita tidur di luar. Apalagi di ruang tamuku itu banyak nyamuk yang berkeliaran. Tapi Bu Leha menolak karena ia di sini sebagai tahanan yang sedang bersembunyi. Aku tetap melarangnya dan akhirnya ia pun mau tidur di kamarku. Sebelum tidur aku menyuruh Bu Leha untuk berganti pakaian. Aku meminjamkannya daster Ibuku yang memang sengaja ditinggalkan Ibuku untuk dipakainya bila ia datang mengunjungiku. Saat berganti pakaian ntah kenapa Bu Leha sama sekali tidak menutup pintu kamarku. Ia membiarkannya terbuka lebar dan membiarkan aku melihatnya berganti pakaian. Dengan santainya ia membuka baju dan celana tahanannya di depanku yang saat itu berdiri kaku sambil memperhatikannya. Ternyata benar dugaanku kalau dibalik pakaian tahanan itu ia sama sekali tidak mengenakan pakaian dalam apapun. Aku langsung tercengang melihat tubuh Bu Leha yang ternyata sangat seksi dan tidak menunjukkan kalau ia sebenarnya adalah seorang wanita setengah baya. Payudaranya ternyata lebih besar dari dugaanku dengan putingnya yang menonjol. Pandanganku terus turun ke bawah menuju perutnya yang langsing dan terus turun ke selangkangannya yang tertutupi
oleh bulu jembut tipis. Aku bisa melihat bibir Apemnya yang terlihat masih segaris seperti milik gadis perawan. Aku hanya bisa melamun sambil membayangkan aku sedang menjamah tubuh Bu Leha yang seksi itu. Aku pun cepat tersadar ketika Bu Leha meminta kantongan plastik untuk meletakkan pakaian tahanannya itu. Bu Leha merebahkan tubuhnya di atas kasurku yang besar itu. Bu Leha malah memintaku untuk tidur di sampingnya. Padahal Kasurku termasuk sempit untuk ditiduri oleh dua orang. Namun Bu Leha terus memaksa dan aku pun mengiyakannya. Aku ikut rebahan di samping Bu Leha yang tidur di bersebelahan dengan dinding kamarku. Memang benar kasurku ini sangat sempit untuk ditiduri oleh dua orang. Tubuhku dan tubuh Bu Leha sampai berhimpitan namun Bu Leha tampak begitu nyaman dengan kondisi ini. Tak sampai 5 menit aku sudah mendengar suara dengkurannya yang halus itu. Kemudian gairahku kembali muncul dan otak mesumku perlahan menguasaiku. Setan pun mulai berbisik ditelingaku agar aku segera menjamah tubuhnya. Dengan sendirinya aku mengelus kedua betisnya yang padat. Kulitnya begitu halus ditelapak tanganku. Elusanku semakin naik menuju kedua pahanya yang tersingkap. Libidoku semakin membeludak ketika aku mengelus pahanya. Rudalku semakin berkedut di dalam celana pendekku. Aku yakin pelumasku sudah membasahi celana dalamku. Aku ragu ketika akan melanjutkan elusanku. Aku pun mulai sedikit tersadar kalau yang aku lakukan adalah sebuah kesalahan dan tidak pantas aku lakukan. Namun setan dalam diriku kembali muncul dan memaksaku untuk menyingkap dasternya semakin ke atas agar aku bisa melihat bongkahan pantatnya itu. Lagi – lagi setan berhasil membujukku untuk melakukannya. Aku naikkan daster itu perlahan hingga bongkahan pantatnya terlihat jelas. Pantatnya seperti buah melon yang bulat. Dengan beraninya aku mencium kedua bongkahan pantatnya itu. Aku remas bongkahan pantat itu secara perlahan. Rasanya kenyal sekali seperti jelly. Aku semakin memberanikan diri dengan mengeluarkan Rudalku. Lalu aku berbaring sambil mengelus Rudalku di pantatnya. Itu terasa sangat nikmat dan orgasmeku terasa sudah berada di ujung. Lalu aku letakkan Rudalku di belahan pantatnya. Agak sulit melakukannya karena ia tidur sambil menyamping. Aku gerakkan Rudalku turun dan naik sambil dijepit oleh bongkahan pantatnya itu. Aku semakin tak tahan untuk segera mengeluarkan orgasmeku. Saat akan keluar tiba – tiba saja Bu Leha terbangun. Aku jadi gelagapan dan aku tak mampu menahan spermaku untuk tidak keluar. Alhasil sedikit spermaku menyembur dan dilihat oleh Bu Leha.

“Loh Masnya ngapain ???” tanya Bu Leha dengan tatapan tajam. Ia tampaknya marah kepadaku.

“Anu…Sa…saya tadi gak sengaja, Bu” jawabku sambil menutup Rudalku dengan bantal.

Bu Leha masih menatapku tajam. Lalu ia melihat spermaku yang jatuh di atas kasur. Tak disangka Bu Leha malah membersihkannya dengan daster yang dipakainya. Lalu ia menyingkirkan bantal itu dan melihat Rudalku yang masih berdiri tegak. Di lubangnya tampak masih ada sisa spermaku yang masih menempel. Ehh Bu Leha malah menggenggam Rudalku dan ia membungkuk kemudian memasukkan Rudalku ke dalam mulutnya yang hangat. Aku memukul diriku sendiri apakah aku sedang bermimpi. Aku merasakan mulut Bu Leha tengah menyedot Rudalku dengan kuat dan lidahnya sedang asik menggelitik lubang Rudalku. Lagi – lagi aku merasakan orgasmeku yang tadi sempat tertunda. Aku tak mampu mengontrolnya dan akhirnya aku tumpahkan semua spermaku di dalam mulut Bu Leha. Aku lihat Bu Leha menutup matanya dan mengernyitkan dahinya. Bu Leha mengeluarkan Rudalku dan ia menumpahkan semua spermaku yang kental dan banyak itu di telapak tangannya. Kemudian ia menumpahkannya di atas lantai.

“Udah puas kan Mas ???” tanya Bu Leha.

“U…Udah, Bu. Saya minta maaf” jawabku terbata.

Lalu Bu Leha kembali tidur dan ia membuatnya seakan tak terjadi kejadian apa – apa. Aku sendiri masih tak percaya dengan apa yang terjadi. Bu Leha menghisap Rudalku dan ia menganggap semua ini seperti tak terjadi. Aku jadi bingung dengan semua ini. Lalu aku ikut tidur bersamanya.

Keesokan paginya aku bangun agak siang. Aku biasa melakukannya bila sedang libur bekerja. Aku membuka mata dan sinar matahari langsung menusuk kedua mataku. Aku lihat jendela kamarku sudah terbuka lebar hingga sinar matahari yang hangat masuk ke dalam kamarku. Lalu aku raba ke samping dan tidak mendapati Bu Leha ada di sana. Aku langsung terperanjat karena takut Bu Leha akan kabur. Aku mencari ke seluruh ruangan dan tidak menemukan Bu Leha. Tapi ntah kenapa aku merasa rumahku seperti lebih bersih dari biasanya. Semua barang – barangku sudah tersusun rapi seperti kumpulan majalahku yang biasa aku serakkan di atas meja. Lantai rumahku juga tampak lebih kinclong dari biasanya. Kemudian aku mendengar suara dari kamar mandi. Aku langsung menuju ke sana dan melihat Bu Leha sedang mencuci. Lagi – lagi gairahku kembali muncul karena ia mencuci sambil menjongkok dengan daster yang sengaja disingkap ke atas. Hasilnya Apemnya terlihat begitu jelas di depanku. Apemnya sangat tembem dan bibirnya terlihat begitu rapat.

“Udah bangun, Mas. Itu udah aku buatkan sarapan buat Mas di meja makan” katanya ketika melihatku.

“Iya, Bu. Tapi gak usah repot – repot mencuci baju saya, Bu. Jadi gak enak nih” kataku ketika melihat baju yang ia cuci semuanya adalah bajuku.

“Gak apa – apa kok Mas. Hitung – hitung ucapan terima kasih” jawabnya.

Aku tersenyum mendengarnya. Ternyata ia adalah seorang wanita yang tahu diri. Karena lapar aku pun segera menuju meja makan. Aku buka tutup saji dan sudah tersaji sepiring nasi goreng dengan telur mata sapi dan juga segelas teh hangat. Sudah lama sekali aku tidak sarapan dengan nasi goreng. Biasanya aku sarapan hanya dengan roti dan teh hangat. Aku tidak sempat masak bila sedang bekerja. Untuk makan malam saja aku lebih memilih untuk beli lauk pauk saja dari pada memasak. Aku menyantap nasi goreng itu dengan lahapnya. Rasanya sungguh enak dan mengingatkan aku akan sebuah restoran mahal yang pernah aku kunjungi. Rasa nasi gorengnya benar – benar mirip. Tak kusangka Bu Leha sangat pintar memasak. Kalau begini lebih baik aku tidak mengembalikannya ke penjara dan menjadikannya sebagai pembantuku. Kebetulan meja makan itu berada tepat di depan kamar mandi. Sambil makan aku bisa melihat Bu Leha yang sedang sibuk mencuci pakaianku. Lagi – lagi mataku mengarah ke Apemnya yang berada tepat di depan mataku. Saat itu Bu Leha mencuci sambil menghadapku. Selesai makan aku memanjakan kedua mataku ini untuk melihat Apem Bu Leha. Aku sangat kagum sekali dengan Apemnya. Bibir Apemnya sangat rapat seperti Apem perawan. Ia seakan sangat merawat sekali Apemnya itu. Padahal katanya ia sudah punya dua anak tetapi Apemnya tidak mengatakan kalau ia sudah punya dua anak. Lalu aku melihat ada air berwarna kuning yang keluar dari Apemnya. Ternyata Bu Leha sedang buang air kecil dan itu membuat aku menjadi tidak nyaman. Baru kali ini aku melihat seorang wanita kencing tepat di hadapanku. Gairahku menjadi semakin menggebu – gebu untuk segera mencicipi Apemnya. Selesai kencing Bu Leha membersihkan Apemnya itu dengan air dan kembali melanjutkan mencuci. Sang setan pun kembali muncul dan membujukku untuk langsung memperkosanya. Ia pasti sudah memberikan kode dengan sengaja memamerkan Apemnya itu kepadaku. Aku berusaha keras untuk menahan gairahku tapi sang setan kembali menang. Aku beranjak dari dudukku dan menghampiri Bu Leha.

BERSAMBUNG.