Part 5
“Udah…, kita cabut yuk…” Vivi menarik tanganku, sementara Reina
dan Farida juga sudah bersiap-siap angkat kaki dari sekolahan yang mendadak
menjadi tempat yang mengerikan bagi kami berempat.
Pada Saat kami hendak menuju tangga kelantai bawah tiba-tiba Vivi menoleh
kearah kami sambil meruncingkan mulutnya dan menempelkan jari telunjuk
dibibirnya
“Bagaimana pak Romi… ? He he he…” Pak Djono terkekeh-kekeh.
“Iyy. Iyaaa… Pak, Saya mau….” Pak Romi menjawab sambil menganggukkan kepalanya,
kemudian ia memberikan kunci ruangan perpustakaan pada Pak Djono.
“Nahhh… Ira kamu temani Pak Romi….” Pak Djono mendorong punggung gadis itu.
“Ayoo…, pak Romi jangan bengong begitu…, langsung dinikmati…” Pak Djono
cengengesan sambil berlalu naik menuju lantai 3.
Pak Romi menarik tangan Ira kedalam sebuah ruangan kelas yang sudah kosong, dengan
sigap 4 orang gadis cantik segera menjauh dari tangga dan bersembunyi, ketika
Pak Djono melangkahkan kakinya naik menuju kelantai tiga. Deggg.. Degggg…
Degggg…. jantungku terasa berbunyi dengan lebih kencang sambil memandangi
punggung Pak Djono, langkah kakinya terdengar menaiki anak tangga dan kemudian
suasana kembali hening.
”Viii… Ennngghhhhh….” Aku mengeluh sesak nafas karena ditindih oleh tubuh Vivi
dari atas.
“Maaf…Maaf, tadi emergency… nggak ada tempat lagi..”Vivi mengangkat buah
dadanya yang besar dari punggungku. Duh dua buah gunung besar itu menindih
punggungku, pantesan nafasku terasa sesak.
“Rei…., mau kemana ?” Farida keheranan karena Reina malah
mengendap-ngendap menaiki anak tangga menuju perpustakaan.
“Sssstttt….!” mulut Reina meruncing sabil menunjukkan jari telunjuknya ke atas,
kami segera mengikuti langkah Reina menuju ruangan perpustakaan yang berada
dilantai 3, dengan hati-hati kami berusaha mengintai keadaan didalam ruang
perpustakaan.
Terdengar suara memelas seorang gadis dari dalam perpustakaan.
“Jangan pak, saya mohon…, jangan” Feby, gadis cantik terpandai di sekolah kami
sedang memohon, rambutnya panjang terurai, sebuah kaca mata yang menempel
diwajah gadis itu tidak mengurangi kecantikannya.
“Tolong pakkkk,…. lepaskan saya… hkk hkk” Feby mulai terisak menangis, gadis
itu merasa sangat menyesal karena telah melakukan onani di WC sekolah, dan
semuanya terekam dalam sekeping DVD berdurasi 20 menit yang kini tengah tayang
dilayar DVD portable, ya kenikmatan selama 20 menit itu kini akan mengubah
kehidupan gadis itu dengan paksa.
“Feby, ketimbang kamu melakukan onani di WC, lebih baik kamu bapak ajari
langsung enaknya yang sebenarnya itu seperti apa….” Pak Dion tersenyum
mendekati gadis itu, kepala sekolah bejat itu membuka bajunya sendiri sambil
memandangi gadis itu yang tengah duduk memunggungi dirinya. Nafsu yang
menggelegak membuat batang penis pak Dion menegang maksimal.
“Bapak yakin kamu bakalan cepat mahir dalam urusan yang satu ini
karena kamu adalah murid cantik terpandai disekolahan ini…” Pak Dede
cengengesan dengan wajah mesumnya yang semakin menyebalkan.
“Awwww…!!” Feby memalingkan wajahnya ketika Pak Dion dengan sengaja memamerkan
batang kemaluannya, gelak-tawa terdengar riuh rendah diruangan perpustakaan.
“Feby…, kamu liat…, nah ini yang namanya penis….” Pak Dion mengacung-ngacungkan
penisnya kewajah Feby.
Feby memundurkan kepalanya ketika ada bau yang menyengat tercium oleh
hidungnya. Mata gadis itu melirik ke arah benda hitam yang besar dan panjang
diselangkangan Pak Dion. Seumur hidup baru kali ini dirinya melihat kemaluan
milik seorang pria, bahkan kini ada 4 batang sekaligus terpampang dihadapan
wajahnya dengan berbagai ukuran, rasa sesal perlahan-lahan berganti dengan
sebuah perasaan lain, rasa ingin tahu, penasaran dan juga gelombang birahi yang
semakin lama semakin menyeret gadis itu menuju sebuah dunia berbeda yang penuh
dengan bujuk rayu kenikmatan. Tangan Pak Dede meraih tangan gadis itu dan
meletakkannya pada batang kemaluan Pak Dion. Tangan Feby bergetar hebat ketika
telapak tangannya mengelus batang kemaluan Pak Dion. Selama ini Feby
menyalurkan nafsu birahinya dengan cara beronani atau dengan cara
sembunyi-sembunyi menonton blue film dirumahnya.
Batang kemaluan Pak Dion terasa kasar, hangat dan semakin
mengeras dalam genggaman telapak tangannya. Tiba-tiba nafas Feby semakin
mendengus, tampaknya nafsunya mendadak bergelora ketika dikelilingi oleh empat
orang guru bejat yang sudah berbugil ria di hadapannya. Tangan Pak Dion
mendekap kepala Feby, ditekannya kepala gadis itu ke arah selangkangannya.
Perlahan-lahan bibir Feby terbuka dan mengecup batang penis Pak Dion. Pak Dede
dan Pak Ahmad merayapkan tangan mereka menggerayangi buah dada Feby, sedangkan
tangan Pak Djono menyelinap ke balik rok seragam gadis itu dan mengusap-ngusap
pahanya.
“Hmmm, nafsu kamu memang tinggi rupanya…hahaha!” Pak Dion membelai-belai rambut
Feby yang sedang menciumi batang kemaluannya dengan rakus sampai terdengar
suara decakan yang semakin keras.
Kedua tangan Feby memegangi batang penis Pak Dion. Mulutnya terbuka lebar dan
dengan perlahan-lahan Feby memasukkan kepala penis Pak Dion ke dalam mulutnya.
Mendadak Feby seperti terkena sengatan listrik sambil menarik kepalanya, rasa
kepala penis laki-laki yang baru pertama kali ini dirasakan oleh gadis cantik
itu, asin dan disertai lendir yang meleleh dari lubang kemaluan Pak Dion.
Setelah membiasakan diri dengan bau menyengat yang dikeluarkan kepala penis
itu, Feby mengulurkan lidahnya dan mengulas-ngulas kepala penis kepala sekolah
bejat itu, sesekali dikulumnya dan dihisapnya dengan kuat sampai kedua pipi
gadis itu mengempot.
Mata Pak Dion menatap nanar kearah selangkangan gadis itu yang
masih agak terhalangi oleh rok seragam sekolahnya yang sudah tersibak keatas
akibat kejahilan tangan Pak Djono. Pak Dede, Pak Djono dan Pak Ahmad menarik
tubuh gadis itu agar berdiri, seolah-olah sudah mengerti apa yang diinginkan
oleh Pak Dion mereka menelanjangi gadis itu. Pak Dion melangkah mendekati Feby
dan sambil meraih pinggang gadis itu mulut pak Dion melumat bibir Feby yang
mungil.
“Emmm….Hesccckk… Hssscckk Emmmm” suara mulut gadis itu yang sedang dikulum dan
dihisapi oleh Pak Dion.
Feby mengalungkan kedua tangannya keleher Pak Dion, kedua kakinya agak
berjingjit menyambut kuluman Pak Dion.
“Ahhhh…!! Ahhhhhhhh…..” Feby memekik kemudian mendesah-desah kecil ketika Pak
Dion mengecupi dan menghisap-hisap lehernya, rasa geli yang menggelitik membuat
gadis itu merintih dengan lirih.
Pak Dion membopong kemudian membaringkan tubuh Feby di atas setumpukan kain
berwarna putih bersih yang sengaja sudah disiapkan, dihamparkan diatas lantai
perpustakaan.
“Ihhhhh…!! ” Feby menggeser-geserkan tubuhnya ketika pak Dion menerkam
tubuhnya, mulut kepala sekolah bejat itu menjilati bulatan payudara Feby, kedua
tangan pria itu membelit pinggangnya dan mendekap tubuhnya dengan kuat.
“Ennnnnnhhhh… nnnnnhhhhhh” tubuh Feby melenting keatas ketika
kecupan-kecupan pak Dion turun semakin kebawah.
“Ahhhhh……!! Ohhhhhh…!! Pak… Ennnhhhh” Feby tidak kuasa lagi menahan jeritannya
ketika mulut Pak Dion mengecup-ngecup bibir vaginanya dengan liar, jeritan
gadis itu semakin liar ketika lidah Pak Dion yang kasar menyeruak masuk
mengorek sela-sela lubang vagina gadis itu.
“Ha Ha Ha…, tidak disangka, murid kita yang pandai begitu liar…”
“Ini mungkin karena nafsu yang terlalu lama terpendam”
“Ooo… iyaaaa, bagaikan kuda lepas dari kandangnya.. he he he”
“Slllckkkk… slecccckkkkkk… Srrruupphhhhh….” suara mulut Pak Dion yang sedang
asik mengulas-ngulas belahan vagina Feby, sesekali mulut Pak Dion mencucup
bibir vagina gadis itu dan menghisapi lendir-lendir gurih yang semakin banyak
meleleh dari vagina Feby.
“Awwww… Hssshhh Hssssshhh….. Crrrrrttt Crrrrr” kedua tangan Feby mendekap dan
meremasi kepala Pak Dion, kedua kakinya tertekuk mengangkang seolah-olah sedang
mempersilahkan pak Dion untuk menikmati vaginanya.
Lidah pak Dion mengulas-ngulas permukaan vagina Feby, gadis itu menggelinjang
keenakan ketika lidah Pak Dion yang hangat dan basah mengusap-ngusap permukaan
vaginanya.
Pak Dion menempelkan kepala penisnya pada belahan vagina Feby,
dengan instensif Pak Dion menggesek-gesekkan kepala penisnya pada belahan
vagina gadis itu. Cairan vagina Feby bercampur dengan lelehan air nafsu yang
menetes dari kepala kemaluan Pak Dion, semakin lama kepala penis Pak Dion
semakin mengkilap basah, demikian pula dengan bibir vagina Feby tampak berair
dan sedikit merekah.
“Jangann Pakkk…!! Ahhhhh……!!!” Feby berontak namun Pak Dede dan Pak Ahmad
dengan sigap menyergap tubuh gadis itu, mereka menekan kuat-kuat bahu bahunya,
sedangkan Pak Djono melakukan remasan-remasan lembut pada buah dada gadis itu.
“Enngghh !! Hakkkshh” Feby meringis merasakan kepala penis pak Dion membelah
belahan vaginanya, gadis itu semakin gelisah ketika batang kemaluan Pak Dion
terbenam semakin dalam dan akhirnya…
“Aduhhh…., Enggghhhh…sakit…, sakittt!!!!”
Keempat orang guru bejat itu tertawa lepas melihat Feby mengaduh kesakitan.
“Colok terus Pak Dion , jangan diberi ampunn…”
“Ayoooo… Lebih dalam lagi Pak Dion….”
“Sudahh…, jangan nangis begitu ah…, kaya lagi diapain aja.. he he” kata Pak
Djono sambil membelai-belai rambut gadis itu, Feby memalingkan wajahnya.
Tubuhnya terasa lemas tidak bertenaga, isakan tangis gadis itu malah membuat
nafsu birahi keempat guru bejat itu semakin bergelora.
Pak Dede dan Pak Amhad tersenyum kemudian melepaskan pegangannya
pada bahu gadis itu. Batang kemaluan pak Dion yang besar, hitam dan panjang
kini tertancap di lubang vaginanya. Gadis itu berulang kali mengeluh ketika Pak
Dion berkutat kuat. Kepala sekolah bejat itu menekan batang kemaluannya semakin
dalam, dengan tidak sabaran Pak Dion menghentakan batang kemaluannya kuat –
kuat.
“Ahhhhhh….., nnggggghhhh, Ngghhh” gadis itu menjerit keras kesakitan kemudian
mengerang-ngerang, suara erangannya justru membuat nafsu binatang Pak Dion
semakin bergolak.
Tubuh Feby mulai terguncang-guncang perlahan-lahan kemudian semakin lama
semakin cepat. Tusukan-tusukan kemaluan Pak Dion serta belaian dan usapan nakal
tangan Pak Dede, Pak Ahmad dan Pak Djono akhirnya mengantarkan gadis itu mencapai
puncak klimaksnya “Ahhhhh… Crrrrr… Crrrrr… Crrrrrr” Tanpa melepaskan batang
kemaluannya, Pak Dion memutar tubuh gadis itu dan memposisikannya pada posisi
dogy style,
“Emmmmmm……” tubuh Feby menggelinjang ketika merasakan putaran batang kemaluan
Pak Dion di lubang vaginanya.
Pak Dion merapatkan selangkangannya mendesak buah pantat Feby, nafas Pak Dion
semakin memburu merasakan kehalusan buah pantat Feby menggesek perutnya yang
buncit.
“Plokkkk… Plokkkkk… Plokkk….” batang kemaluan Pak Dion bergerak
maju mundur menggempur lubang vagina Feby.
“Ahhhh… Ahhhhh…. Emmmm…” mulut Feby yang sedang mendesah-desah tiba-tiba
disumpal oleh batang Penis Pak Djono.
Kedua tangan Pak Djono mendekap kepala Feby dan menggerakkan kepala gadis itu
maju mundur untuk mengoral batang penisnya. Pak Dede dan Pak Ahmad
menggerayangi buah dada gadis itu, terkadang tangan mereka meremas kuat-kuat
induk payudara Feby yang dilanjutkan dengan memilin-milin putingnya.
“Ahhhh… Ohhhhhh….! Crrrrr… Crrrrr…..” Feby memuntahkan batang penis Pak Djono,
matanya terpejam rapat merasakan puncak klimaks yang baru diraihnya.
Pak Dion tetap bersemangat memacu lubang vagina Feby walaupu gadis itu sudah
kewalahan menghadapi nafsu dan tenaga Pak Dion yang besar. Setelah kembali
mengantarkan Feby mencapai puncak kenikatannya yang keempat kali. Pertahan Pak
Dion tampak goyah, mulutnya menggeram-geram “Arrrhhhh…. Urhhhhh… Euhhhhh”
“Arhhhhh… Croooottttt…….” tiba-tiba Pak Dion membenamkan batang kemaluannya
dengan sekali sentakan yang kuat sampai gadis itu memekik kecil.
Setelah beberapa kali menghela nafas panjang Pak Dion menarik batang penisnya
dari lubang Vagina Feby. Ia buru-buru mencengkram pinggul Feby agar posisi
pantat gadis itu tidak turun. Pak Djono menelan ludah ketika kepala penisnya
beradu dengan lubang anus gadis itu.
“Ekssssshhhhhh…. Heeeeennggkkkk” Feby hanya dapat membeliakkan
matanya ketika merasakan lubang anusnya melebar dan terasa pedih bercampur
ngilu, tenaga gadis itu sudah hilang entah kemana.
Batang penis Pak Djono dengan leluasa membantai lubang anus Feby. Tubuh Feby
yang sudah basah bercucuran keringat terdorong-dorong dengan kuat ke depan
ketika Pak Djono menyodomi gadis itu dengan kasar. Mata Feby terpejam rapat,
wajahnya mengernyit kesakitan sedangkan mulutnya terbuka lebar “Hahhhhssss…
Hashhhhhhhhh… Hahhhhhk” hanya Suara itu saja yang dapat keluar dari mulut gadis
itu.
Tangan Pak Djono membelit pinggang Feby sebelum menjatuhkan dirinya kebelakang.
“Unnngghhhhh……” gadis meringis kesakitan ketika lubang anusnya menduduki batang
penis Pak Djono. Tangan guru bejat itu mendekap pinggul Feby dan dengan kuat
menekan pinggul gadis itu kebawah. Sementara Pak Ahmad mencekal pergelangan
kaki kanan Feby dan merentangkan kaki gadis itu melebar, sedangkan tangan kiri
Pak Ahmad menjejalkan kepala penisnya membelah belahan vagina gadis itu.
“Jrebbb…. Jrebbb Jrebbb… Unnnnnhh” Feby kembali melenguh kemudian
merintih-rintih merasakan tusukan penis Pak Ahmad yang menyentak-nyentak karena
pemiliknya ingin membenamkan batang penisnya sampai mentok kedalam vagina gadis
itu.
Tidak berapa lama tubuh Feby terguncang-guncang akibat serangan
batang penis Pak Djono dan Pak Ahmad di lubang anus dan lubang vaginanya. Pak
Dede memeluk pinggang gadis itu dari samping sementara mulutnya melumat buah
dada Feby yang basah, hangat dan halus, Pak Dede dengan rakus mengulum puncak
buah dada Feby, terkadang ia mengigit bulatannya dengan gemas.
“Ennhhhh…. Crrrrr… Crrrtttt…….” Feby hanya sanggup mendesah ketika tubuhnya
kembali bergetar dengan hebat ketika mencapai puncak kenikmatan
“Nahhh…, Gimana rasanya, lebih enak ketimbang onani, betul ga?” Pak Dede
menciumi bibir Feby dan mengulumnya dengan lembut.
“Hauhhhh…. Cretttt…. Crrrrrrr”
“Ngeheee… Kcrotttt”
Pak Ahmad dan Pak Djono menggeram kuat sambil meyentakkan batang penis mereka.
Pak Dede segera merebut tubuh Feby dan membopong tubuh gadis itu, Pak Dede
meletakkan Feby duduk dipinggiran meja, kedua kakinya terjuntai agak
mengangkang. Kedua tangan Pak Dede bermain-main di permukaan Paha Feby,
kemudian naik merayap kearah pinggang sambil merendahkan kepala jari telunjuk
Pak Dede mengangkat dagu Feby.
“Hemmmm… Emmh…Ckkk Ckkkk” suara mulut seorang murid yang sedang dikulum oleh
mulut gurunya.
Tangan sang guru menggerayangi kemulusan tubuh muridnya yang sudah basah
bercucuran air keringat.
Pak Dede mengarahkan batang penisnya ke arah belahan vagina
Feby, guru bejat itu menekankan penisnya, perlahan-lahan penis Pak Dede
memasuki vagina gadis itu. Mata Pak Dede terpejam, ada kepuasan yang tersirat
di ekspresi wajahnya, dengan perlahan-lahan Pak Dede memaju mundurkan batang
penisnya seolah-olah ia sedang menikmati jepitan vagina gadis itu pada batang
kemaluannya.
“Hssshhhhh….” sambil mendesis Feby mengibaskan rambutnya yang sudah basah dan
acak-acakan. Pak Dede mengangkat paha gadis itu, secara otomatis kedua tangan
Feby bertumpu ke belakang.
“Ennnnhhh… Cleppp…Kretttt Cleppppp…Krettttt Cleppp….” Pak Dede meningkatkan
irama kocokannya, suara meja terdengar berderit-derit ketika guru bejat itu
semakin kuat memacu tubuhnya.
“Ihhhh…Brukkkkk Crrrr….. Crrrttttt……..” punggung Feby terjatuh keatas meja ,
kedua tangannya serasa lemas tidak berdaya menahan beban tubuhnya ketika
merasakan puncak klimaks yang berdenyut-denyut di lubang vaginanya. Pak Dede
tersenyum kemudian mencabut batang kemaluannya.
Ditariknya tubuh Feby turun dari atas meja, kemudian Pak Dede duduk di atas
sebuah kursi, tangannya menarik bokong gadis itu, perlahan-lahan pinggul Feby
turun menduduki selangkangan Pak Dede.
“Ahhhhssssshhhhhh………” kepala Feby terangkat keatas, gadis itu
mendesah panjang merasakan penis Pak Dede membelah kembali belahan vaginanya
sampai akhirnya dengan sempurna Feby menduduki selangkangan guru bejat itu,
kemaluan Pak Dede terbenam didalam lubang vagina Feby yang seret dan sempit.
Dengan perlahan-lahan Pak Dede memacu penisnya, kedua tangan Pak Dede merayap
kedepan menggerayangi buah dada Feby, dengan teratur telapak tangan pak Dede
mengusapi bulatan payudara gadis itu dan meremasnya dengan lembut. Tusukan
batang penis Pak dede yang lembut dan juga remasa-remasan lembut tangan pak
Dede di buah dadanya membuat Feby semakin melayang nikmat. Perlahan namun pasti
Feby menyandarkan punggungnya ke belakang. Ia memasrahkan dirinya dalam dekapan
guru bejat itu.
Cuphhhh… Cupppp… Cupppp” Pak Dede menciumi leher gadis itu dari belakang, pak
Dede tersenyum merasakan tubuh muridnya bergetar dengan hebat dalam dekapannya
pertanda gadis itu sedang dilanda puncak kenikmatan “Ennnhhhhhh…… Crrrrrrr….
Crrrrrrr… Crrrrrrrr”
BERSAMBUNG.