Part 6
Sementara itu bagaimana nasib Ira ?
Di ruangan kelas lantai bawah…
Pak Romi melangkahkan kakinya mendekati Ira, gadis itu mundur
ketakutan, Ira menatap wajah Pak Romi yang tersenyum-senyum dengan wajah
mesumnya. Pak Romi membuka sabuknya dan melecutkan sabuk itu ke udara. Gadis itu
memekik ketakutan.
“Nahh, Non Ira tinggal pilih…., mau saya cambuk, terus diginiin….”Pak Romi
menyelipkan jempolnya diantara jari telunjuk dan jari tengah kemudian
mengacungkannya dihadapan wajah gadis itu.
“Atauuu….. “
“Non Ira melayani saya dengan sukarela… he he he” Pak Romi mulai
memutar-mutarkan sabuknya di udara sambil menatap Ira dengan tatapan mata
mengancam.
“Jangan Pakk, tolong jangan cambuk saya…..! ” Ira memohon pada Pak Romi
“Kalau gitu Non Ira harus nurut sama saya…., ngerti ?” Pak Romi menatap wajah
gadis itu. Ira hanya dapat mengangguk sambil menundukkan wajahnya. Pak Romi
melemparkan sabuknya keatas meja.
“Sini…, mendekat….!!” dengan tegas Pak Romi memberikan perintah, perlahan-lahan
Ira mendekati Pak Romi, gadis itu memekik ketika Pak Romi meraih pinggangnya.
Hidung pak Romi mengendus-ngendus rambut Ira. Wangi harum tubuh gadis itu
membuat Pak Romi kesulitan menahan Nafsu birahinya.
“Nahhh, sekarang Non Ira buka pakaian Saya….”
Tangan Ira bergetar ketika melepaskan kancing baju Pak Romi.
Tangan Pak Romi menekan bahu gadis itu agar berlutur di hadapan permukaan
celananya yang sudah menggembung. “Celana saya jugaaaa…. He he he”
“Ayooo…!! Tunggu apa lagii..!! Tarik celana kolor Saya….!!!” Pak Romi membentak
karena Ira malah berdiam diri sambil memalingkan wajahnya kearah lain.
Dengan menekan perasaannya Ira menarik celana dalam Pak Romi.
“Nahhh, Non Ira Pasti sudah tahu harus ngapain…” Pak Romi menyodorkan batang
kemaluannya. Mulut gadis itu meruncing kemudian mengecup batang penis Pak Romi
“Cuphhhhh…..”
“Yehhhh…!! masa cuma segitu doangggg….” Pak Romi protes
“Emangnya saya ini anak kecil.., cukup dicium sekali beres, .terusin dong…”
“Cuppphhh… Cuphhhh Cuppppp… Sllllckkk Sllllccckkk” Akhirnya Ira melakukan
beberapa kali kecupan yang dikombinasikan dengan jilatan-jilatan lidahnya
mengulas-ngulas batang penis Pak Romi.
“Ya.., bethulll begitu…, Aduhhh Non Ira pinter amattt…”
“Sudahh…, Sudahhh, Cukuppp….” Tangan Pak Romi mencengkram bahu Ira dan
mengangkat tubuh gadis itu agar berdiri.
“Nahhh, sekarang buka bajunya Non…” Pak Romi cengengesan dengan
pandangan matanya yang mesum terus melotot memandangi tubuh gadis itu.
Ekspresi wajah gadis itu tampak sangat tertekan, Ira menundukkan kepalanya,
perlahan-lahan tangannya bergerak ke atas melepaskan kancing baju seragamnya
paling atas, kemudian kancing kedua, ketiga dan sampai kancing baju terakhir,
pria itu membantu melepaskan pakaian seragam Ira. Wajah Ira semakin kemerahan
mendengar kata-kata panas Pak Romi yang bernada melecehkan dirinya “wahhh , ck
ck ck, kalo ini sih, semalam bisa seharga sejutaan…”
Duhhh…, Ngak usah ditutupin begitu deh…” Pak Romi menarik kedua tangan Ira yang
menyilang di dadanya berusaha melindungi payudaranya dari tatapan mesum Pak
Romi.
Pak Romi membalikkan tubuh Ira, tangannya bergerak dengan gesit melepaskan
pengait bra gadis itu. Tangannya menghempaskan bra Ira ke bawah kaki gadis itu,
kemudian melepaskan pengait rok seragam Ira sambil berbisik ditelinga Ira
“Nah.., Permisiiii, saya buka dulu ya Non…, kalo ngentot kan harus buka-bukaan
dulu.. He he he”
Setelah rok Gadis itu melorot Pak Romi bersujud sambil melepaskan celana dalam
Ira. “Glekkkk….” Pak Romi menelan ludah ketika wajahnya berhadapan dengan buah
pantat gadis itu yang membulat padat, berkali-kali tangannya bergerak mengusapi
bulatan buah pantat gadis itu yang halus dan lembut. Mulut Pak Romi mulai
menciumi bulatan buah pantat Ira
“Cuphhh.. Cuppp.. Cuppppppp… Plakkk Plakkk Aduhhhh… , mimpi apa
saya bisa menciumi pantat Non Ira, He he he”Sambil mengecup, berkali-kali Pak
Romi menggampar buah pantat Ira, lidah Pak Romi terjulur menjilati belahan
pantat Ira, kedua kaki gadis itu sampai bergetar hebat merasakan nikmatnya
elusan-elusan lidah pak Romi.
“Ahhhhh… Esssshhhhhh, Ahhhhh” Ira memejamkan matanya, elusan-elusan lidah Pak
Romi membuatnya terlarut dalam kenikmatan yang diberikan oleh penjaga
perpustakaan sekolah itu.
“Nungging Nonnn…, Aduhhh, lebih nungging lagi dong saya pengen nyicipin
memeknya Non Iraaa, Nihh Gini Atuh..!! ” Dengan tidak sabaran Pak Romi
menunggingkan gadis itu, kedua tangan Ira bertumpu ketembok sementara kedua
kakinya mengangkang melebar.
Lidah Pak Romi terjulur keluar menjilati belahan vagina Ira dari belakang
sementara tangannya mengelus-ngelus paha gadis itu “Anjritt…, Gurih amat sih,
emmmslleccckkk.. sleckkkkkk… Sllrrrpppp…”
“Ahhhh… !! Ahhhh… Eehhhh…!” tiba – tiba Ira menarik pinggulnya ketika Pak Romi
mengkombinasikan jilatan-jilatannya pada belahan vaginanya yang diselingi
gigitan-gigitan lembut pada buah pantat gadis itu, tubuh gadis itu semakin
menggeliat-geliat ketika lidah Pak Romi mengorek-ngorek lubang anusnya,
“Fuhhhhhhh….” sesekali Pak Romi meniup lubang anus gadis itu dan kemudian
melahap habis-habisan lubang anus Ira.
“Ennhh… Crrrrr Crrrrr… Crrrrrrr” Ira mengejang ketika mencapai klimaks,
sementara Pak Romi berdiri sambil menepuk-nepuk pinggul Ira.
“Sllleeeeppp… Jrebbbb” kemaluan Pak Romi membelah vagina Ira,
tubuh Ira terayun-ayun dengan kencang ketika Pak Romi mengayunkan batang
kemaluannya. Kedua tangan Pak Romi mendekap bulatan payudara Ira sambil
melakukan remasan-remasan kasar, pria itu berbisik ditelinga Ira
“Nonnnn…, Ehhh ntar malem minggu, saya boleh ngajak kencan nggak?” Pak Romi
bertanya.
Penjaga perpustakaan itu semakin ngak tau diri, mengajak Ira untuk kencan di
malam minggu, Ira tidak mempedulikan pertanyaan Pak Romi.
“Mau ya Nonnn…., temenin saya, kita entotan lagi…., Yeee jawab dongggg!!!” Pak
Romi sewot sambil meremas kuat-kuat bulatan payudara Ira, “Ahhhh aduhhhh… Iy
Iyaaa Pakkkk….” Ira meringis kesakitan.
“Nahhh…gitu donggggg, baru anak manis namanya, hehehe” Pak Romi senang karena
gadis itu menyetujui ajakannya. “Cleppp Clepppp… Clepppp.. Clepppp” suara
gesekan kemaluan mereka terdengar semakin menggairahkan.
“Aduhhhh… Pegel nih…!! Gantian dong…, Non Ira yang goyang…”setelah melepaskan
batang penisnya dari jepitan vagina Ira, Pak Romi duduk di atas kursi. Ira
Berpegangan pada bahu pria itu kemudian dengan hati-hati ia menurunkan
pinggulnya. Pak Romi mengarahkan kepala penisnya pada lubang vagina Ira yang
hendak menduduki selangkangannya.
“Ehhhhhhhssss.. Ssshhhhh….” Ira mendesis keenakan, tubuhnya berkali-kali
menggelinjang kegelian merasakan batang Penis Pak Romi terbenam semakin dalam.
Sambil berpegangan pada bahu Pak Romi, gadis itu mulai menaik turunkan
pinggulnya. Sesekali pinggul Ira bergoyang seperti orang yang sedang mengayak
pasir. Pak Romi menjulurkan lidahnya, sementara kedua tangannya menekan
belakang kepala gadis itu, lidah pria itu menggeliat-geliat di bibir
Ira, seolah-olah meminta jalan untuk memasuki rongga mulut gadis
itu. Ira menggelengkan kepalanya menghindari lidah Pak Romi.
“Ngee…, dientot mau, tapi masa nggak mau ciuman sama saya…, kebangetan….!! ”
tangan kiri Pak Romi menjambak rambut Ira dan menarik kepala gadis itu ke arah
wajahnya.
“Ahhhhemmmmm…Emmm!” Pak Romi mengulum mulut Ira dengan rakus, sementara tangan
kanan Pak Romi menekan-nekan bokong gadis itu dalam sebuah irama yang teratur
sambil menyentakkan batang penisnya ke atas.
“Hmmmmm… Crrrr Crrrr Crrrrr” tubuh Ira bergetar seperti tersengat aliran
listrik, mulut Pak Romi tampak mengenyot beberapa kali sebelum akhirnya
melepaskan kulumannya dari mulut Ira.
Ira tidak berani lagi menolak ketika Pak Romi menjulurkan lidahnya,
perlahan-lahan mulut Ira terbuka dan lidah gadis itu terjulur keluar menyongsong
datangnya lidah Pak Romi, lidah mereka saling mengait dan membelit.
“Plakkkk… Plakkkkkkkk… Plakkkkk “Pak Romi menampar-nampar buah pantat Ira agar
gadis itu lebih giat dalam “bekerja”. Ira segera menaik turunkan pinggulnya
dengan lebih cepat. Tangan Pak Romi mencengkram pinggul gadis itu membantunya
menaik turunkan pinggulnya.
“Ennnnh Annnhhh…. Crrrr Crrrrr…”
“Waduhhh… Duhhhh… Kecrottttt…. Croooooottttt”
Kedua insan berlainan jenis itu berpelukan dengan erat, tubuh Pak Romi yang
hitam mendekap kuat-kuat tubuh Ira yang putih mulus. Tangan Pak Romi
meremas-remas bulatan buah pantat Ira dengan lembut. Mulut Pak Romi mengecupi
bibir Ira kemudian kecupan Pak Romi mampir ke pipi seolah-olah sedang
berterimakasih pada gadis itu.
****************************
Aku, Reina, Farida dan Vivi melangkah menuju pintu gerbang
sekolah. Pak Nanang memandangi kami berempat, entah kenapa pandangan Pak Nanang
terasa sedikit berbeda. Atau ini hanya perasaan kami saja?? Setibanya di rumah
Vivi membanting tasnya ke sofa. Nafas Vivi memburu, kedua tangannya berkacak
pinggang. Waduh. Itu dadanya…! Dadanyaaaaaa !! aku menatap nakal gunung besar
didada Vivi yang bergerak turun naik. Vivi melotot ke arah ku ketika menyadari
aku sedang memandangi payudaranya.
“Maya…..!! Sini….!! ” Vivi menatapku dengan tajam kemudian ia berteriak
memanggil namaku.
“Ehhh.., ada Apa Vi…” Aku memasang wajah serius, tangan Vivi menyambar
tanganku kemudian menarik diriku masuk ke kamar.
“Wahhhh… Habis sudah si Maya….” Reina terkekeh – kekeh.
“dan Kamu….. !! ” Farida memeluk pinggang Reina dari belakang.
Sudah beberapa hari ini gairah kami selalu berada di level terbawah, kini
tiba-tiba segalanya meledak begitu saja. Farida membalikkan tubuh Reina, jari
telunjuk Farida mengusap bibir Reina, mulut Reina terbuka , dengan nafsu
mengelegak kedua tangan Farida mendekap kepala Reina dan menyumpal bibir gadis
itu dengan bibirnya.
“Hesshh.. ckkkk… ckkkkkk….” Suara bibir kedua gadis itu berdecakan semakin
keras, lumatan demi lumatan bibir dihiasi oleh lidah mereka yang saling
membelit satu sama lain. Setelah melepaskan pakaian masing masing Farida
menarik Reina kearah kursi sofa.
Reina menjatuhkan dirinya ke sofa, tubuh gadis itu meliuk-liuk
dengan indah seolah-olah mengundang Farida untuk segera menggeluti tubuhnya.
Farida menggerakkan jari telunjuknya di lutut Reina kemudian dengan perlahan
terus naik ke atas, Reina mengangkangkan kedua pahanya ketika telunjuk Farida
mulai nakal merayapi permukaan Vaginanya.
“Ahhhhh… Far…, enakkkk…” Reina mendesis keenakan ketika jari telunjuk Farida
mengulas-ngulas belahan vaginanya.
Reina memekik kecil ketika mulut Farida mengecup bibir vaginanya dengan kasar.
“Ahhhh, Aduhhhh Far… aduhhhhhhhh… Hiiiiiiiii… Ahhhhh!! Creeeettt… Cretttttt”
Reina mengangkat pinggulnya ke atas, Farida menyeruput cairan gurih itu dari
vagina Reina.
Farida naik mengangkangi kepala Reina,
“Reiiiiiiii…., Ahhhhhhhhh…. Heeehhhhhhssssttttt…” Farida menekan-nekankan
lubang vaginanya ke mulut Reina.
Reina terkadang menggigit bibir vagina Farida dengan lembut, lidah Reina
mengait-ngait klitoris Farida
“Uhhhhhh…. Crrrtttt… Crrrrrrrr” Farida tiba-tiba terengah-engah, sesekali
tubuhnya menggelinjang ketika Reina menghisapi cairan-cairan gurih dari lubang
vaginanya.
Farida mensejajarkan posisi tubuhnya di atas Reina, kedua gadis
itu saling berpelukan dengan mesra. Reina menengok kearah pintu kamar ketika
mendengar suara teriakan dari dalam kamar.
“Uhhhh….sabar Viii…, sabar…..” aku agak miris melihat wajah Vivi yang merah
padam.
“Awwwww……” Vivi melemparkan BHnya keatas lantai, tubuh Vivi yang sudah
telanjang bulat dengan buah dadanya yang besar melangkah menghampiriku,
kemudian ia mendorong tubuhku keatas ranjang. Aku menahan nafas ketika Vivi
melompat menerkamku. Dengan bernafsu Vivi menggusur tubuhku ke tengah ranjang.
“Uhhhhh……” Akhirnya tangan Vivi merengut penutup tubuhku yang terakhir, kain
segitiga itu tidak dapat lagi melaksanakan tugasnya, melindungi wilayahku yang
paling sensitif dari kebuasan Vivi.
“Tenanggg… Viii tenang….waduhhh!!” kedua tangan Vivi mencekal pergelangan
tanganku dan menekan kedua tanganku di samping kepalaku.
Buah dada Vivi yang bongsor namun kencang, menghimpit buah dadaku yang mungil,
“Vivi Meeemmmm Emmmmmmm” Vivi mengulum bibirku dengan kuat, tubuhku yang semula
berontak kini lemas kehabisan tenaga, dengan liar Vivi melampiaskan nafsunya
menggeluti buah dadaku. Kecupan kecupan Vivi yang liar pada buah dadaku berubah
menjadi kecupan-kecupan lembut, Vivi mengenyot puncak payudaraku dengan lembut,
lidahnya bermain-main mengorek-ngorek puting susuku yang sudah mengeras. Ciuman
Vivi kini turun ke bibir vaginaku, lidahnya mengulas-ngulas klitorisku dengan
giat, sesekali diciuminya bibir vaginaku dengan rakus.
“Ehhh…Crrrrrrrrttt…..Crrrttttt ttttt….” Aku mengejang kemudian mengeliat
keenakan,
“Ha Ha Haaaa….” Vivi tertawa kecil kemudian kembali menindih tubuhku, ia
membelai-belai rambutku, sambil sesekali mengecupi bibirku.
Mataku terasa berat.
Sudah dua murid cantik yang menjadi korban kebuasan para guru tak bermoral itu.
“Ehmmm” aku mendadak tersadar, entah kenapa tanganku menggambar sebuah penis
yang sedang terikat tali simpul.
Setelah menutup buku harianku, kubaringkan tubuhku di atas ranjang.
==================================================================
Seorang gadis tampak gelisah, berkali-kali ia menekan tombol
play kemudian stop di Mp4 player mungil yang baru saja ia dapatkan, entah siapa
yang menaruh Mp4 itu di tasnya,
“Nggak.., mungkin…, dari mana mereka mendapatkan ini ?” berkali-kali gadis itu
memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa pening, dunia terasa berputar dengan
lebih cepat
Sebuah Sms masuk ke Hp di tangannya, wajahnya memerah membaca kata-kata mesum
dilayar HPnya.
Gadis itu mebalas SMS itu “Siapa ini ? Jangan kurang ajar ya..!! “
Gadis itu menengokkan kepalanya pada langkah-langkah kaki yang menghampirinya.
“ahhh..! ” Seorang gadis yang baru datang berseru terkejut ketika melihat
tayangan MP4 ditangan temannya.
********************
Beberapa minggu yang lalu sebelum gadis itu menerima Mp4 gratis.
“Anita !”
“Veily!”
Anita dan Veily berlari kecil saling menghampiri, kedua gadis itu saling
bergandengan tangan seolah-olah tidak ada yang dapat memisahkan mereka berdua.
“kamu mau minum apa? Veily sayang…” Anita berbisik nakal di telinga Veily.
“Mau nyusu di dada kamu boleh?” Veily membalas berbisik pelan di telinga Anita,
Anita hanya tertawa sambil meremas tangan temannya itu.
Kedua gadis itu menunggu dengan sabar di depan pintu lift, tidak berapa lama
pintu lift itu terbuka, beberapa orang keluar dari dalam lift sampai lift itu
kosong, kedua gadis itu bergandengan tangan masuk kedalam lift. Dengan lembut
tangan Veily mengusap peluh di kening Anita dengan tissue.
“Kamu ini.., coba kalau tadi aku jemput…,nggak akan keringatan gini..,”Veily
bersungut-sungut, dikecupnya pipi Anita “Cuphhh”
“Yeee, kalo kamu musti jemput aku kan jalannya harus muter dulu…, jauh, tar
cape” Anita tersenyum menatap Veily.
“cape gimana ? Kan aku naik mobil, lagian aku rela koq.., demi kamu…” Veily
mengusap kemudian meremas lembut pinggul Anita. Veily buru-buru menarik tangannya
ketika pintu lift terbuka, Anita tersenyum kecil kemudian mendahului Veily
keluar dari dalam lift.
“Kita ketoilet dulu ya…” Veily menarik tangan Anita yang membalas dengan
menganggukan kepalanya, wajah Anita memerah, ia tahu dengan jelas apa yang diinginkan
oleh Veily.
Veily pura-pura mencuci tangan, berkali-kali dengan tidak
sabaran Veily menengok ke arah Anita kemudian menengok ke arah seorang wanita
setengah baya yang sedang membenahi make-upnya, akhirnya si wanita setengah
baya melangkah keluar.
“Ehhhhhhhhh….! ” hanya suara itu yang keluar dari mulut Anita ketika merasakan
pinggulnya ditarik dan diseret oleh seseorang, salah-satu pintu ruangan itu
tertutup dengan rapat.
Veily mengecup lembut bibir Anita, bibirnya melekat kemudian memangutnya dengan
lembut. Tubuh Anita merinding, kedua lututnya terasa goyah ketika Veily
memangut-mangut bibirnya dengan lembut. Veily menjilati sudut bibir Anita
sebelum kembali melumatnya. Nafas Anita berhembusan bercampur dengan nafas
Veily yang memburu.
“AHhhhsssh…… ” Anita mendesah ketika ketika Veily berhenti melumat bibirnya,
dada Anita bergerak seirama dengan helaan nafasnya,Veily berbisik di telinga
Anita, entah Apa yang dibisikkan oleh Veily, Anita menggelengkan kepalanya
sambil berkata “Jangan Ahhh…”, Anita menolak keinginan Veily.
Veily terus merengek memaksakan keinginannya, setelah menghela nafas panjang
Akhirnya Anita meluluskan keinginan Veily, ada rasa cemas yang menggedor-gedor
dadanya, ada sedikit rasa penasaran, namun juga ada rasa takut untuk melakukan
sesuatu hal yang baru.
BERSAMBUNG.