Pada minggu pertama
liburan cawu II sungguh suatu moment yang tidak pernah kulupakan seumur
hidupku. Kami berdua tidak pernah melewatkan kesempatan untuk bercumbu setiap
hari. Kami biasa melakukan siang hari saat Oom U di kantor, saat itu di rumah
hanya ada Tante U saja, kedua anaknya masih berlibur di Jakarta. Pada hari ke-8
liburanku, Oom U ke Jakarta untuk menjemput anaknya. Oom U di Jakarta selama 4
hari. Oom U berangkat dengan pesawat terakhir, kami berdua mengantar kepergiannya
ke bandara. Begitu pesawat Oom U lepas landas, kami bergegas menuju mobil.
Tante U menyetir mobil, tanganku mengelus lembut pahanya menyusup masuk ke
dalam bawah rok mini ketat yang dipakainya.
Secara meyakinkan tanganku menyelusup masuk ke
dalam celana dalamnya dan jemariku langsung bermain-main di bibir vaginanya,
dan selanjutnya menyelusup masuk ke liang vaginanya. Tante U mendesis dan
merenggangkan pahanya, sehingga jemariku semakin leluasa mengobok-obok liang
vaginanya. Tante U terus melajukan mobilnya, tidak langsung pulang ke rumah,
namun mengambil jalan memutar melalui jalan tol.
Senja mulai temaram, Tante U mengajakku ke rumah
temannya. Amboy.., sebuah rumah yang indah dan besar, dengan halaman yang amat
luas. Sepertinya Tante U sudah biasa datang ke sana, sebab begitu sampai di
gerbang rumah tersebut, si penjaga pintu segera membukakan pintu gerbang dan
langsung Tante U mengarahkan mobilnya ke halaman belakang dan memarkirnya di
garasi, di belakang rumah. Aku semakin tidak sabar, segera kubuka rok mininya,
langsung kulepas CD-nya.
Masih di dalam mobil, di garasi, kucumbui dia,
kurebahkan sandaran kursinya, dan segera kujilati celah nikmatnya. Kami berdua
sudah benar-benar lupa diri, barangkali kalau tidak ada ketukan di jendela
mobil, kami berdua sudah melakukan senggama di dalam mobil. Segera kami berdua
bangkit dan segera mengenakan serta merapihkan pakaian kami.
Kami turun dari mobil, nampak seorang pemuda
berdiri dekat mobil kami dan tersenyum sambil menyapa, 'Slamet sore Tante..'
Tante U segera menghampiriku dan menggandeng
tanganku dengan mesra. Kudekap pinggangnya dengan erat. Kami berdua berjalan
menuju ke dalam rumah, di belakang kami pemuda tadi berjalan mengikuti. Di
depan pintu menunggu seorang perempuan setengah baya yang tidak kalah cantiknya
dengan Tante U menyambut kedatangan Tante U. Keduanya berpelukan dan
ketawa-ketawa. Sesaat Tante U bicara dengan perempuan tersebut, aku tidak
mendengar apa yang mereka cakapkan. Mata perempuan tadi tidak henti-henti
menatapku seolah hendak menelanku.
Tidak berapa lama Tante U menghampiriku, lalu
setengah berbisik dia berkata padaku kalau Tante H (kenalan Tante U, yang tidak
lain pemilik rumah) ingin tidur denganku. Aku benar-benar kaget, dan segera
Tante U kutarik untuk kuajak pulang. Tante U menepis tanganku dan membujuk
kembali agar aku bersedia melayani Tante H. Segera Tante U memutar badannya dan
mendekati pemuda tadi, ditariknya pemuda tadi menuju ke sebuah kamar.
Terdengar pintu kamar ditutup, dan mereka berdua
hilang dari pandang mataku. Aku hanya berdiri mematung melihat pemandangan
tadi. Entah perasaan apa yang ada di dalam hatiku, rasanya hatiku hancur
membayangkan apa yang bakal dikerjakan mereka berdua di kamar.
Beberapa saat aku masih berdiri mematung, hingga
tidak terasa olehku sebuah tangan memegang bahuku dan membimbingku menuju ke
sebuah kamar lainnya. Kuakui Tante H memang cantik, kulitnya putih bersih dan
harum wangi badannya. Sesaat sebelum masuk ke kamar, kutarik tanganku hingga
terlepas dari genggamannya. Dengan suara tertahan di tenggorokan, kukatakan
padanya kalau aku tidak mau meladeninya. Tante H kembali membujukku, tiba-tiba
terlintas di benakku ide gila. Kukatakan aku mau meladeninya, tetapi kami harus
melakukannya di depan mata Tante U, artinya kami bermain sex di kamar yang sama
dengan kamar Tante U.
Tante H tersenyum dan segera menarik tanganku
menuju ke kamar yang tadi dimasuki Tante U. Diketuk pintunya, tidak berapa lama
pemuda tadi membukakan pintu. Dengan sedikit dorongan tubuhku, aku menerobos
masuk ke kamar. Kulihat dengan mata kepala sendiri, Tante U tanpa busana di
atas peraduan, dan pemuda tadi juga tidak mengenakan sehelai benang pun dengan
penis masih tegak berdiri.
Aku benar-benar jengkel dan masygul, tetapi aku
tidak dapat berkata apapun. Aku sudah dapat membayangkan apa yang baru saja
mereka lakukan. Tante H menyusul masuk, segera dia tutup pintu serta
menguncinya. Tante U bangun dan segera mendekatiku, sepertinya dia tahu
perasaan yang berkecamuk dalam dadaku. Dibimbingnya tanganku dan didorongnya
aku hingga badanku telentang di atas dipan.
Satu persatu pakaian yang melekat di tubuhku
dilepaskannya. Aku diam saja, membiarkan apa yang dia lakukan. Hatiku masih
terasa perih memikirkan apa yang diperbuatnya bersama dengan pemuda tadi. Saat
dia melepas celana dalamku, dielus-elus penisku dengan lembut dan segera
dikulum di dalam mulutnya. Dengan merasakan nikmat di batang penisku,
perlahan-lahan emosiku menurun. Kutarik badannya ke atas dan segera kucumbui
dia dengan kasar dan buas. Kugigit-gigit puting susunya, lalu kujilati seluruh
tubuhnya, dan akhirnya celah vaginanya juga tidak luput dari jilatan lidahku.
Terdengar erangan dari rintihan nikmat dari mulutnya. Tante H dan pemuda tadi
memandang adegan yang kami lakukan dengan mata hampir tidak berkedip.
Tante U benar-benar merasakan nikmat yang luar
biasa, tidak malu-malu dari mulutnya keluar teriakan dan erangan keras. Pemuda
tadi mendekati Tante H, dan mencumbunya. Perlahan-lahan direbahkan tubuh Tante
H di atas lantai yang ditutup karpet tebal. Satu persatu baju Tante H
ditanggalkan. Aku tidak perduli dengan apa yang mereka lakukan, perhatianku
tercurah penuh pada tubuh Tante U, yang ternyata tanpa kusadari kucintai dengan
segenap hati dan perasaanku.
Sesaat kemudian.
'Nugi.. ayo Nug.., Tante udah pingin sekali..
Ayo Nugi.. masukan.. ohh.. ah.. masuuk.. Nug..!' dicekalnya penisku dan
digiring menuju liang kemaluannya.
Sebelum dibenamkan ke dalam vaginanya,
digesek-gesek ujung kemaluanku pada bibir vaginanya. Akhirnya aku pun tidak
tahan, dengan sentakan keras kubenamkan penisku ke dalam kamaluannya. Bagai
kesetanan, kugenjot keras-keras penisku keluar masuk vaginanya.
Tidak ada rasa malu atau sungkan, Tante U
memperdengarkan teriakan dan erangan histeria menahan nikmat keluar dari
mulutnya pada saat kutekan masuk penisku ke vagina Tante U.
'Ohh God.. ohh.. yachh.. yach.. teruus.. terus..
Nug.. ach.. ach.. oh.. oh.. oh..'
Saat Tante U hampir orgasme, kucabut penisku dan
segera aku bangkit menghampiri Tante H yang telah selesai bermain dengan pemuda
tadi beberapa saat yang lalu. Nampak Tante U kecewa sekali. Aku memang ingin
melampiaskan rasa dongkolku tadi padanya.
Kuraih tangan dan kutarik bangun Tante H, segera
kubopong dia dan kurebahkan di atas dipan bersebelahan dengan tubuh Tante U.
Kutindih tubuhnya dan langsung kutancapkan penisku di kemaluannya, langsung
melesak amblas. Liang vagina Tante H terasa amat licin dan basah karena sudah
dilumasi oleh pemuda tadi. Kugenjot keras-keras penisku di liang vagina Tante
H, dan segera terdengar lolongan dan erangan dari mulutnya. Pemuda tadi
mendekati Tante U dan hendak menggauli Tante U lagi. Segera kudorong tubuhnya
dan kucabut penisku dari vagina Tante H, langsung kuarahkan ke vagina Tante U.
Aku benar-benar tidak rela vagina Tante U dimasuki penis lelaki lain, apalagi
dibanjiri oleh sperma lelaki itu.
Kutancap keras-keras vagina Tante U. Tante U
melolong histeris.. dan sesaat kemudian gerakan tubuhnya menggila dan
dikepitnya pinggulku dengan kedua kakinya erat sekali. Tidak lama kemudian
terasa hangat batang penisku diguyur oleh cairan vaginanya. Kulirik di
sebelahku Tante H sedang digeluti oleh pemuda tadi. Namun rupanya pemuda tadi
tidak sanggup bermain lama, belum sampai Tante H mencapai klimaks, dia sudah
terkapar loyo. Tante H nampak merasa kesal, didorongnya tubuh pemuda tadi
hingga jatuh ke bawah dipan. Ditarik badanku dari pelukan Tante U dan dibuat
dalam posisi tidur telentang penisku nampak mencuat tegak berdiri. Ditindih
tubuhku dan dimasukkan penisku ke vaginanya.
Sambil jongkok di atas tubuhku, digerakkan
pantatnya naik turun. Tante H mengerang-ngerang nikmat. Akhirnya tubuhnya
bergetar hebat dan kembali terasa kehangatan mengguyur batang penisku yang
terbenam amblas di vagina Tante H. Tante H menjatuhkan tubuhnya di atas tubuhku
dan melumat mulutku agak lama. Sesaat kemudian direnggangkan pelukannya, dan
sambil menatapku dia tersenyum, senyum penuh rasa kepuaasan. Penisku masih
terbenam dan mengeras di liang vagina Tante H.
Perlahan kudorong tubuh Tante H ke samping,
segera kuraih Tante U. Dan kupaksa dia melayaniku lagi. Penisku terus merangsek
dan mengobok-obok kemaluan Tante U.
Rintihan dan erangan nikmatnya keluar lepas dari
bibirnya, 'Oohh.. ach.. Nugi..'
Aku tidak memperdulikan lagi rintihan dan
erangannya, dan semakin kutambah energi genjotan penisku di vaginanya. Dan
akhirnya, klimaksku tercapai. Semburan cairan maniku mengalir masuk seperti
ledakan gunung berapi ke vagina Tante U. Benar-benar suatu momen yang luar
biasa.
Tante H dan pemuda tadi masih melanjutkan
permainan mereka. Tante H dalam posisi doggy style. Pemuda tadi menghunjamkan
penisnya dari belakang. Terlihat Tante H menikmati hunjaman penis si pemuda.
Tidak berapa lama si pemuda mengerang keras, ditariknya penisnya dan dibuang
air maninya di atas punggung Tante H. Melihat pemandangan itu, aku tidak tahan,
segera setelah pemuda itu terbaring di tempat tidur, segera kuhampiri Tante H.
Tanpa kutanya lagi, langsung kubenamkan batang kemaluanku ke vaginanya dalam
posisi doogy style.
Kembali terdengar rintihan dan erangan dari
mulut Tante H. Orgasme dicapai Tante H, namun aku belum. Kubalik posisi Tante
H. Kutelentangkan tubuhnya, kubuka lebar-lebar pahanya, dan langsung amblas
penisku ke dalam vagina Tante H. Sampai akhirnya puncak kenikmatann kuperoleh
juga. Kutumpahkan benihku ke dalam vagina Tante H.
Hari Minggu sore, Oom U datang dari Jakarta,
kedua anak Tante U ikut serta bersamaya. Suatu hari sepulang aku dari kencan
ketigaku dengan Tante U di rumah Tante H, di dalam mobil Tante U bilang kalau
Oom U hendak kursus di Jakarta selama 4 bulan. Mendengar itu aku amat gembira.
Dapat kubayangkan hari-hari yang menyenangkan saat aku dan Tante U bercinta
sepuas hati setiap hari.
Benar kata Tante U, hari minggu malam, Oom U
berangkat ke Jakarta naik kereta api, aku diminta Tante U menemaninya mengantar
Oom U ke stasiun. Tentu saja dengan senang hati kulakukan hal tersebut. Saat
mau berangkat, Oom U berpesan kepadaku untuk menemani Tante U dan anak-anaknya
di rumah. Aku mengangguk mengiakan dan melirik Tante U, Tante U tersenyum penuh
arti padaku.
Saat pulang dari stasiun, Tante U menyetir
mobilnya sambil tangannya meremas tanganku, sementara dua anaknya duduk di jok
belakang sambil bercanda. Kuremas tangannya dan kucium punggung tangannya,
Tante U tersenyum penuh arti. Selanjutnya selama 4 bulan kami lalui hari-hari
indah kami, aku sering diminta Tante U menemaninya ke super market untuk
belanja atau untuk keperluan lain, padahal kesempatan itu sering kami
pergunakan untuk bercinta di rumah Tante H.
Oh ya.., aku lupa menceritakan, sebulan sejak
hujaman penisku di vaginanya, aku diberi Tante U sebuah handphone. Kata Tante U
agar mudah menghubungi aku dimana dan kapan saja. Sejak mengenalku dan
merenggut keperjakaanku, Tante U jarang keluar rumah, jika dia perlu denganku,
maka dia segera telpon aku, selanjutnya kami ketemu di suatu tempat yang aman.
Tempat yang paling aman adalah di rumah Tante H dan di rumah Tante U sendiri,
jika Oom U tidak ada di rumah. Dengan demikian Tante U sekarang tidak perlu
lagi sering keluar rumah, karena dia dapat menyalurkan hasratnya kepadaku
sepuas hatinya selama keadaan memungkinkan.
TAMAT