Tante U mengerang,
merintih dan menggerak-gerakkan pinggulnya naik turun seirama dengan
gerakkanku. Mulutku menciumi lehernya, kadang ke buah dadanya, dan akhirnya
mengulum bibirnya sambil menggerakkan pinggulku naik turun untuk menarik dan
mendorong penisku ke dalam liang vagina Tante U.
Sesaat kemudian Tante U terdengar mengerang
keras dan memintaku untuk mempercepat gerakkan pinggul-ku. Tiba-tiba dia
mempererat pelukkannya dan mengejang keras sambil dari mulutnya keluar
teriakan-teriakan agak keras. Tidak lama kemudian terasa sesuatu yang hangat
membasahi batang kemaluanku dan terasa vaginanya bertambah licin. Tiba-tiba dia
mengendurkan pelukannya dan menghela nafas panjang.
'Ooohh.. Nugi.. oohh..,' desahnya.
Dan segera diraihnya wajahku dan dilumatnya
mulutku dengan ciuman yang panjang, sementara pinggulku tetap bergerak naik
turun. Pelan-pelan didorongnya badanku dan dikempitkan kedua kakinya di
pantatku, sehingga pantatku tidak dapat bergerak naik turun.
Nampak rasa puas dan senyum manisnya.
'Oohh.. Nugi.., kau belum keluar ya..?'
tanyanya.
Terus terang aku tidak tahu maksud perkataannya
saat itu. Tiba-tiba digulingkan tubuhku, sehingga kami berdua jatuh di lantai
di atas karpet. Tubuhku menelentang, diraihnya CD-nya dan dilap vaginanya.
Sesaat kemudian Tante U jongkok tepat di atas batang kejantananku. Dipegang dan
dibenamkannya penisku ke dalam vaginanya, lalu dia gerakkan tubuhnya naik
turun, sehingga penisku menggosok dinding dalam liang vaginanya. Kedua belah
tangannya menekan dadaku, dan kepalanya mengangguk-angguk seirama gerakan
tubuhnya. Cepat tangganku meraih dan meremas-remas buah dadanya. Rambutnya
tergerai lepas dan berulang kali menyentuh wajahku.
Tante U mengerang dan sesekali memekik agak
keras, untung rumah Tante U agak besar, sehingga erangan dan teriakannya tidak
terdengar dari luar.
'Ohh.. aah.. aduh.. Nugi.. Enak.. sungguh enak..
Ohh.., yach.. Yach..' desahnya sambil digerakkannya tubuhnya persis seperti
orang menunggang kuda liar.
Aku mengimbangi gerakkannya dengan
menaik-turunkan pantatku, sehingga membuat Tante U semakin liar dan histeris.
Tiba-tiba dia membungkuk dan menggerakkan tubuhnya semakin cepat, sambil
jarinya memutar-mutar dinding luar vaginanya. Suara erangannya semakin keras
dan tiba-tiba tubuhnya mengejang, serta memeluk tubuhku erat sekali.
Terasa kembali cairan hangat membasahi penisku,
saat itu penisku sudah mulai berdenyut-denyut, seperti hendak memuntahkan
sesuatu. Keringat sudah membasahi tubuh kami berdua, desakan dan dorongan
letupan di ujung kemaluanku semakin terasa, tetapi gerakan Tante U sudah mulai
lemah dan pelan, dan akhirnya berhenti, tubuhnya terkulai lemas menindih
tubuhku.
Batang kemaluanku masih keras, namun desakan,
dorongan dan denyutan kembali hilang. Kembali lagi Tante U tersenyum dan
mengulum mulutku.
'Ohh.. Nugi.. Tante puuaass..' katanya sambil
tetap dalam posisi telungkup di atas tubuhku.
Kemudian Tante U menghujani wajahku dengan
ciuman yang bertubi-tubi. Penisku masih menancap keras dan berada di dalam di
vaginanya. Bila pinggul Tante U bergerak, maka terasa enak dan nikmat rasanya.
Dalam posisi seperti itu, mulut kami saling berpagut, dan ciuman yang panjang
yang seolah tak akan selesai kami lakukan. Lidah Tante U menyelusuri sekujur
wajahku, ke leherku dan kembali ke mulutku dengan batang kemaluanku masih tetap
di liang vaginanya.
Saat kami sedang asyik bercumbu, terdengar
dering telepon berbunyi. Tante U segera bangkit dan menuju ke pesawat telepon.
Diangkatnya gagang telepon sambil jari telunjuknya ditempelkan di mulutnya
sebagai isyarat agar aku diam. Tante U menerima telepon sambil berdiri merapat
ke dinding, ternyata telepon dari Oom U di kantor. Mataku tak hentinya menatap
tubuh dan wajahnya, sungguh pemandangan yang indah dan hampir aku tak percaya
dengan apa yang baru saja kualami sesaat tadi. Aku cubit tanganku terasa sakit,
berarti ini bukan mimpi.
Melihat apa yang kulakukan, Tante U tersenyum
geli, dilambaikan tangannya agar aku mendekatinya. Tanpa disuruh untuk kedua
kalinya aku segera bangkit dan menghampirinya. Kupeluk tubuhnya dari belakang
dan mulutku langsung menyerbu leher putihnya, sementara tanganku meremas-remas
buah dadanya. Matanya terpejam, menikmati apa yang kuperbuat. Tangan kirinya
meraih kepalaku dan ditariknya menuju buah dadanya. Segera kurubah posisi
tubuhku sehinga menempel tubuhnya dalam posisi berhadapan. Tangan kiri Tante U
meraih penisku yang masih tegang dan keras, digosok dan dikocoknya pelan,
aduh.. nikmat sekali..
Sambil menelpon, Tante U tetap memintaku
mencumbuinya, namun jika aku mau mencium mulutnya, maka segera didorongnya
wajahku. Aku mengerti maksudnya, maka bagian tubuh lainnya yang menjadi sasaranku.
Lidahku menjilati sekujur tubuhnya, menghisap puting susunya, meremas buah
dadanya dan terus ke bawah. Kaki kirinya segera kuangkat dan kuletakan di atas
meja di dekat kami bercumbu, sehingga celah vaginanya terbuka menganga, yang
dengan segera kujilati. Tangan kiri Tante U memegang dan menekan kepalaku ke
kemaluannya, sementara tangan kanannya tetap memegang gagang telepon. Dia
nampak menahan rasa nikmatnya agar tak keluar erangan dari mulutnya. Tiba-tiba
didorongnya wajahku menjauh dari vaginanya dan jarinya memberi isyarat agar aku
sementara menghentikan cumbuanku.
Sesaat kemudian diletakkannya gagang telepon dan
langsung diraih tanganku, dan segera ditariknya aku menuju kamarnya. Segera
ditutup dan dikunci pintunya, langsung diraihnya tubuhku dan kami
berguling-guling dan saling tindih di atas kasur tempat tidurnya. Tempat
tidurnya nyaman, empuk dan bersih. Kembali kami saling mencumbu dan merangsang
satu sama lain. Tante U menelentangkan badannya, dan memintaku menindih
tubuhnya dalam posisi terbalik. Batang kemaluanku tepat di wajahnya dan
kemaluannya persis di wajahku, aku segera tahu maksudnya. Dan segera kami
bereaksi, kujilati kemaluannya yang tanpa rambut, bau vaginanya membuatku
semakin mabuk kepayang. Dikulum dan disedotnya penisku, sehingga semakin keras
dan tegang.
Lebih kurang 10 menit hal itu kami lakukan,
selanjutnya tanpa diminta, kubalik posisi tubuhku dan segera kumasukkan batang
penisku ke liang vaginanya, dan kugerakkan pantatku naik turun dengan cepat dan
keras. Tante U mengerang-ngerang, dan teriakkannya sesekali terdengar lepas tak
ditahannya.
Kugenjot terus liang kenikmatannya, kupacu
gerakkanku dan lagi-lagi dia mempererat dan mengencangkan pelukannya sambil
merintih, 'Ohh.. aahh.. uuh.. Nugi.. Nugi.. teruuss.. teruss Sayang.. auuw..
enak Nugi.. teruus..!'
Diraihnya wajahku dan dilumatnya mulutku.
'Eehmm.. ehmm..' suara yang keluar dari mulut
Tante U saat menciumku.
Setiap kali kuhentakkan batang kemaluanku
keras-keras ke vaginanya, sesaat kemudian tubuhnya mengejang dan kepalanya
bergoyang-goyang ke kiri dan ke ke kanan sambil mulutnya mengerang keras.
Pinggulnya menghentak-hentak dengan keras
mengimbangi gerakanku, keringat kami bercucuran, membasahi tubuh kami. Dan pada
suatu hentakan yang keras, Tante U mendekap kepalaku keras-keras dan melolong
histeris, dan akhirnya kedua kakinya terkulai lemas. Saat itu di ujung penisku
terasa ada yang berdenyut dan sepertinya mau kencing.
Kubilang sama Tante U, 'Tante.., aku pengin
pipis rasanya Tante..'
Tante U menjawab, 'Biar.. terus aja.., biarkan
pipis di memek Tante aja. Ayo..!'
Mendengar jawabannya aku sudah tidak perduli
lagi, kupercepat gerakan pantatku dan terasa desakan dan denyutan di penisku
semakin menjadi saat ujung penisku menggesek dinding dalam liang vagina Tante
U.
Dan akhirnya aku tidak dapat menahan lagi
kencingku. Kubuang air kencingku di dalam vagina Tante U, tapi aneh rasanya,
nikmat sekali, tidak seperti bila aku kencing biasa di kamar mandi.
'Ooh.. Aah.. Tante.. Tante..' desahku.
Setelah itu aku merasa lega dan nikmat.., dan
sesaat kemudian gerakan dan hentakan tubuhku berhenti, badanku terasa ringan
dan lemas sekujur, dan aku telungkup di atas tubuh Tante U.
Kupandangi wajahnya, dan kami saling menatap.
Tante U tersenyum, tangannya mengusap wajahku dan meyibak rambutku yang
tergerai. Ohh.. ya.., aku lupa menceritakan bahwa peraturan di sekolahku cukup
memberi keluasaan kepada murid, sehingga murid laki-laki tidak dilarang
memelihara rambut panjang. Mengikuti hal itu, aku pun mempunyai rambut ikal
panjang sebahu, sehingga membuat penampilanku layaknya pemain band saja.
Tante U mencium mulutku dan mengusap rambutku.
Dia berbisik, 'Gimana rasanya..? Enak apa
nggak..?'
Aku tidak menjawab, namun tersenyum saja, dan
langsung kupeluk dia dan kucium mulutnya.
'Nugi.., kau jangan cerita pada siapapun ya..,
tentang apa yang kita lakukan barusan.'
Aku mengangguk mengiakan. Pelan-pelan
didorongnya tubuhku ke samping, dan kami berbaring sambil berpelukan. Kami
bercumbu dan bercanda seperti anak kecil. Kadang aku gemas dan kuremas buah
dadanya, jika Tante U gemas padaku diremasnya penisku.
Sesaat kemudian kami bangun dan Tante U segera
menggandengku ke kamar mandi yang memang ada di dalam kamarnya. Segera diguyur
dan disiramnya tubuhnya dengan air dari shower sambil berendam di bathtub warna
pink. Kubantu Tante U menggosok dan menyabuni tubuhnya. Saat aku menyabuni
kakinya, tanganku iseng meraba kemaluannya dan memasukkan jariku ke dalam
vaginanya. Tante U mendesis, secara naluri aku segera menjilati vaginanya. Dan
terdengar erangan dan rintihannya.
Kembali kami bercumbu dan bercinta
sepuas-puasnya di kamar mandi. Di atas lantai kamar mandi yang dingin kugenjot
vaginanya dengan keras dan bernafsu, sampai akhirnya Tante U mencapai
klimaksnya, yang kami lanjutkan hingga kemudian aku pun kembali mencapai
klimaks pula.
Jam berdentang 12 kali, jadi sudah tiga jam aku
di rumah Tante U, 2 jam lagi Oom U datang. Segera kami berpakaian, Tante U ke
luar kamar mengambil pakaianku dan pakaiannya yang berserakan di lantai ruang
tamu. Setelah kukenakkan dan kurapihkan pakaianku, aku segera pulang. Saat aku
hendak keluar, Tante U meraih tubuhku dan menciumku sambil berpesan agar
rahasia kami tersimpan rapat, serta berjanji besok akan mengulang lagi apa yang
kami lakukan pagi tadi.
Inilah pengalaman pertamaku dengan wanita, yang
tidak lain tetanggaku sendiri. Aku bersyukur dapat bercinta dengan wanita
secantik tetanggaku. Wanita cantik yang sering dikagumi oleh gadis-gadis
mahasiswi yang kost di rumahku.
BERSAMBUNG.