Cerita ini bermula pada suatu siang saat hujan tengah
mengguyur kota Yogyakarta dengan derasnya. Karena kosku jauh dari kampus, maka
dengan diantar Rangga teman sekampusku, kami berteduh di kos Nasrul sahabat
Rangga yang kebetulan kosnya berada tidak jauh dari kampusku.
Untuk mengisi waktu, Rangga memutar VCD porno
yang ada di kamar Nasrul dan aku ikut menontonnya karena sebenarnya aku sudah
biasa menonton film begituan sebelum bercinta dengan pacarku yang dulu. Makin
lama kami bertiga makin hanyut dalam hayalan di tengah lenguhan dan jeritan
sang bintang biru di layar kaca.
Ketika adegannya memperlihatkan seorang cewek
tengah digarap oleh dua lelaki, aku mulai merasa tidak karuan. Entah mengapa aku
selalu sangat terangsang bila melihat adegan-adegan seperti itu, dan kurasa
mereka berdua pun demikian karena sesekali mereka mencuri pandang menatapku
dengan aneh.
Timbul pikiran dalam kepalaku membayangkan aku
lah yang sedang di layar TV menikmati sorga dunia yang tiada tara itu. Kulihat
kedua pria di kiri kananku semakin gelisah, dan dengan curi-curi kulihat benda
di balik celana mereka mulai menggembung. Aku mulai menebak-nebak ukuran kedua
benda itu dalam hatiku dan berharap mereka melakukan sesuatu duluan, sebab aku
semakin tidak kuasa menahan gelora birahiku. Kurasakan celanaku mulai basah
menyaksikan adegan-adegan panas dan seru itu.
“Kamu pernah ML?” tanya Nasrul memecah kebisuan.
“Pernah, dulu dengan mantanku. Emangnya kenapa?”
jawabku menggoda.
“Nggak pa-pa, cuma nanya. Ada nggak impian kamu
yang belum terjadi?”
“Yah.., jujur saja aku suka membayangkan
bagaimana rasanya kalo ditiduri oleh dua laki-laki sekaligus seperti dalam
film-film yang itu lho.” jawabku setelah ragu sejenak.
“Mau nggak kalo sekarang?” tanya Rangga dengan
tersenyum menggoda dan aku jadi sangat ingin mencobanya.
“Tergantung.., penis kalian besar atau nggak.
Soalnya aku juga pengen merasakan kepuasan yang total. Gimana?” tantangku.
“Nggak usah takut deh, taruhan kamu pasti akan
sangat puas, dan aku malahan kuatir kamu nggak bakal kuat ngadepin kita. Lihat
nih..
” sambil berdiri Nasrul membuka celananya
sekaligus sampai benda favoritku itu muncul mendadak di depan hidungku.
Gila panjang banget, bahkan lebih panjang dari
penis mantanku dulu. Aku hanya dapat menatap takjub. Pasti tidak akan muat deh
mulutku mengemut penis sepanjang itu.
Sementara itu Rangga rupanya sudah tidak dapat
menahan nafsunya. Dia langsung mendekatiku dan meremas payudaraku yang tidak
terlalu besar tapi aku yakin pasti memuaskan, karena montok dan indah
bentuknya. Aku melenguh pelan menerima serangan mendadak itu. Nasrul menarik
rambutku dan kumengerti sebagai isyarat untuk mulai mengemut ‘adik’-nya itu.
Kukecupi ujung penisnya dengan lembut dan mulai menjilati perlahan mulai dari
bawah hingga ke ujungnya dengan maksud ingin menggodanya.
Nasrul mulai mendesah nikmat membuatku semakin
bersemangat untuk membuat desahan itu semakin keras.
“Oohh.., yes.., terus Han.., Kamu memang
pintar.”
“Ungongg.. umh..” jawabku tidak jelas dengan
batang kemaluan sepanjang 20 senti di dalam mulutku.
“Ooh.. rudalmu enak sekali Yang. Uhmp.. sroot..
wow.. aku.. oohh..” aku semakin tidak terkendali menikmati sensasi yang
kurasakan.
“Hana, tetekmu indah sekali. Ouu.., pantatmu
juga. Kenapa sih kamu nggak pernah cerita kalo kamu punya badan yang sangat
menggoda seperti ini?” puji Rangga sambil menjilati putingku yang sudah
menegang dan agak besar karena sering dihisap oleh pacarku.
Tangannya membelai pantatku dengan lembut dan
diselingi dengan remasan dan cubitan gemas yang cukup sakit namun merangsang.
Aku agak terkejut ketika kusadari ternyata
Rangga telah membuka seluruh pakaianku sehingga aku betul-betul bugil di
hadapan mereka berdua. Namun efek melihatku bugil serta kuatnya hisapanku dan
frekuensi kocokan pada batang kemaluannya ternyata sangat berpengaruh, sehingga
Nasrul cepat mencapai orgasme dan memuntahkan maninya di dalam mulutku yang
langsung kutelan dengan rakusnya. Uuh.., rasanya enak sekali.
“Enaknya.., sini Yang kujilati lagi jangan
sampai tercecer.” rengekku sambil menarik lagi penis Nasrul ke dalam mulutku
dan menjilatinya dengan liar.
Tanganku yang kiri mendorong kepala Rangga makin
rapat dengan dadaku, sementara dadaku sendiri kulambungkan ke arahnya. Aku
tidak perduli lagi dianggap apaan, pokoknya aku ingin menikmati surga dunia ini
dengan seluruh jiwa ragaku. Di sini saatnya sisi diriku yang lain yang selalu
tertutupi oleh predikat mahasiswi teladan boleh muncul tanpa perlu malu.
Rangga kemudian mengambil alih tubuhku.
Diaturnya sedemikian rupa di atas tempat tidur dengan posisi kaki mengangkang
di tepi tempat tidur, sehingga vaginaku yang berwarna pink tersibak dengan
jelas di antara bulu-bulu halus dan Rangga langsung berlutut di depan
selangkanganku. Tangannya membelai daerah pinggul lalu turun, berputar dan
berhenti di vaginaku, memainkan klitorisku setelah membuka belahan bibir
bawahku setengah kasar.
“Oh ya.. oouu enak.. Hmmph..”
“Cantiknya..”
“Oouu..
” aku menjerit pelan ketika dia mencubit klitku.
Kedua tangannya lalu membuka bibir vaginaku
lebih lebar lagi dan kusambut dengan lebih mengangkangkan kakiku agar dia lebih
leluasa mempermainkan vaginaku. Kurasakan lidahnya menyentuh bagian dalam
vaginaku perlahan, lalu semakin liar membuatku bergerak tidak karuan
mengimbangi serangan-serangan Rangga.
“Teruss Yang..
Jangan berhenti.., Oh yeah.. enak banget.”
Kugerakkan pinggulku ke kiri dan ke kanan,
kadang ke atas menahan rasa geli dan nikmat. Jeritanku mulai mengisi kamar itu
mengalahkan jeritan dalam VCD, dan itu tampaknya semakin membakar nafsu kedua
lelaki itu.
“Aaww yess..
” seruku ketika Rangga menggigit kacang yang
sangat sensitif itu.
Kugerakkan tanganku mencari kepalanya dan
kuremas rambutnya sambil terus mendorong agar kepalanya tetap berada di vaginaku.
“Nasrul udah dong istirahatnya, sini rudalmu
kuisap lagi..
” pintaku manja.
Nasrul tersenyum dan mendekatiku, mencium
bibirku dengan ganas, kusambut permainan lidahnya dengan bersemangat pula.
Lidahnya berputar liar dalam mulutku beradu dengan lidahku, dan kami terus
mencoba menghisap lidah satu sama lain, nikmat sekali
Puas bermain di mulutku, dia meneruskannya di
belakang telingaku, menghisap setiap senti leherku hingga turun ke dadaku
menyentuh payudaraku yang putih dan menegang.
Dengan rakus dihisapnya payudaraku seakan ingin
dimasukkannya semua ke dalam mulutnya, sementara tangannya meremas puting
kiriku dan memutar-mutarnya. Aku melenguh habis-habisan diserang dari dua sudut
sumber birahiku. Tapi aku tidak menyerah begitu saja setiap bagian tubuh Nasrul
yang berhasil kupegang segera pula kubalas menghisapnya, tanganku yang satu
meremas rambut Rangga, sedangkan yang lain mencari dan membelai bagian tubuh
Nasrul.
Melihat serangan Nasrul, Rangga pun tidak mau
kalah membuatku menjerit nikmat dengan mejilati lubang pantatku. Aku agak
terkejut karena baru sekali ini merasakannya, namun menikmatinya juga. Entah
apalagi yang dilakukannya, aku tidak perduli lagi walaupun sakit yang penting
itu dapat membuatku semakin nikmat.
“Udah Sayang.., oh.. masukkan sekarang, aku dah
nggak tahan lagi. Please..
” aku benar-benar tidak sabaran lagi dipenuhi
oleh nafsu untuk segera merasakan nikmatnya vaginaku dimasukki batang kemaluan
mereka.
“Ayo dong..
Oouhh.. udah stop, memekku udah gatal nih..
”
“Sabar dong Han, baru juga segini. Bentar lagi
deh, aku masih mo mainin memekmu. Aku suka sih baunya, harum.. nggak seperti
bau memek pacar-pacarku dulu.”
“Jelas dong. Kan punyaku kurawat tiap hari pake
pembersih khusus wanita, so pasti harum dong.”
“Cepeten dong friend, aku kan juga mau ngerasain
memeknya. Masa dari tadi aku kebagian mulutnya aja?” protes Nasrul. Aku
tersenyum.
“Jangan kuatir nanti pasti kebagian. Pokoknya
terserah deh kalian mo ngapa-ngapain aku hari ini, I’m yours..
” hiburku di sela-sela desahan.
“Sayang ayo rudalmu..
” kumiringkan badanku meraih penis Nasrul di
sampingku dan segera mengemutnya bagaikan es krim.
Kuvariasikan hisapanku dengan jilatan pada buah
zakarnya hingga batang sampai ujung penisnya dengan gigitan kadang pelan kadang
keras yang pasti membuatnya ‘nggak ku-ku’.
Taktikku itu berhasil. Nasrul langsung
‘blingsatan’ tidak karuan setengah mendesah setengah memaki dan menjambak
rambutku, meremas payudaraku keras-keras hingga memerah. Aku mengeluarkan
jeritan tertahan berhubung batang kemaluannya tengah kuhisap.
“Huumph.. enaknya. Aku ketagihan nih ama rudalmu..
” godaku sambil menatap wajahnya.
Nasrul menjawab dengan menjambak rambutku lebih
keras dan menyentakkan penisnya ke dalam mulutku sampai aku tersedak namun dia
tidak perduli. Permainannya semakin kasar dengan menggigit leherku dan memaksa
hisapanku semakin keras, tapi aku menyukai cara-caranya. Kini tubuh bugilku
penuh cairan campuran keringat dan liur mereka.
Rangga menggosok batang kemaluannya di daerah
vaginaku, dan tiba-tiba dengan sekali sentakan keras dia mendorang penisnya
masuk ke vaginaku. Satu menit dibiarkannya di dalam, diam lalu dikeluarkannya
lagi, didorongnya lagi lalu dikeluarkan lagi, mula-mula secara perlahan namun
kemudian semakin cepat. Kedua kakiku dipakainya untuk berpegangan agar
pinggulnya mudah digerakkan.
“Oh yeah.. oh yeah.. oouu terus oh Sayang enak
sekali. Ohh.. lebih keras, yeah. Lebih keras lagi, auww sakit..
Enak, nikmat..
” cerocosanku berhenti ketika Nasrul memasukkan
kembali batang kemaluannya ke dalam mulutku dan membuatku sibuk melayaninya.
“Ohh.. Sheet..
Memekmu rapat sekali Han, sakit tapi enak..
Oh yeah..
Ayo.., enakkan..? Oukh.. yeah..
” Rangga bergumam tidak karuan, sesekali
ditepuknya pinggulku dengan keras, membuatku tersentak kesakitan.
Bosan dengan posisi demikian, Nasrul mengambil
alih vaginaku, dan tanpa basa-basi langsung menusukkannya di lubang
kenikmatanku. Saking panjangnya, kupikir liangku tidak akan muat menelan
seluruh batang penisnya sampai ke pangkalnya. Aku menjerit keras ketika Nasrul
memaksa penisnya agar masuk sedalam mungkin. Kurasakan kemaluannya menyentuh
dinding rahimku. Posisiku kini berubah, bukan tiduran lagi namun agak jongkok,
karena Rangga telah berbaring di depanku meminta jatah kocokan mulutku yang
mungil ini.
Seperti dugaanku, batang kemaluan Rangga tidak
lah sepanjang punya Nasrul, tapi tidak juga pendek, namun lingkar diameternya
lebih besar dari Nasrul, sehingga tetap saja aku kewalahan menghisapnya
berhubung bibirku kecil. Aku berjongkok di antara kedua tungkainya dan bertumpu
pada kedua sikuku, sementara Nasrul dengan ganasnya menusukkan penisnya ke
dalam vaginaku sambil memaki-maki dan melenguh kenikmatan.
Agar tidak terlalu keras menjerit menahan
serangan Nasrul, aku mencoba berkosentrasi pada batang penis Rangga dan mulai
bekerja menjilat, menghisap, menggigit dan mengocoknya dengan bersemangat
seirama dengan sodokan yang kuterima dari arah kemaluanku.
“Uhh.. mmph.. rudalmu besar juga Yang, enak..
” pujiku.
Rangga tidak menjawab karena sedang menikmati
sensasi pijatan mulutku. Kuputar-putar ke kiri dan ke kanan di dalam mulutku
sambil kuhisap dalam-dalam, kutahan lalu kulepaskan setelah sekian detik
membuatnya meringis nikmat. Tidak ada kata lain memang yang dapat mewakili
perasaan yang kami alami selain nikmat yang tiada tara. Aku sangat menikmati
peranku melayani kebutuhan seksual dan menjadi objek pemuas nafsu mereka.
“Nasrul, aku mau keluar. Oouu.. Ooohh yeah..
Aahh..
” jeritku ketika mencapai orgasme.
Nasrul tetap liar menyodok liangku, sesekali
tangannya bergerak ke bawah mencari klitorisku dan mencubitnya sampai aku
menjerit antara sakit dan nikmat. Selanjutnya berbagai posisi mereka atur
tubuhku, sementara aku hanya dapat menurut disuruh apa saja, sebab seluruh
tubuhku pasrah menerima perlakuan mereka.
Badanku gemetar hebat melepas orgasme
berkali-kali, tapi mereka tetap saja belum orgasme. Bergantian mereka menggarap
vaginaku, sementara aku terus berusaha mengimbangi mereka. Bagaimanapun aku
tidak mau kalah menunjukkan kebinalanku di tempat tidur, dan kurasa mereka sangat
terkesan melihatku sangat hebat bergerak liar dan menjerit-jerit. Kami semakin
hanyut dalam gelorah nafsu birahi, hingga akhirnya aku mau keluar. Rangga
semakin keras menyodokku, lalu tiba-tiba ditariknya penisnya dan dibawa ke
mulutku. Aku segera menyingkirkan batang kejantanan Nasrul dari mulutku dan
menyambut penis Rangga dengan terburu-buru.
“Oh cepat sini Sayang..
Biar kuemut sampai keluar, Ooohh..
”
Kuhisap cepat dan kukocok batang kemaluannya di
dalam mulutku, semantara penis Nasrul sudah nangkring di sarangnya
mengaduk-aduk vaginaku. Dalam beberapa menit, muncratlah sperma Rangga memenuhi
rongga mulutku dan kutelan setelah kumainkan sejenak. Semprotan kedua muncrat
mengenai seluruh wajahku dan semprotan ketiga sebagian berhasil kutangkap dalam
mulutku, namun sebagian sukses membasahi wajahku pula.
“Hmm.. banyak sekali spermamu Yang, enak..
” kataku sambil menjilati penisnya, membersihkan
sisa-sisa sperma yang masih tertinggal.
“Udah dong Hana. Geli nih..
Nggak usah rakus gitu, nanti juga bisa kok kamu
dapatin. Tenang aja.. asal memekmu masih bisa kuubek-ubek, spermaku juga masih
bisa kamu nikmati.” ujarnya kegelian.
Akhirnya kurelakan batangnya pergi dari mulutku.
Karena wajahku penuh sperma, maka kubersihkan
dengan jari-jariku dan kujilati setiap jari untuk mendapatkan sperma yang
tercecer itu. Sejak pertama kali pacarku menyuruh menelan spermanya, aku
langsung tergila-gila dan jatuh cinta menelan setiap sperma dari laki-laki yang
meniduriku. Aku asyik mengemut jari-jariku sendiri sambil menjerit menikmati
sodokan-sodokan Nasrul yang semakin cepat. Pasti sebentar lagi dia off. Benar
saja kataku, tidak lama kemudian kurasakan otot-ototnya makin tegang pertanda
maninya udah di ujung penis. Cepat-cepat kutarik vaginaku.
“Tahan Yang bentar..
” aku langsung bergegas bangun dan turun dari
tempat tidur, lalu berlutut di depan batang penisnya dan menyambarnya masuk ke
mulutku.
Nasrul meringis ketika kemaluannya kuhisap dan
kukocok kuat berkali-kali.
“Oh yeah.. terus..
Hampir, ayo Hana..
Ohh.. Aahh..
” seruannya membahana keluar mengiringi
muncratnya cairan putih susu yang kental dan hangat dalam rongga mulutku.
Enaknya, aku terus menghisap dengan rakus tidak
ingin ada setetes sperma pun luput dari mulutku.
Nasrul berkali-kali memuncratkan lahar putihnya
itu hingga akhirnya dia terduduk lemas di tempat tidur, tapi aku tetap tidak
berhenti. Kuhisap batang kemaluannya dan kubersihkan dengan lidahku sampai
benar-benar bersih. Rangga menonton adegan itu dari sudut kamar di atas sebuah
kursi sambil memegang batang kemaluannya menatap pinggulku yang terangkat naik
memperlihatkan vaginaku yang membengkak dan berair.
Sedang asyiknya aku menjilati batang kemaluan
Nasrul dan bergerak ke atas ke arah pusarnya, tiba-tiba Rangga bangkit dan
meremas pinggulku. Kedua tangannya membuka belahan pantatku dan berlutut di
belakangku, tepat di antara kedua pahaku dan mulai menjilati vaginaku ramai
sekali hingga berbunyi kecipak-kecipuk. Hisapannya pada klitorisku kembali
menaikkan birahiku, dan aku semakin bersemangat menjilati seluruh badan Nasrul
yang terbaring kelelahan.
“Han.. sodomi ya..?” pinta Rangga setelah sekian
lama mengerjai daerah vaginaku dan sekitarnya.
“Terserah tapi pelan-pelan ya, aku belum pernah
soalnya.” kataku di antara kesibukan mengecup dan membelai dengan lidah bagian
dada Nasrul yang ditumbuhi bulu-bulu subur naik ke lehernya dan mendarat di
bibirnya.
“Tenang aja, nggak kalah nikmat kok, sekali
mencoba pasti ketagihan.” ujar Nasrul pelan menggenggam rambutku dan melumat
bibirku dengan ganas sampai seisi mulutku pun tidak luput dari perhatian
liarnya.
Dengan posisi doggy style di atas, tubuh Nasrul
asyik bertukar-tukar ludah, Rangga meludah tepat di lubang duburku dan
menusuk-nusukkan ibu jarinya untuk melicinkan jalan penisnya nanti. Dan,
bless.., aku menancapkan kuku-kukuku di bahu Nasrul menahan rasa sakit ketika
Rangga menusukkan batang
BERSAMBUNG.